"Valen!"
Aku menoleh kebelakang saat namaku di panggil oleh ka Imel untuk pulang ke rumah. Di depan gerbang sekolah kampus ku, ibu sudah menunggu di dalam mobil.
Namun ibu terlihat tidak menyukai ku untuk pulang bersamanya. Semenjak kecil ibu memang tidak menyukaiku aku juga tidak mengerti apa alasannya tapi walau begitu aku menyayanginya.
"Kenapa dia kamu ajak?" tanya ibu setelah aku masuk ke dalam mobil.
"Kenapa bu dia kan juga anak ayah." Jawab ka Imel.
Disitu aku hanya terdiam saja. Karena kalau aku berbicara akan semakin buruk. Aku tahu hari ini ibu akan pergi ke makam ayah. Oleh karena itu dia menjemput ka Imel ikut.
Ayah memang sudah meninggal sebelum aku lahir. Aku tidak tahu apa penyebab kematiannya. Semua keluargaku merahasiakan ini padaku bahkan ka Imel juga.
Diperjalanan aku hanya terdiam sambil melihat ke jalan dari jendela mobil. Jalan ini masih sama dengan yang dulu tidak ada yang berubah.
Sesampainya di pemakaman ibu menyuruhku untuk tidak masuk. Kaka menarik tanganku tapi ibu menepisnya dan membawa kaka ke dalam pemakaman. Muka kaka tampak cemas. Aku pun hanya tersenyum padanya menandakan aku tidak apa apa menunggu di mobil.
Sepulang kami pergi ke pemakaman. Kami pergi ke supermarket untuk belanja bulanan. Karna mbo Inah pembantu di rumahku sedang pulang kampung karena ada saudaranya yang sakit.
Ibu berbelanja cukup banyak. Daging, sayuran, Buah buahan di belinya. Katanya agar tidak berbelanja lagi.
"Kamu bawain ini." suruh ibu.
Aku pun membawakan sekantong daging yang ibu beli. Lumayan berat untuk tubuh kecilku ini.
"Sini kaka bantu." Ujar ka Imel
"Gapapa kak ini enteng kok." Balasku sambil tersenyum padanya.
Sesampainya kami di rumah. Aku pun membawa daging itu ke dapur dan memasukkannya ke dalam kulkas. Aku pun mengangkat daging itu ke dalam freezer tapi tiba tiba tanganku kram.
"PLAKK.." suara daging jatuh tepat di bawah kakiku
"Aww.." Teriakku kesakitan sambil memegang kakiku.
"Kenapa de?" Ka Imel menghampiri dapur.
"Gak ka cuma kejatuhan daging."
"Aduh kamu hati hati dong lain kali."
Tiba tiba ibu menghampiri juga ke dapur
"Ada apaan sih?" Mata ibu langsung melihat ke arah daging yang jatuh ke lantai berserakan.
"Siapa yang jatohin ini? Pasti kamu kan?" Ibu menunjukku. Aku tahu ibu sangat marah padaku.
"Maaf bu.." Jawabku sambil menuduk.
"Maaf maaf emang maaf kamu bisa gantiin daging ini?"
"Bu udah Valen kan gak sengaja." Saut ka Imel membelaku.
Ibu memang tidak menyukaiku. Bahkan sejak aku masih kecil. Aku di urus oleh nenekku yang dulunya tinggal bersama kami. Di mata ibu aku selalu salah. Apapun yang ku lakukan ia selalu tak suka.
Tapi ka Imel, ia selalu mebelaku ketika aku di marahi oleh ibu. Ia sangat menyayangiku begitupun aku. Dia adalah kaka yang paling sempurna didunia.
Saat ini aku sudah kuliah. Walaupun baru satu semester. Aku mahasiswi baru di kampus ternama. Aku juga memiliki seorang pacar yang sangat tampan dan baik hati.
Dia adalah Doni kaka kelas sewaktu aku SMA. Dia sangat di gandrungi oleh banyak adik kelas maupun kaka kelas. Tapi yang ia orang dipilih hanya aku.
Dan sekarang dia menjadi seniorku juga. Hubungan kami sudah berjalan sejak SMA sampai sekarang. Tapi Doni belum pernah main ke rumahku karena aku takut ibu akanmarah padaku.
"Alen.." Sapa Doni dari belakang dan langsung memlukku.
"Eh Don, kenapa?" Sambil menoleh ke arahnya. Melihat mata coklatnya.
"Aku mau main ke rumah kamu dong."
"Hah? Ngapain?"
"Main aja masa selama ini aku belum pernah main ke rumah kamu."
"Tapi.."
"Tenang aja aku bakalan mandi dulu kok sebelum ke rumah kamu." Balasnya membuat lelucon
Aku pun tertawa. " Ih.. Kamu mah bukan itu maksudnya.."
"Iya aku tahu, ayo dong len sekali aja ya.." Ujarnya sambil menatap mataku memohon mohon.
Ah matanya yang coklat sungguh sangat indah apalagi terkena paparan sinar matahari. Matanya seketika seperti berkilau. Aku pun hanya mengangguk saja. Dia pun tampak terlihat begitu senang mendengarnya.
Kesekokan harinya aku pulang kuliah bersamanya. Sesampainya di rumah aku menyuruhnya masuk. Saat itu di rumah hanya ada Ibu saja. Kaka sedang kuliah dan belum pulang. Ibu pun menyambut kami. Doni pun bersalaman dengan ibu.
"Sore tante.. Saya Doni."
"Oh Doni silahkan duduk." Ibu melihat Doni dengan penuh senyuman seperti menyambut anaknya sendiri.
Akupun pergi ke dapur dan membuatkan minuman untuknya. Dan ibu juga pergi ke dapur dan menyuruhku untuk tidak mengantarkannya. Ibu menyuruhku masuk ke kamar.
Ku lihat dari atas. Di bawah ibu lama sekali mengobrol dengan Doni. Aku penasaran apa yang ibu bicarakan dengan Doni. Aku pun mauk ke kamarku.
Ka Imel tiba tiba masuk ke dalam kamarku dengan muka kegirangan.
"De.. De tahu ga." Sambil menepuk nepuk pundakku.
"Kenapa kak kenapa?" Tanya ku penasaran.
"Tadi pas pulang kaka ngeliat cowo ganteng banget de.."
"Dimana kak?"
"Kaka liatnya sih pas dari arah rumah kita gitu de..."
Aku pun terdiam.
Apa itu Doni? Aku pun menanyakan ciri ciri Doni dan itu hampir sama dengannya tapi satu yang beda. Doni saat itu memakai jaket hitam tapi kaka bilang dia memakai lengan panjang.
Aku tak tahu itu benar atau tidak. Karena mata kaka sudah minus dan tidak memakai kacamata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Disaster Love
RandomHampir 3 tahun pacaran dengan lelaki yang ku cintai. Awalnya berjalan dengan lancar tapi semua berubah ketika ibuku menemui pacarku. Ibu ku memang dari awal sudah membenciku sejak aku masih kecil. Dia lebih menyayangi kaka ku dan kaka ku selalu me...