IP-26

767 22 2
                                    

Tanpa sepengetahuan Bagas dan juga kedua orang tuanya, Abrisam pun membawa kabur Rania untuk berlibur. Dia juga lebih memilih menggunakan orang lain sebagai supir pribadinya dalam waktu satu minggu kedepan. Bukannya apa, jika dia mengajak bagas takutnya pikiran Bagas akan semakin buruk. Dia akan berpikir yang tidak-tidak tentang Rania dan juga Abrisam. Belum lagi kepolosan Rania yang ucapannya bahkan suka mancing-mancing tanpa sadar. Kalau Abrisam sih bisa paham, kalau bagas? Belum tentu juga jika dia paham dengan ucapan rania. Selain mengganggu, yang ada liburan ini juga akan kacau karena Bagas. 

“Hmm, Mas muncrat di dalam mulut.” kata Rania tiba-tiba.

Abrisam menyentuh keningnya puing, bisa bahaya kalau pikirannya tidak sehat. “Apanya yang muncrat dalam mulut Ran?”

“Kleponnya Mas. Memangnya apa yang bisa muncrat selain klepon?”

Helaan nafas berat keluar dari mulut Abrisam, jika saja wanita itu tahu ada banyak hal yang bisa keluar seperti apa yang Rania katakan. Ah … tujuan liburan Abrisam kali ini adalah resort yang katanya memiliki view yang bagus, tempat yang asri dan masih bisa dikatakan alami. Penginapannya juga bagus dan nyaman, memiliki dua lantai yang indah. Itu kata karyawan Abrisam tentang resort ini. Dan kali ini masih setengah jalan, mendadak Rania mengaduh kelaparan. Mereka sudah hampir satu hari di dalam mobil, penyeberangan yang membutuhkan waktu beberapa jam untuk sampai. Belum lagi Abrisam mengajak Rania berangkat malam hari agar tidak ada yang tahu. 

Abrisam tertawa. “Iya juga ya. Manis nggak gulanya?”

Rania mengangguk. “Manis Mas. Mau nggak Mas? Tinggal empat soalnya, udah aku makan semuanya. Habisnya kamu melamun mulu sih Mas.” kekeh Rania. 

“Udah kamu makan aja, aku udah kenyang makan ini.” 

Ranita kembali mengangguk dan menghabiskan empat bundaran klepon yang tak terlalu besar itu. Warna hijau, taburan kelapa parut yang memiliki rasa gurih sangat memanjakan lidah Rania. Belum lagi gula merah sebagai isian juga sangat banyak dan enak, padahal jika dibandingkan klepon yang biasa dia makan di rumah ayahnya sama. tapi kenapa rasanya bisa berbeda ya? Apa mungkin karena daerahnya yang berbeda, dan juga beda kota makanya beda cara membuatnya meskipun resepnya sama?

“Rana makannya udah belum? Masih ada setengah jam lagi buat sampai ke resort katanya.”

“Udah mas. Ayo jalan lagi.” ajak Rania sambil mengusap bibirnya dengan tisu. Dia pun bangkit dari duduknya lebih dulu dan menghampiri Abrisam. “Sini aku bantu Mas.” lanjutnya.

Abrisam tersenyum, dia pun merasakan tangan Rania yang mulai mengalun indah di lengannya. Dia begitu telaten menuntun Abrisam hingga ke mobil. Meskipun dia tidak bisa melihat, tapi Abrisam tahu jika tempat dia makan, banyak sekali orang yang akan memperhatikan mereka dan berbisik. Yang katanya wanita secantik Rania kok mau sih sama orang buta? Menikah karena harta? tak akan membuat Rania mau mengurus Abrisam juga kan? Bahkan wanita itu malah memilih belanja dengan uangnya sendiri dibanding harus meminta pada Abrisam. 

Tidak tiga puluh menit, melainkan membutuhkan waktu empat puluh lima menit akhirnya Abrisam dan juga Rania pun sampai di tempat yang karyawan Abrisam katakan. Rania menatap kagum bangunan di hadapannya, kayu entah apa jenisnya yang memiliki serat yang bagus dan halus. Bangunan klasik modern ini mampu membuat Rania jatuh cinta dengan tempat ini. Ruang tunggu yang memiliki sofa berwarna telur asin ini sangat kontras dengan cat putih tulang. 

“Selamat siang ada yang bisa kami bantu Pak, Bu?” kata mbak-mbak yang menggunakan kebaya putih, dengan bunga yang terselip di telinganya. 

“Selamat siang.” sapa bali Abrisam. Pria itu mengeluarkan identitas dirinya dan dia berikan pada mbak-mbak resepsionis/.

Istri Pengganti ( TAMAT DI INNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang