Albara merebahkan dirinya di sofa ruang tengah di basecamp Venus. Ada beberapa anggotanya dan kedelapan sahabatnya serta sang tunangan yang duduk di sekitar ruang tengah. Mereka baru saja kembali setelah mengikuti upacara terakhir untuk Candra, dan yang mengejutkan adalah tidak ada sama sekali kemunculan Ayah dari laki-laki itu.
"Ah, masa udah mati aja sih?"gerutu Ale.
"Mau lo apaan?"tanya Hesa.
"Kita belum sempet tarung coy, masa cuma serangan diam-diam gitu dia udah nyerah. Setidaknya konflik yang lebih berat gitu kek dulu, biar berkesan."
"Hidup gak ada yang tau le,"sahut Nata.
"Bener, gak semua berjalan sesuai yang kita mau. Candra bunuh diri itu juga ada sebabnya."sambung Adelia.
"Hooh, lagian lo aneh bener. Dikasi hidup tenang malah minta konflik sama Tuhan."semprot Lea.
"Manusia kurang bersyukur ya kayak dia."ucap Satria.
"Kasihan Candra, bahkan di pemakamannya pun orang tuanya gak dateng."ucap Clara.
"Bisa-bisanya gitu anjir"
"Gue gak habis pikir, Candra ngedeketin Winter cuma karena pengen ngerebut dia dari Albara."celetuk Hesa.
"Pertanyaannya kok bisa Candra ngira Winter deket sama Albara?"
Pertanyaan Nata mampu membuat semua terdiam. Tidak ada yang menduga kalau laki-laki yang telah meninggal dunia itu berpikir bahwa Albara dan Winter pernah dekat.
Albara terkekeh lalu menarik kepala Renata yang duduk disebelahnya agar berada di pelukannya.
"Lepasin anjir!"ucap Renata kesal dan memukul-mukul Albara.
Gadis itu berdiri dan duduk menjauhi Albara, gadis itu duduk di sebelah Lea yang jauh di pojok.
"Ngapa lo mbak?"tanya Lea.
"Auk."
"Dih."Lea menatap Renata cengo. Gak jelas banget ini betina satu.
Albara yang mendapat perlakuan seperti itu hanya tertawa kecil.
"Ni pasutri pada kenapa si? gaje bener."ujar Steven.
"Gue deket Winter waktu itu kan mau nyomblangin dia ke Satria, kayaknya pada salah paham."jelas Albara.
"Ada yang cemburu gak Al?"kompor Satria.
Satria tahu, saat itu Renata sampai tidak mau bertemu Albara karena laki-laki itu terus bersama Winter. Renata tidak tau saja kalau ada Satria juga disana setiap Albara bersama Winter.
"Ada."ucap Albara membuat yang lain peka dan terkikik mengetahuinya.
"Apa lo?!"semprot Renata pada Lea yang terus tertawa kunti sambil melihatnya. menyebalkan.
Renata berdiri dari duduknya. "Lo pada kayak kambing!"umpatnya lalu pergi ke ruang game.
"Susulin Al, ibu negara ngambek."ucap Daniel.
"Jangan macem-macem tapi!"peringat Daniel setelah mengingat kalau ruang game itu kedap suara.
"Iya bang, aman."
....
"Hey."
"Orang lagi berduka dibuat kesel, dosa!"ucap Renata kesal.
"Sorry."
Renata diam, tidak merespon ucapan Albara. Dirinya malu.
"Maafin Al ya."ucap Albara sambil memainkan jemari Renata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsundre || Beomryu ✓
Fiksi RemajaAlbara yang dingin dan ketus tiba-tiba menjadi kekanak-kanakan dan lucu. Renata, gadis bar bar dengan tempramen rendah alias mudah marah. Berakhir manis dan penyabar karena Albara. Siapa sangka mereka akan saling menyimpan rasa.