IP-20

1.1K 29 5
                                    

Bagas menggaruk kepalanya yang diyakini Abrisam tidak gatal sama sekali. Pria itu duduk di samping Abrisam dengan wajahnya tanpa dosanya. Sesekali mencolek lengan Abrisam yang sejak setengah jam lalu hanya diam saja di samping Bagas.

"Bri … marah ya?" tanya Bagas kesekian kalinya.

Mungkin ini pertanyaan yang kelima puluh kali, Bagas mengatakan hal yang sama. Dan Abrisam masih tetap dengan diamnya. Dia masih kesal dengan sikap Bagas yang tidak sopan masuk ke kamarnya. Mungkin dulu sebelum menikah, Abrisam masih memaklumi nya. Tapi kan ini statusnya sudah berbeda. Dimana Abrisam sudah menikah, dan di kamar ini tidak hanya ada Abrisam tapi juga ada istrinya. Lalu dengan bangganya Bagas malah mendobrak pintu kamarnya dan berteriak kencang. Dia pikir Abrisam melakukan apa?

"Heh nggak ada yang orang nggak berpikiran negatif, pas kamu bilang sedot-sedot. Terus … kamu bilang biar Bagas aja yang nyedot. Apa coba!!" omel Bagas.

"Pikiran kamu aja yang kotor!!" kata Abrisam kesal.

"Bukan salahku. Tapi suara kalian yang buat pikiran orang negatif terus."

Pasalnya masalah sedot tadi itu hanya karena, tangan Abrisam yang terluka karena goresan meja yang tajam. Hingga membuat darah keluar dari ujung jari Abrisam. Rania menawarkan diri untuk menyedot darah kotor itu untuk keluar, agar dia bisa cepat sembuh. Tapi yang ada Bagas lebih dulu mengganggu mereka. Dan tentunya aksi sedot menyedot itu tidak berlaku sama sekali ketika Bagas masuk ke kamar mereka.

"Pikiranmu perlu di laundry biar bersih!!" cibir Abrisam.

Bagas menggerakkan bibirnya mengejek Abrisam. Detik berikutnya ketika Rania masuk, tentu saja Bagas langsung keluar dari kamar ini. Dan memperingati Abrisam untuk tidak berbuat macam-macam yang memancing emosi Bagas. Dia sudah cukup menderita sejak Bagas bisa melihat hingga buta. Suara desahan model apapun sudah Bagas dengar dari bibir Abrisam dan juga wanita lain dulu. Dan kali ini, Bagas meminta pada Abrisam untuk main halus. Sedikit menggigit bibir bawah dan mengontrol suaranya agar lebih pelan lagi. Kalau perlu memilih kamar yang kesal suara, agar tetangga tidak mendengar suara mereka.

Melihat kepergian Bagas. Rania pun mendekat, dia pun menaruh secangkir kopi susu di hadapan Abrisam, hingga membuat pria itu mendekat. "Ini kopi buat aku, Ran?"

"Iya Mas. Katanya kan tadi minta kopi."

Dan entah kenapa hal itu saja Abrisam bisa lupa. Dia lupa jika dia sempat meminta kopi pada Rania. "Maaf ya, aku lupa karena terlalu asyik ngobrol sama Bagas."

"Iya nggak papa Mas. Udah minum dulu, aku mau ganti baju."

"Kamu mau kemana?" tanya Abrisam heran.

"Ini malem minggu Mas. Nggak mau ngajak aku jalan apa?"

Tangan yang tadi ingin menyentuh cangkir kopi pun terhenti. Abrisam menegakkan tubuhnya dan merapikan sweater yang digunakan. Melipat tangannya di dada, lalu menggeleng.

Rania menatap heran. "Kenapa Mas?"

"Aku kan buta, nanti kamu malu keluar sama aku."

Rania menggeleng. Mana mungkin dia malu keluar dengan Abrisam. Yang ada Rania itu bangga punya Abrisam, dia memang memiliki banyak kekurangan, bukan berarti Abrisam tidak memiliki kelebihan kan? Dan malam ini Rania ingin pergi bersama dengan Abrisam, dia ingin pemuda pada umumnya. Yang keluar dengan kekasihnya, menikmati suasana malam dan juga menikmati kerlipan lampu jalan kota yang indah.

Dulu, dia suka seperti ini berjalan di pinggiran jalan sambil membeli banyak cemilan jika dia memiliki uang lebih. Dan kali ini karena statusnya sudah berbeda, dia ingin pergi bersama dengan Abrisam.

Istri Pengganti ( TAMAT DI INNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang