IP-27

774 24 3
                                    

Rania tebangun karena  getaran diponselnya. Wanita itu menatap ponselnya yang terus menyala tanpa henti. Dan menunjukkan id call ibu mertua. Mata Rania melebar seketika, rasa kantuk yang dia rasakan puncak lenyap begitu saja, digantikan dengan kekhawatiran yang luar biasa. Buru-buru Rania membangunkan Abrisam yang terlelap di sampingnya.

"Apa Ran, aku masih ngantuk." ugak Abrisam dengan suara serak-serak basahnya.

"Bangun dulu Mas. Ini mami telepon aku loh."

Mendengar kata mami Abrisam pun langsung membuka matanya lebar. Dia pun mencari ponsel Rania dan mematikan ponsel wanita itu. Menyimpannya di bawah bantal, lalu kembali tidur.

"Mas itu–"

"Sementara waktu kita harus LDR.an sama ponsel. Aku nggak mau ada satu orang pun yang ganggu kita." katanya.

Nada bicaranya sangat berbeda, seolah hari ini adalah hari yang paling ditunggu jauh dari banyak orang dan menikmati hari liburannya dengan happy. Tidak tahulah dia jantung Rania yang mulai berdetak lebih kencang kembali bereaksi. Jangan sampai besok pagi dia harus ngereog hanya hanya ucapan selamat pagi dari Abrisam yang berbeda dari biasanya. Contohnya, tambah cium kening mungkin!!

Kembali membaringkan tubuhnya di samping Abrisam, Rania mencoba untuk tidur. Dia membelakangi Abrisam yang tidur telentang di sampingnya. Tapi detik berikutnya, Rania malah membalik badannya menghadap Abrisam. Diantara mereka ada dua guling sebagai pembatas, batasan ini Rania buat untuk berjaga-jaga jika Abriak bisa saja melanggar ucapannya dan mulai menyentuh Rania. Mendadak Rania malah takut kesakitan seperti apa yang di film dan juga cerita romansa yang dia baca beberapa hari ini. Dimana katanya akan terasa sakit, hingga menimbulkan cakaran dan juga teriakan.

Dibayangin aja kalau Rania teriak di tempat ini, udah dipastiin selain di usir Rania juga dilarang keras masuk resort ini kembali di masa mendatang.

Memeluk satu guling di hadapannya, Rania tersenyum. Wajah Abrisam terlihat jelas dimata Rania, ini bukan kali pertama, hampir setiap malam Rania selalu menunggu Abrisam tidur lebih dulu dibanding dirinya. Sekian mengambil foto Abrisam secara diam-diam, Rania suka sekali mw Nagao wajah polla bag bayi Abrisam ketika pria itu tertidur pulas. Wajahnya yang memiliki rahang berkharisma, bola mata yang indah, alis tebal, bibir tipis berwarna soft pink alami, hidung mancung bag perosotan TK membuat Rania ingin sekali menyentuhnya, menjalankan jarinya di setiap inci wajah Abrisam. Tapi nyatanya nyalinya tidak begitu kuat untuk melakukan hal itu.

Satu jari Rania terangkat ingin menyentuh alis Abrisam. Namun, pria itu buru-buru membuka matanya sehingga yang bisa wanita itu lakukan adalah menjauh dan pura-pura menutup matanya.

Merasa tidak ada pergerakan sama sekali, Rania pun kembali terjaga. Tangannya melambai tepat di depan wajah Abrisam, memastikan jika pria itu benar-benar tertidur pulas dan akan bangun esok pagi.

Tidak ada pergerakan kembali, Rania pun tertawa. Dalam hati dia meminta maaf pada pada seluruh alam jika dia sedikit ganjen pada Abrisam. Bukan karena ingin memilikinya seutuhnya dalam hidupnya, tapi sungguh rasa ingin menua bersama mendominan di diri Rania. Memberanikan diri menyentuh alis Abrisam dengan lembut. Menyisir satu persatu alis Abrisam yang tebal itu dan membandingkan dengan alisnya yang tipis. Menurut Gaby, katanya Rania itu tidak memiliki alis yang tebal bahkan jika dilihat dari jauh Rania seperti wanita tanpa alis. Dia juga tidak bisa menggambar alis seperti Gaby, itu sebabnya dia tidak memiliki alis dan masuk ke dalam jajaran bisa melihat hantu setelah cukur alis.

Tangan Rania dengan tidak sopannya berjalan menurun menyentuh hidung Abrisam yang mancung. Rania malah memencet hidung itu sebanyak dua kali dan menggigit bibir bawahnya agar tawanya tidak pecah. Kapan sih dia memiliki hidung mancung seperti Abrisam? Kenapa hidungnya sangat berbeda?

Istri Pengganti ( TAMAT DI INNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang