Hah? Doni untuk apa dia menunggu ku apalagi sudah larut begini apa ada hal yang penting? Aku pun langsung turun ke bawah dan Doni sudah menungguku di ruang tamu dan aku pun menghampirinya.
Untung saja Ibu dan kaka sudah tidur kalau tidak Doni sudah di suruh pulang oleh Ibu.
"Ada apa donn..?" tanyaku sambil mengucek mata.
Tiba tiba ia mengeluarkan buket bunga mawar dari belakang.
"Happy Birthday Alen." Sambil tersenyum menatapku.
"Makasihh Don.." Aku pun langsung mengambil buket itu ah sangat indah aku sangat menyukainya. Doni hanya tersenyum.
"kamu telat ini udah jam berapa coba."
"Ah sekali sekali aku jadi orang terakhir yang ngucapin kamu."
Iya dia benar benar jadi orang terakhir yang memberi ucapan saat itu sudah menunjukkan pukul 23.55 sekitar 5 menit lagi hari ulang tahunku sudah hampir habis.
"Oh iya ini ada satu lagi." sambil membuka tas jansport nya.
"Hah? Masih ada lagi?"
"iya nih buat kamu." Ia memberikanku sebuah bingkisan kotak berhias pita merah.
"Wah makasih aku buka ya.."
"Eh jangan sekarang kamu bukanya besok aja ya."
"Yah kenapa padahal aku penasaran."
"Besok aja ya, pokoknya kalau kamu udah buka harus simpen ya."
"Emang apa sih kadonya."
"Ntar kamu juga tahu udah ya udah malem nih aku pulang yajaga diri kamu baik baik ya."
"iyaa Don sekali lagi makasih yaa."
Sebelum ia pergi tiba tiba ia langsung memelukku begitu erat.
"Kenapa Don?"
"Gapapa aku kangen kamu aja."
Dia pun melepas pelukannya dan pulang.
Aneh sekali sikapnya seperti mau pergi jauh saja. Aku pun menuju kamardan menaruh buket bunga mawar di atas meja sebelah tempat tidur dan aku pun kembali tidur.
Keesokan paginya hp ku bergetar akupun mencari dimana hpku aku mengangkatnya dengan mata masih tertutup.
"iyaa.. Ada..apaa?"
"Len mau ke bandara ga?" suara Alvin di telfon.
"Hah? Bandara ngapain?"
"Kamu gatau? Dino kan mau pindah ke Paris?"
Seketika aku langsung terbangun dari tidurku aku kaget mendengarnya.
"Kok aku baru tahu? Kapan dia berangkat?"
"Kira kira sejam lagi len makanya cepet kesini."
"Oke oke aku mandi dulu."
Akupun langsung bergegas mandi dan berpakaian tak lupa aku membawa kotak dari Doni kedalam tas. Pagi itu aku tak sempat sarapan ibu sampai heran melihat kelakuan ku tapi aku tak memperdulikannya, akupun langsung mencari taksi dan menuju bandara.
Tinggal setengah jam lagi keberangkatan Doni aku takut akan ketinggalan di jalan benar benar macet banyak sekali motor dan mobil melanggar lampu lalu lintas.
Mengapa Doni tidak memberitahukannya padaku jahat sekali, dia hanya mengatakan aku harus jaga diri ah dia sungguh menyebalkan.Sesampainya disana aku pun langsung mencari cari dimana Doni.
Ku lihat jam tangan merahku sudah tinggal lima menit lagi aku pun terus mencari dan berlari. Di ujung terlihat ada seorang lelaki melambaikan tangannya ya itu Alvin aku pun berlari menghampirinya.
"Vin, Doni mana?" aku sambil mengatur nafas ku yang masih teregah egah.
"Dia udah masuk ke dalam kamu telat kita udah ga boleh masuk."
"Apa? Padahal aku udah buru buru banget."
"Eh tunggu deh itu tuh Doni.. Donii."
Alvin pun bertiak dan Doni mendengarnya ia memakai baju biru garis garis yang ku berikan dan melihat ke arah kami.
Dari jauh dia mengatakan sesuatu padaku meskipun aku tak mendengarnya tapi ia memberikan sebuah isarat tangannya membentuk suatu kotak ya kotak yang semalam aku pun langsung mengeluarkannya dan benar maksud nya adalah kotak itu.
Dia memberikannku isarat lagi kalau aku disuruh membuka kotak itu dan dia pun pergi lalu tersenyum kepadaku aku pun membalas senyumannya. Entah kenapa tiba tiba air mataku menetes mungkin aku belum siap untuk di tinggalkan oleh Doni. Alvin pun mengerti dan langsung menepuk pundakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Disaster Love
RandomHampir 3 tahun pacaran dengan lelaki yang ku cintai. Awalnya berjalan dengan lancar tapi semua berubah ketika ibuku menemui pacarku. Ibu ku memang dari awal sudah membenciku sejak aku masih kecil. Dia lebih menyayangi kaka ku dan kaka ku selalu me...