Sebelas

234 37 4
                                    


Sudah dua minggu Renata tinggal di rumah keluarga Park, bahkan sekamar dengan Albara.

Gadis itu merasa gila dengan laki-laki yang berstatus sebagai tunangannya itu, karena Albara selalu menempel padanya. Tapi tidak bisa ia pungkiri kalau ia menyukainya.

Walaupun begitu, ada kabar baiknya. Albara mulai mendapat ingatannya sedikit demi sedikit.

"Jangan deket-deket dia." ucap Albara membuat Renata menengok kearahnya.

Renata mengerjabkan matanya beberapa kali.

"Kenapa?"

Renata tahu yang Albara maksud adalah Candra, lelaki itu terus saja mendekati Renata setiap ada kesempatan.

"Dia jelek."

Renata tertawa lalu menangkup pipi laki-laki di sebelahnya.

"Iya, yang ganteng cuma Albaraa." ucap Renata jujur plus gemas.

"Rena jangan tinggalin gue."ucap Albara memeluk tubuh mungil Renata.

"Gue lebih takut lo yang ninggalin gue"

Sayang sekali Renata tidak berani mengatakannya langsung.

Mereka berdua ada di perpustakaan, Albara yang mengajaknya. Biar Renata gak ketemu Candra katanya.

"Gue sayang sama lo ren."gumam Albara sangat pelan.

Renata memejamkan matanya, Albara mulai mengingat semuanya. Tapi apa sifat dinginnya itu akan kembali? dan Albara bayi akan hilang.

"Lo udah inget semua?"

"Hampir."

Renata menghela nafasnya.Tapi tidak bisa dipungkiri, Renata juga rindu saat bertengkar dengan Albara dan jangan lupakan wajah tengil laki laki itu.

"Maaf kalau selama ini gue bikin lo bingung."

Renata menggeleng di pelukan Albara.

"Gue mau cerita semuanya, nanti." ucap Albara.

.....

"Hai Ren."

"Hai juga."balas Renata malas.

Ya, dia harus menghindari Candra. Albara yang terpenting pokoknya.

"Mau pulang?"tanyanya.

"Iya lah, bel pulang udah berkumandang, bolot lo?!"semprot Winter.

"Bego banget hmm." gumam Clara.

"Lo anak IPS kok nyasar lewat sini sih?"tanya Clara.

Pasalnya mereka baru saja keluar dari kelas dan koridor ini biasanya hanya di lewati anak anak IPA karena gedung IPA dan IPS di bedakan.

"Gue sengaja lewat sini."

Ayolah, Renata muak dengan laki-laki di sebelahnya itu. Dengan semangat ia melangkahkan kakinya saat melihat Albara keluar kelas.

Winter dan Clara yang masih di tempat–di sebelah Candra– langsung memasang ekspresi julid andalan mereka.

"Jangan ganggu hubungan mereka, lo berurusan dengan orang yang salah."ucap Clara datar dan mencekam.

Candra menyernyitkan dahinya "Terserah gue, lagian lo siapa bisa ngatur gue?"

"Clar, lo lupa kalau dia ga bisa pake bahasa manusia? dia kan cuma bisa bahasa ANJENG"ucap Winter ngegas di akhir katanya sebagai umpatan.

Winter dan Clara kompak tertawa sambil saling merangkul lalu meninggalkan Candra yang kesal dengan perkataan keduanya.

"Awas lo Albara!"

 Tsundre || Beomryu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang