Part 4

1K 36 1
                                    

Hari ini ke kampus lagi. Tugas kuliah ku sudah menumpuk.

Untung saja kelas akan dimulai sekitar satu jam lagi. Aku bisa mengerjakan tugasku terlebih dahulu.

Aku pun pergi ke kantin dan untuk mengisi perutku yang kosong ini.

Ah ternyata susah sekali tugas ini. Aku tak mengerti apa ini. Apalagi Alvin dari tadi tidak terlihat. Dan handphonenya pun mati.

"Kenapa len?" Terdengar suara cowo yang ku kenal.

Dan itu Doni.

"Ah.. Gak cuma lagi kesusahan aja."

"Mau aku bantuin gak?"

Aku hanya mengangguk saja. Dan Doni duduk di sebelahku.

Doni pun perlahan lahan mengajariku. Ternyata dia tak beda jauh dengan Alvin. Mereka sama sama pintar. Aku baru tahu kalau ternyata Doni sepintar ini.

Terkadang aku salah fokus karena melihat mata coklatnya yang terpapar cahaya matahari. Seperti ada berlian dimatanya. Indah..

Etss aku harus fokusss.

"Kamu ternyata pintar juga ya."

"Ini mah udah aku pelajarin semua len?"

"Lah? Kok bisa?"

"Kamu lupa ya? Kita kan beda satu tahun."

Aku menepuk kepalaku. Samapi lupa aku kalau dia beda satu tahun. Tampangnya memang tak cocok dengan umurnya.

Tampangnya saja seperti murid murid sma. Kalau dia memakai seragam sma nya pasti semua orang tak akan percaya kalau dia sudah kuliah.

"Doni?" Terdengar suara cowo dari belakang.

Itu ka Imel.

Aku pun langsung menjaga jarak dengannya. Aku tak ingin dia berfikiran macam macam nantinya.

"Eh ka ada apa kesini?" Tanyaku.

"Oh gak kaka mau ngajak Doni makan aja."

Doni tanpa banyak bicara langsung pergi bersama ka Imel dan meninggalkan ku.

Ah jantungku berdebar di dekatnya. Perasaan ini sama seperti waktu sma dulu.

Ah sudahlah Valen jangan berfikiran bisa balik lagi sama Doni.

Sadar len Doni udah punya ka Imel.

Sambil menepuk nepuk kepalanya.

"Hei len kenapa?"

Tiba tiba Alvin memegang tangan Valen yang terus terusan menepuk nepuk kepalanya.

"Ah gapapa."

"Apa tugas lagi? Sini aku bantuin." ia langsung duduk disampingku.

"Udah selesai vin."

"Coba lihat." Dia mengambil kertas tugas dan mengecekknya.

"Wah hebat hebat ini hampir sempurna bagus." Sambil mengacak rambut hitam Valen.

"Eh kemaren Doni ketoko kakaku loh."

"Iya?"

"Iya dia beli kado yang sama persis sama kaya punyamu."

Ah benar dugaanku kita beli kado di tempat yang sama.

"Iya beberapa saat setelah kamu pergi dia datang." Katanya sambil meminum es cappucinonya.

***

Disaster LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang