IP-10

1.3K 45 1
                                    

Rana mendadak gemas dengan Rania, yang tak kunjung datang. Ini sudah jam setengah tujuh pagi, dan Grace sudah menelponnya berulang kali, hanya menanyakan wanita itu ada dimana.

Tentu saja dia ada di depan rumah Rania, hari ini adalah hari pernikahan Abrisam dan juga Rana. Yang dilangsungkan di sebuah gereja ibukota tepat jam sepuluh pagi. Grace meminta Rana untuk datang lebih dulu, karena wanita itu harus menjalani fitting bajunya kembali karena tidak cukup, belum lagi make up manten itu membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga jam. Dan sampai saat ini Rania belum juga menemuinya.

Berkali-kali wanita itu menelponnya, mengirim pesan untuk segera keluar. Nyatanya Rania juga tak kunjung datang, hingga akhirnya membuat Rana mau tidak mau turun dari mobilnya.

Wanita itu berlari kecil, mengetuk pintu rumah ini dengan tak sabarab. Bahkan Rana juga harus berteriak memanggil nama Rania agar mau keluar dari dalam rumah. Jangan sampai wanita itu berubah pikiran, dan kabur dari tanggung jawabnya. Yang harusnya kabur itu Rana bukan Rania, dan yang harus menikah ini Rania bukan Rana. Dia wanita bebas yang tidak suka komitmen atau apapun itu.

“Rania … ,” teriak Rana sekali lagi.

Pintu terbuka dengan lebar, menunjukkan wajah Adhitama yang sudah segar bugar dengan jas yang membalut tubuhnya. Rana mengerutkan keningnya, jika ayahnya saja sudah siap, lalu dimana Rania? Apa wanita itu lupa dengan janjinya?

“Dia baru saja pulang jam dua belas malam, dan sekarang masih tidur.” kata Adhitama.

Mendengus kesal, Rana pun nyelonong masuk. dia pun langsung membuka pintu kamar Rania dan menyeret wanita itu untuk segera bangun dari tidur indahnya. Grace sudah menunggunya dan jangans ampai dia beneran yang harus menikah dengan Abrisam.

Rania yang diperlakukan seperti itu langsung membuka matanya lebar-lebar. Dia pun terkejut dengan tarikan spontan Rana, yang langsung membuat jantung Rania berdetak kencang di atas normal. Tangan yang gemetaran dan juga pandangan yang berkunang-kunang. Nyawanya belum kembali seratus persen, dan dia sudah mendapatkan perlakuan yang tidak baik?

“Rana … Kakakmu itu belum siap, nyawanya aja belum kembali sempurna. Jangan bersikap seperti itu.” tegur Adhitama.

Rana mendengus, dia pun menatap Adhitama dengan gelisah. “Yah pernikahanku sebentar lagi. Dan Kak Rania belum siap apapun. aku harus bawa dia ke hotel, sebelum jam delapan pagi.” jelas Rana

Rana melerai, dia tidak masalah kepalanya hanya pusing karena tarikan itu. Rana dan Adhitama tidak perlu berdebat hanya karena dirinya, lagian ini hanya masalah sepele saja. Rania yang terlambat bangun, karena dia baru saja pulang jam dua belas malam. Itu pun Rania juga tidak langsung tidur. Yang awalnya wanita itu berpikir jam sembilan malam pulang, nyatanya Abrisam malah masih mengajak Rania pergi ke bukit, hanya untuk menikmati gemerlap lampu, meskipun hanya Rania yang melihat dan Abrisam yang hanya duduk di sampingnya tanpa mau melakukan apapun.

Tidak mau membuang waktu, dan juga Abrisam yang sudah siap dengan jasnya. Rana langsung mengajak Rania untuk pergi ke hotel, dimana tempat pernikahan mereka. Lagian, Adhitama sudah siap dengan jas hitamnya, yang menandakan pria tua itu sudah siap untuk pergi ke pernikahan putrinya ‘bukan?

Menarik tangan wanita itu dengan kasar, tanpa disadari Rana, jika kakaknya yang masih mengantuk, keningnya langsung terbentur pinggiran pintu rumahnya dan membuatnya mengaduh kesakitan.

“Makanya kalau jalan itu dilihat!! udah tau ada pintu, tempatnya disana kenapa harus ditabrak!!” omel Rana.

Dia sadar nggak sih, kalau kening Rania begini juga karena dia?

Tidak mau berdebat sama sekali, Rania pun langsung menarik tangannya dari genggaman Rana. Dia pun meminta Rana untuk berjalan lebih dulu, dan barulah dia yang akan mengekor di belakang Rana. Dia akan membuka matanya selebar mungkin, untuk melihat jalan yang masih buram di pandangan mata Rana.

Istri Pengganti ( TAMAT DI INNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang