"Sebenernya sih gua enggak tahu banyak tentang bokap lu, soalnya lu juga jarang cerita, lagian aneh lu nanya kek gitu."
Rafaella terdiam sejenak lalu kembali memainkan game-nya, ternyata Aaron tidak tahu banyak seperti yang ia kira, karena Aaron pernah bilang soal ia yang memberitahu Aaron tentang ayahnya.
"Hey Rafaella, kapan nih ke sini lagi?" tanya Aaron dari sebrang sana.
Rafaella mengernyitkan dahinya. "Kemana?" terdengar suara decakan yang jelas itu milik Aaron. "Ya ke sini lah, anak-anak heram sama lu, kenapa jadi jarang ke sini, gua cuma bisa bilang kalau lu sibuk sama sekolah," ucap Aaron.
"Geng?" jika memang benar, tidak ada dalam cerita maupun ingatan Rafaella asli tentang sebuah geng, Rafaella ya Rafaella si gadis pengidap insomnia yang super-duper pemalas.
"Ha? Hahaha ngaco lu, mana ada geng geng kayak gitu? Lu kan disiplin banget masa bikin geng? Haha, yang gua maksud itu perkumpulan game kita."
Oalah itu toh, Rafaella kira ia punya geng atau hal apapun yang meresahkan dan di luar kedisiplinan.
"Jangan bilang lu lupa lagi? Aduh Rafaella kayaknya lu kena alzheimer deh."
"JANCOK RAFAELLA!"
Aaron berteriak saat dirinya menyadari jika Rafaella sedang AFK, hilang tiba-tiba dari game tanpa keluar dari halaman pertandingan tampaknya sudah menjadi hobi baru Rafaella.
Benar-benar menguji kesabaran Aaron yang bersumbu kecil.
***
"Nancy, papa ini pernah minta apa sama kamu? Papa enggak pernah minta banyak hal, hanya kali ini papa minta izinin papa menikah lagi dengan Yolanda dan papa mohon terima mereka dengan baik, apa itu berat?" Haidan menggenggam jari jemari rapuh putrinya, menatap melas meminta pengertian.
Nancy kira ada apa dirinya dipanggil ke ruang kerja ayahnya, ternyata ia sedang dibujuk untuk menerima Gracia dan ibunya.
Hatinya tersentuh melihat ayahnya yang berbicara lembut pada dirinya setelah sekian lama, tapi ia juga kesal dengan fakta ayahnya bersikap lembut demi dua orang itu.
"Nancy, papa enggak main-main dengan keputusan ini, semuanya juga demi kamu." semuanya selalu begitu, semua hanya demi dirinya, dan selalu begitu kan?
Dusta.
Tangan pria itu terangkat mengusap pelan rambut Nancy, raut wajahnya menunjukkan rasa sedih atas perilaku Nancy pada para permata baru dalam hidupnya, mereka adalah kesayangannya begitu pula dengan Nancy.
Haruskah Nancy luluh?
Mau menerima tapi ia tidak mau membohongi dirinya sendiri, mau menolak pun kata-kata ayahnya ada benarnya.
Nancy menyentuh tangan ayahnya, menjauhkan tangan itu dari pipinya, ia akan menolaknya secara lembut, ayahnya harus sadar sebelum menikahi ibu Gracia. Sejujurnya, jika kedatangan mereka tidak membuat ayahnya berubah atau merebut Faleri darinya ia akan menerima mereka dengan lapang dada.
"Kamu ingin menolak lagi Nancy? Bahkan Nana sekarang berteman baik dengan Gracia, kenapa kamu tidak bisa Nancy?" Nanaina Lesia Alister adalah adiknya, yang dulu berkata akan selalu berada di sisinya apapun yang terjadi.
Nancy melepaskan genggaman tangan ayahnya, ia berdiri dan memilih untuk keluar dari sana, mau tak mau ia harus mengakhiri percakapan ini.
Sebelum menutup pintu, Nancy mengatakan sesuatu, ia akan memberitahu alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAELLA
ФэнтезиTentang Rafaela yang bertransmigrasi ke dalam novel ciptaan sahabatnya dan menjadi kakak tiri tokoh antagonis. Rafaela yang 'ini' dan Rafaella yang 'itu' adalah orang yang sama. Sama-sama seorang pecandu internet dan sama-sama seorang pemalas. Karen...