IP-16

1K 31 4
                                    

Sebenarnya hari ini Rania ada jadwal pergi berkunjung ke rumah ayahnya. Tapi dia tidak mungkin melakukan hal ini, dia hanya takut jika ayahnya mengira Abrisam berbuat jahat padanya. Mengingat pergelangan tangan dan kakinya masih memiliki warna merah yang cukup ketara. Belum lagi, Rana juga meminta Rania untuk berkunjung ke rumah Grace. Bukan perkara itu  tapi dia cukup asing untuk menyesuaikan diri menjadi orang asing. Apalagi karakter Rania dan juga Rana itu cukup berbeda.

Menghela nafasnya berat, Rania tidak tahu harus berbuat apa. Rumah ini sepi, setelah Rania turun dari tangga, Rania bisa melihat Bagas dan Abrisam yang pergi bersama. Mungkin ada pekerjaan dadakan yang harus mereka selesaikan. Mengingat Bagas itu sudah seperti kunci utama di samping Abrisam. Sedangkan ibu mertuanya, sudah pergi setelah membuat heboh kemarin malam. Belum.lagi mbak Atun  sejak turun tentu saja Rania belum melihatnya sama sekali.

Kling …

Suara ponselnya membuat Rania menoleh. Ditatapnya ponsel jadul dengan warna hitam di ujung kiri layar ponsel Rania. Rana menelponnya. Buru-buru wanita itu menjauhkan layar ponselnya agar terlihat jelas wajahnya. Belum lagi, Rania juga harus memastikan kalau rumah ini benar-benar sepi tanpa penghuni satu pun kecuali dirinya.

"Hai Ran … apa kabar?" sapa Rania ketika melihat wajah kembarannya.

Rana membenarkan letak rambutnya, lalu menoleh ke arah kamera dan tersenyum kecil. "Aku baik. Bagaimana dengan kabarmu? Apa yang kamu lakukan sekarang?"

"Aku juga baik kok, Ran. Saat ini aku sedang bosan. Aku di rumah sendiri. Kamu?"

Rana? Tentu saja dia menikmati hidupnya dengan jalan-jalan. Dia sudah memiliki kekasih yang bisa menampung hidupnya selama di luar negeri. Rana juga sedang menjalankan bisnis barunya. Abrisam sudah menyuntikkan saham untuk perusahaan Rana. Dan tentunya, perusahaan itu tidak jadi bangkrut berkat Rania. Meskipun Rania tak merasakan sepeserpun uang dari mereka, tapi melihat saudara kembarnya bahagia membuat Rania juga ikut bahagia.

Helaan nafas keluar dari bibir Rania. "Bagus deh, setidaknya kamu hidup dengan pilihanmu."

"Ya aku juga berharap begitu. Bagaimana hubunganmu dengan Abrisam?"

Hubungannya dengan Abrisam baik-baik saja. semuanya berjalan dengan sesuai keinginan Rana. Sampai detik ini Grace tidak tahu jika Rania telah menggantikan Rana sebagai istri Abrisam.  Dan sampai detik ini Rania juga belum sempat mengunjungi Grace. Dia takut, kalau ibunya itu mengenalinya.

"Angkat dagumu tinggi-tinggi ketika bertemu dengan mama. Terus pasang wajah judes, agar dia nggak curiga."

Dia pikir berpura-pura menjadi dia itu gampang? Bahkan Rania bersyukur jika tidak bertemu dengan Grace dan juga yang lainnya. Tapi sebisa mungkin nanti atau kapan dia akan bertemu dengan Grace hanya sekedar silaturahmi.

"Iya, minggu depan aja aku ke rumah mereka."

Rana mengangguk dia tidak masalah akan hal itu. Hari ini dia menelponnya meminta Rania untuk berkunjung ke kantor. Yang harus dia lakukan adalah menumpuk banyak file di atas meja kerjanya. Entah kapan, Rana akan pulang dan mengambil file itu. Sedangkan lainnya dia sudah mengurusnya lewat email yang masuk.

"Ingat ya, satu minggu sekali kamu harus ke kantor sebagai kunjungan. Atau sebulan sekali  terserah pokoknya ada daftar kamu ke kantor. Karena aku dulu gila kerja, nggak kayak kamu itu lempeng." cibir Rana.

Rania mendengus. "Aku nggak tau apapun tentang kantor Rana."

"Kamu nggak perlu kerja. Kalau diajak meeting, bilang aja nanti akan saya pikirkan ulang. Semuanya aku yang akan mengurusnya."

Rania mengangguk. "Dan lagi!! Gimana malam pertamamu dengan Abrisam? Apa dia bisa goyang?"

Rania ingin membuka mulutnya menjawab ucapan Rana. Tapi seruan dari arah belakang membuat Rania langsung menggenggam erat ponselnya. "Rana … "

Istri Pengganti ( TAMAT DI INNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang