IP-13

1.1K 43 0
                                    

“Maaf,. Nona … Tuan Abri memanggil anda.” kata Bagas dengan hormatnya pada Rania.

Wanita itu mengerutkan keningnya, “Hmm … untuk apa? Bukannya tadi kalian lagi rapat ya?”

Bagas menjelaskan jika rapat mereka sudah selesai lima belas menit yang lalu. Bagas juga sudah mengantar Abrisam ke kamarnya, dan dia lupa memanggil Rania untuk datang ke kamar mereka. Itu sebabnya Abrisam meminta Bagas untuk memanggil Rania, untuk menemui Abrisam di kamar mereka.

Jantung Rania terpacu begitu kencang, jujur saja dia begitu gugup dengan ucapan Bagas yang meminta Rania untuk bertemu dengan Abrisam di kamarnya. Tidur berdampingan tanpa melakukan apapun saja, sudah membuat Rania sesak nafas dan ingin pulang. Apalagi ini dipanggil pria itu. Entah kenapa yang ada dipikiran Rania saat ini adalah malam pertama mereka yang gagal, selain tidak ada yang memulai duluan. Rania maupun Abrisam juga sangat lelah dengan pesta pernikahan mereka.

“I–iya nanti aku kesana.” jawab Rania gugup.

“Tapi tuan Abri ingin anda kesana sekarang, Nona.”

"Tapi anu–" wanita itu menghentikan ucapannya, ketika mencari alasan yang tepat. Ia bisa datang ke kamar itu sendiri tanpa diantar. Ia tengah mengulur waktu untuk bertemu dengan Abrisam. Selain tidak mau membahas hal ini, Rania juga belum siap jika harus bertemu dengan pria itu, jika belum malam. Setidaknya, jika malam Abrisam sudah tidur lebih dulu dah barulah Rania masuk ke kamar dan tidur. "Anu– Bagas, itu–" katanya gugup kembali.

"Anu … itu apa Nona Rana?"

Sejujurnya Bagas tengah menahan tawanya agar tidak. Dia bisa melihat ekspresi wajah Rania yang gugup di hadapannya. Kedua pipinya yang merah padam, dan menggemaskan. Mungkin jika Abrisam bisa melihat, sudah dipastikan hal ini akan menjadi bahan olokan mereka berdua.

"Mari Nona … " Bagas mempersilahkan, tapi Rania tetap saja diam dia tempatnya. "Nona … " panggilnya pelan.

"Anu … apa aku nggak bisa datang sendiri, Gas? Aku lagi bantuin mbak Atun masak loh. Kasihan kalau sendiri nggak ada yang bantuin, nanti mbak Atun kelelahan." ucap Rania mencari alasan.

Bagas beralasan jika semuanya bisa dikendalikan sendiri oleh mbak Atun. Dia itu ahli dalam segala hal, kalau masalah masak begini tidak membutuhkan waktu lama, Bagas yakin jika mbak Atun bisa menyelesaikannya dengan baik.

"Bukan begitu, Mbak Atun?" ucap Bagas penuh isyarat menatap Mbak Atun.

Tentu saja hal itu langsung mendapat anggukan dari mbak Atun. Wanita tua itu bisa melakukan apa saja sendirian. Dan yang jelas Rania tidak perlu khawatir. Masakan ini akan selesai selama satu jam ke depan. Dan Rania bisa meninggalkan dapur ini, dan jika ingin kembali tentu saja masakan yang mbak Atun masak akan tertata rapi di atas meja makan.

Rania ingin sekali protes dengan alasan ini. Dia akan datang menemui Abrisam setelah masak. Tapi mbak Atun dan juga Bagas seolah meminta Rania untuk menemui Abrisam. Mungkin saja ada bagian penting yang mereka bicarakan.
Apalagi mereka ini pengantin baru, wajar lah kalau salah satu diantara mereka tidak mau jauh. Belum lagi, Rania sejak pagi juga menyibukkan dirinya di dapur dan beres-beres rumah. Meskipun Abrisam dan juga Mbak Atun melarang, dasarnya Rania itu keras kepala tentu saja melarang aturan mereka berdua.

Mencuci tangannya lebih dulu, barulah Rania mengikuti langkah Bagas. Jantungnya berpacu hebat, bahkan tanpa dia sadari Rania sempat meremas dada kirinya. Jujur saya dia gugup, dan rasa ingin melarikan diri dari rumah ini muncul tiba-tiba di benak Rania. Tidak masalah deh, jadi miskin kembali yang penting dia tidak di unboxing sama Abrisam.

Mau nolak, pake acara apalagi Ya Allah. Gumam Rania dan hati.

Bagas menghentikan langkah nya mendadak, hingga membuat Rania yang ada di belakangnya menabrak punggung Bagas tanpa sadar.

Istri Pengganti ( TAMAT DI INNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang