part 12

553 22 0
                                    

Tak aku sadari sepucuk surat ini membuat air mata ku mengalir. Aku tak kuasa menahan air mata ini aku tidak bisa berhenti. Tak ku pungkiri aku sangat mencintainya sangat mencintainya.

Akupun menutup scapbook itu dan menaruhnya di laci lemari itu. Akan ku simpan itu sampai Doni kembali. Aku akan menunggunya pulang aku pasti akan menunggunya kembali.Tapi bagaimana dengan Bimo? Aku harus mengatakan yang sebenarnya pada Bimo besok.

Kesesokan harinya aku mencari cari Bimo di kampus. Dan dia sedang duduk di kantin sekolah dan aku pun menghampirinya.

"Bim.." Tanya ku sambil menepuk pundaknya.

"kenapa len?" Jawabnya dengan muka masih menunduk.

"Aku mau ngomong sesuatu boleh.?"

"Ngomong apa? Doni?"

Seketika aku terdiam mendengarnya mengapa dia tahu? Apa mungkin dia sudah tahu yang sebenarnya?

"Kenapa kok diem kamu kaget?" Tanya dia lagi sambil menatap mataku.

"Maafin aku ya Bim Aku.."

"Iya aku udah tahu semuanya kok dari Alvin kamu jangan khawatir aku ga bakal marah sama kamu ataupun benci sama kamu."

"Kenapa?"

"Karna kalau orang yang aku sayang bahagia aku juga ikut bahagia." Jawabnya sambil tersenyum kepadaku. Aku pun mebalasnya dengan senyuman.

"Tapi kita masih bisa belajar bareng lagi kan."

"Bisalah kamu kan sahabat aku."

"Maksih Bim.."

"Sama sama len.."

Tak ku sangka Bimo sangat baik dan penuh dengan perhatian. Keputusan ini pun tidak membuat kami menjadi saling membenci. Alvin, Bimo, Cindy dan aku masih bersahabat. Sampai aku dan Alvin lulus kuliah kami masih bisa berkumpul bersama sama.

Dan sekarang aku sudah bekerja di perusahaan ternama hasil kerja kerasku benar benar membuahkan hasil. Karena perusahaan ku bekerja lumayan jauh dari rumahku jadi aku ibu dan ka Imel memutuskan untuk pindah rumah selain itu ka Imel juga sudah tidak bekerja lagi karena ia sudah tunangan dan sebentar lagi akan menikah.Ia akan menikah dengan teman satu perusahaannya yang dulu. Dia Aldo keturunan asli Belanda Indonesia. Dengan rambut khasnya yang pirang itu.

Selain itu aku juga membuka toko bunga karna aku sangat menyukai bunga. Sudah banyak yang memesannya penghasilannya juga cukup banyak. Terkadang aku tidak bisa menjaga toko itu karena sibuk tapi ibu menggantikanku menjaganya. Kebanyakan mereka memesan untuk acara pernikahan atau peresmian perusahaan.

Tak terasa sudah 3 tahun Doni pergi. Sejak itu juga dia hilang dan tidak memberi kabar padaku tapi aku akan tetap menunggunya. Aku tahu ia pasti akan pulang dan menikahiku. Kalau aku rindu padanya aku akan membaca surat darinya berulang ulang. Meskipun sudah banyak lelaki yang mendekatiku aku tetap setia menunggunya sampai waktu itu tiba.

"Kring..Kring" suara telfon di toko bungaku. Akupun mengangkatnya.

"Halo ini dengan toko bunga Valena ada yang bisa saya bantu?"

"Iya saya mau pesan karangan bunga untuk pernikahan saya nanti" Suara wanita terdengar.

"Bisa, boleh bisa tahu itu untuk kapan ya?"

"Untuk seminggu lagi bisa?"

"Oh bisa saja kalau bisa kesini saja agar bisa memilih karangan bunganya."

"Oke saya akan kesana besok."

"Oke terima kasih." Telfon pun tertutup.


jangan lupa vote dan comennya yaa


Disaster LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang