Erwin mengantar Levi sampai ke gerbang tembok untuk mengucapkan perpisahan, Levi yang menuntun kuda nya memasang wajah sedih karena masih belum rela meninggalkan Erwin sendirian di rumah, namun Erwin terus meyakinkannya bahwa dirinya akan baik-baik saja dan menjaga diri.
Meskipun begitu, sebenarnya Levi masih ragu untuk meninggalkannya, namun pada akhirnya ia memutuskan untuk percaya pada Erwin bahwa pria itu bisa menjaga dirinya sendiri.
Sebelum Levi menaiki kuda nya, ia berbalik menatap Erwin yang tersenyum lebar padanya, sebenarnya Erwin juga tidak ingin berpisah dan membiarkan Levi bertarung di luar sana, ia takut akan kehilangan pria kecil kesayangan nya itu.
Namun Erwin percaya pada Levi, karena ia sangat kuat dan hebat, itulah mengapa dia merekrut Levi kedalam anggota militer, ia bisa melihat kemampuan nya dalam bertarung, tentu Levi tidak akan mati dengan mudah, ia akan percaya pada Levi, selalu percaya padanya.
"Aku akan di sini, menunggumu sampai kembali, menunggumu untuk pulang" ucap Erwin, sambil mengusap rambut Levi yang sedikit kasar.
Levi mengangguk, lalu menghambur kedalam pelukan Erwin yang selalu membuatnya nyaman, menyandarkan kepalanya pada dada bidang sang komandan lantas bergumam.
"Aku akan pulang untukmu" lirihnya, memeluk erat Erwin seolah tak pernah ingin melepaskannya meski hanya dalam sekejap.
Erwin tersenyum lalu membalas pelukan Levi dengan satu tangan. "Aku percaya kalau kau akan pulang, karena kau tidak mungkin mati, kau pria yang hebat dan kau tak mungkin meninggalkan ku sendirian di sini"
Levi melepaskan pelukannya, ingin mengecup bibir Erwin yang tampak tersenyum kecil, namun sayang nya ia tak memiliki keberanian lebih hanya untuk sekedar menempelkan bibirnya di sana, terakhir kali ia melakukannya, ia jadi kepikiran terus dan merasa malu.
Melihat Levi yang terus memperhatikan bibirnya, Erwin langsung berinisiatif untuk memajukan wajahnya lalu mencium bibir Levi duluan, tak mempedulikan keterkejutan Levi dan terus mencium bibirnya tanpa ampun.
Sebenarnya ciuman Erwin tak bisa di sebut sempurna, karena ciuman pertama nya adalah dengan Levi itu sendiri, ia tak pernah mempunyai pengalaman mencium siapapun selama hidupnya, hanya Levi-lah yang berani ia cium, dan begitupun sebaliknya.
Saat mereka membutuhkan udara untuk sekedar bernafas, Erwin akhirnya menyelesaikan ciumannya dan sedikit menjauhkan wajahnya dari wajah Levi.
Satu tangan Erwin langsung menangkup belah pantat Levi dan meremasnya, menyeringai sebelum akhirnya berucap. "Semalam aku belum sempat memasukan milikku karena kau bilang kelelahan, jangan sampai kau tidak pulang dan tak memberiku kesempatan memasukannya sekali lagi, mengerti?"
Wajah Levi seketika memerah dan ia langsung mendorong tubuh Erwin, sementara pria yang habis menggoda itu hanya bisa tertawa keras.
"Pergilah.." ucap Erwin, yang sudah berhenti menertawakan.
Levi yang masih ragu-ragu langsung naik ke punggung kuda, menatap Erwin yang tersenyum padanya.
"Jaga dirimu baik-baik, jangan lupa makan" Erwin lagi-lagi selalu mengingatkan Levi tentang makanan yang jarang Levi sentuh.
Levi akhirnya mengangguk dan balas berucap. "Kau juga jaga diri, aku tak ingin dengar kabar kalau kau sakit"
Erwin terkekeh. "Tentu saja, dan nanti jika aku tahu keberadaan mu, aku akan langsung mengirimi mu surat"
Levi tersenyum kecil dan mengangguk. "Sampai jumpa Erwin.." lirihnya.
"Sampai jumpa sayang.."
Akhirnya Levi mulai memacu kudanya dan meninggalkan Erwin yang masih terdiam menatap kepergiannya, ia terus menatap punggung Levi yang turun ke bukit sampai pada akhirnya menghilang di balik hijaunya pepohonan dan rerumputan tinggi yang liar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Commander [ ERURI ] ✔️
Любовные романыErwin merekrut Levi untuk bergabung dalam survey crops, dan komandan itu mulai tertarik pada pria kecil tersebut, maksudnya tertarik untuk menjadikan Levi miliknya.