Suga perlahan memejamkan mata, menikmati desiran angin yang menyentuh wajahnya, perlahan rasa kesal yang sempat ia rasakan mulai menghilang, seakan ikut terbawa oleh angin yang berhembus.
'Apa hak ku untuk marah? dia bahkan bukan siapa-siapa..' pria itu tersenyum pahit sembari membatin dalam hati, mencoba menyadarkan dirinya sendiri tentang kecemburuan yang tidak seharusnya ia rasakan.
Terlepas dari rasa yang tidak mengenakan itu, di sisi lain ia juga merasa lega saat dilihatnya Hana yang kembali tersenyum lepas, ia lega bahwa tindakannya yang sempat berkata kasar tidak membuat wanita itu kehilangan senyumannya, dan itu adalah hal yang terpenting saat ini.
Setelah ia merasa lebih tenang, pria itu memutuskan untuk turun dari rooftop dan kembali ke tempat dimana ia seharusnya berada, tempat dimana ia harus berpura-pura bahwa segalanya baik-baik saja, sementara hatinya sendiri tengah terluka.
Tiba-tiba langkah kaki pria itu tertahan ketika dilihatnya satu-satunya pintu akses keluar-masuk rooftop terbuka, dari balik pintu itu muncul sosok Hana yang ketika melihat wajahnya, langsung diliputi kelegaan.
"Oh rupanya kau disini, sebentar lagi syuting wawancaranya akan dimulai Suga-ssi, ada baiknya kau turun sekarang, hairstylish mu mungkin perlu merapikan rambutmu." ucap Hana sambil melayangkan pandangannya ke arah rambut Suga yang bergerak ditiup angin.
Suga hanya menganggukkan kepala tanpa mengatakan apapun, sementara kedua matanya menatap Hana dengan tatapan yang tidak bisa diartikan oleh wanita itu.
"Ada apa?" tanya Hana.
"Tidak apa-apa." Jawab Suga sembari mengalihkan wajahnya.
Hana tanpa sadar menggigit bibir bawahnya, ia seketika teringat dengan perkataan ketus yang diucapkan Suga kepada Yeon Seok tentangnya tadi pagi.
"Begini.. aku sungguh minta maaf tentang apa yang terjadi tadi pagi, maaf jika aku terlalu berisik dan bertingkah kelewat batas, aku sungguh tidak bermaksud begitu." ucapnya dengan wajah menyesal
Pria itu sempat tertegun sesaat sebelum akhirnya ia angkat bicara sembari menatap Hana kembali.
"Tadi itu juga tidak mudah bagiku, seandainya saja kau tau." balas Suga dengan suara pelan."Apa maksudmu?" Hana bertanya dengan wajah kebingungan.
Suga menelan ludahnya yang terasa kelu, terlihat penyesalan diwajah pria berkulit seputih salju itu.
"Aku sangat merasa bersalah dengan ucapanku pagi tadi, aku harap aku tidak melukai perasaanmu."Hana menganggukkan kepalanya lalu tersenyum
"Kau tidak perlu merasa bersalah Suga-ssi, selama beberapa hari menjadi pengawalmu sudah cukup bagiku untuk menyimpulkan bahwa kau orang yang baik, dan ucapanmu tadi pagi tidak sedikitpun mengubah pemikiranku tentang dirimu itu."Pria itu tertawa saat mendengar ucapan Hana
"Mengapa kau mengatakannya dengan seyakin itu? aku tidak sebaik yang kau pikirkan Hana-ssi, kau perlu garis bawahi itu.""Tapi kau nyatanya kan memang sebaik itu." Hana bersikeras, mengingat ia saat ini tengah berbicara dengan orang yang nyaris mengorbankan dirinya sendiri untuk menyelamatkan Yura, adiknya.
"Asal kau tau, setidaknya sekali saja aku ingin menjadi orang yang egois, aku harap aku bisa melakukan apa yang aku inginkan tanpa memperdulikan pandangan orang lain." ucap Suga akhirnya.
Hana tertegun sesaat saat mendengar ucapan Suga padanya, dari raut wajah pria itu terlihat betapa tersiksanya ia saat ini.
"Menurutku itu tidak akan menjadikanmu orang yang egois, nyatanya kita memang perlu memprioritaskan kepentingan kita sendiri dan melakukan apapun yang kita inginkan, kita tidak hidup untuk memikirkan pandangan orang lain, bukankah begitu?" ucap Hana panjang lebar.
Terlihat senyuman pahit diwajah pria itu saat mendengar perkataan Hana.
"Mudah saja bagimu untuk mengatakan hal itu, tapi tetap saja akan ada orang-orang yang kecewa jika aku benar-benar melakukan apa yang aku inginkan.""Memangnya apa sih yang kau ingin lakukan? coba beritahu aku, siapa tau nantinya pendapatku bisa berguna dan membantumu mengambil keputusan." Hana mencoba menawarkan bantuan.
Pria itu kembali menatap wajah Hana dengan tatapan yang sulit diartikan.
'haruskah aku memberitahukannya?' Suga membatin dalam hati."Tidak apa jika kau tidak nyaman untuk memberitahuku, aku tidak akan memaksamu Suga-ssi." Hana buru-buru menambahkan ucapannya, terlebih saat dilihatnya respon Suga yang hanya berdiam diri sembari menatapnya.
"Hal yang ingin kulakukan ini sebenarnya melibatkan dirimu." Jawab pria itu tiba-tiba.
"Mwo?"
Hana tidak bisa menyembunyikan kebingungannya saat mendengar jawaban itu.
'melibatkanku? apa maksudnya?' Hana membatin.Seketika wanita itu merasakan tubuhnya tiba-tiba membeku saat ia melihat sosok Suga yang saat ini tengah berjalan ke arahnya, pria itu terus berjalan mendekat hingga menyisakan jarak tipis beberapa senti yang memisahkan mereka berdua
Hana merasakan kulit ditangannya meremang saat wanita itu merasakan nafas Suga yang berhembus di wajahnya.
"Apakah kau sungguh ingin tau apa yang mau kulakukan saat ini?" tanya Suga kepadanya dengan suara pelan, nyaris berbisik.
Hana tidak mampu mengatakan apapun lagi, jantungnya berdebar terlalu kencang hingga ia takut pria itu bisa mendengarnya dengan jelas, sebagai gantinya ia menganggukkan kepalanya sembari menatap kedua mata hitam kecoklatan milik pria itu.
Dan sepersekian detik kemudian ia merasakan bibir Suga telah menyentuh bibirnya, dengan cara paling lembut yang pernah ia rasakan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Suga's Sweet Sour
Fanfiction"Terimakasih telah menyelamatkan adikku." Adalah sebuah kalimat yang Hana ingin sampaikan kepada sosok pria berkulit seputih salju yang saat ini tengah berdiri di atas panggung besar dihadapannya, tapi ternyata itu bukanlah hal yang mudah, terlebih...