Tika bukan berasal dari keluarga sembarangan, orang tuanya seorang pengusaha media ternama dengan background yang baik dan suaminya penguasa properti terkenal.
Kehidupan rumah tangganya juga terlihat harmonis selama ini. Namun tak banyak yang tahu jika sebelum menikah ia sudah memiliki dua anak.
"Aku berangkat ke London hari ini"
"Katanya lusa?"
"Ada projek penting"
"Oke, hati-hati"
Tak banyak kata yang ia bicarakan dengan suaminya ini. Hanya kalimat-kalimat singkat.
"Aku bikinin kopi sama roti isi ya, mas"
"Taruh di meja kerja"
"Dasi sama setelan mas di tempat biasa ya"
°
°
°
Di sini Tika berada, di kamarnya, di rumah orang tuanya yang sekarang kosong hanya dihuni oleh pembantu-pembantunya.
Ia menangis sambil memeluk selimut bayi bewarna biru.
"Mikail, Jonathan. Bunda kangen...."
"Mas Jovan... Aku gak bahagia, mas bohong, aku sama sekali gak bahagia"
"Kenapa mas bohong? Aku gak bahagia sama sekali"
Tangisnya terdengar menyakitkan. Ia merindukan dua anaknya yang ia tinggalkan saat masih bayi.
Bahkan Jonathan yang belum sempat meminum ASI dari tubuhnya.
"Kita bakalan sama-sama lagi, dek. Sabar ya"
"Tapi aku mau sama mas Jovan, sama anak-anak kita"
"Tapi sekarang orang tua kamu lebih penting"
"Mas... kontraksinya sakit banget hiks. Mikail bawa kesini..."
"Pegang tangan aku... Jangan dilepas"
Bayang-bayang yang selalu menghantuinya selama ini membuat Tika tidak bisa tidur nyenyak.
Ibu macam apa dirinya yang mau meninggalkan anaknya yang baru ia lahirkan.
°
°
°Jonathan bangun lebih awal, ia membantu ayahnya membuat sarapan sederhana.
"Adek kok tumben udah bangun"
"Iya, ayah bikin roti panggang?"
"Iya, roti mentega kesukaan abang sama adek"
Jovan meletakkan sarapannya di ruang tamu yang juga berfungsi sebagai ruang makan serta ruang keluarga.
"Kak Mika bangunin, dek"
"Kak Mika udah bangun kok tapi masih mandi"
"Adek juga mandi aja kalau gitu, nanti telat loh ke sekolahnya"
Sekarang Jovan harus mengantarkan anak-anaknya ke sekolah, ia tidak tega melihat Jonathan mengayuh sepeda ontelnya, kadang kaki anaknya kram atau kaku.
Biarlah pengeluarannya menjadi membengkak asal kesehatan anaknya tidak terabaikan.
Setiap hari ia bekerja membawa mobil sambil mengantarkan anaknya sekolah. Membakar lebih banyak uang untuk bensin dan pajak jalanan.
°
°
°
Mika merapikan kursi-kursi dan meja bekas tamu, ia menghela nafas ketika wanita itu datang lagi.
"Mikail...."
"Maaf, kita tidak saling kenal"
"Maka izinkan saya berkenalan denganmu, nak"
"Tidak ada hal penting diantara kita kan?"
"Mikail Aulian..."
Mika menatap wajah wanita itu dengan tajam.
"Nama Aulian terlalu indah untuk keluar dari mulut sampah seperti anda!"
"Mika... Ini bunda" suara Tika bergetar
"Bunda siapa? Saya tidak punya bunda sejak dulu. Permisi"
Tika hanya bisa menangis sambil terduduk di kursi. Beberapa pelayanan menenangkannya.
Ia tidak kesal dengan Mikail, justru ia merasa ia pantas mendapat hal ini.
°
°
°
Pelajaran sekolah sedang berlangsung, Jonathan memperhatikan pelajaran dengan seksama sambil sesekali mencatat.
Namun tiba-tiba jari-jarinya mati rasa, penanya jatuh ke lantai begitu saja.
"Tangan gue licin banget"
"Lo kaga cebok kali" sahut Felix
"Hehe lupa tadi udah cebok belum"
Jonathan memperhatikan jari-jari tangannya, ia mencoba menggerakkannya pelan namun rasanya sulit.
"Lix, gue foto catatan lo ya nanti. Gue catat di rumah aja, tangan gue kesemutan gak enak buat nulis"
"Okay... Tumben banget lo gak nulis"
"Pasien akan mengalami kesulitan bergerak dan hilangnya reflek serta berkurangnya sensor motorik"
"Kelumpuhan total bahkan kematian..."
Segaris senyum terukir di wajah Jonathan.
"Nyusahin ayah lagi... Nyusahin kakak lagi"ucapnya dalam hati
°
°
°
Tika mendatangi rumah sahabatnya, Tina.
"Please bantu gue, gue mau ketemu anak-anak gue"
"Gue bukan gak mau bantu, Tik. Tapi lo udah ada anak udah ada suami juga kan sekarang?"
"Tapi anak-anak gue juga ada yang sama Jovan. Gue kangen mereka,gue bisa gila nangis gara-gara kangen sama mereka tiap hari"
Tina memeluk sahabatnya ini.
"A—apa Jovan udah menikah lagi?" Tanya Tika
"Kalian udah bahagia masing-masing"
"Gue cuma mau ketemu mikail sama Jonathan doang, gue pengen peluk mereka"
"Kalau suami lo marah gimana? Lo mau dibanting dari tangga lagi?"
"Gue rela mati asal saat-saat terakhir gue ada anak-anak gue!"jawab Tika
"Gue tanya laki gue dulu ya, biar lo nanti enak kalau ketemu Jovan"
Tika tersenyum bahagia. Selama suaminya pergi ia ingin menghabiskan waktu dengan anak-anaknya.
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
AYAH JOVAN (jaeyong gs)
Fanfictionjadi single parent untuk dua jagoannya yang beranjak dewasa tidaklah mudah