Gebi POV
Saat ini aku sedang berbaring di atas kasur sambil menatap fotoku bersama si Cebol saat ulang tahunku yang ke sembilan lalu.
"Kenapa dia manis banget sih..." Lirihku seraya mengusap fotonya dengan ibu jariku.
Tanpa kusadari, aku telah menyunggingkan senyum dibibirku ini.
Kalau dipikir-pikir, dulu pertama kalinya aku kenal si Cebol ini sejak kelas dua SD. Meskipun dulu dia beda kelas denganku, tapi aku sudah kenal sama dia. Yah, itu juga karena dia cukup populer dikalangan murid-murid sekolah ini.
Maria atau yang biasa ku panggil Cebol ini memang dikenal sebagai cewek paling cantik di sekolahku, mukanya sebelas dua belas lah sama Nikita Willy versi kecil. Mungkin kalau dia jago akting, dia bisa sih direkrut jadi artis.
Saat aku kelas 2 SD, dia kayaknya belum kenal sama aku. Soalnya yang ku tahu dia dulu juga ga pernah keluar dari kelasnya sih, mungkin karena anaknya terlalu introvert.
Saat kelas 3 aku baru satu kelas sama dia, dan saat itulah pertama kalinya aku benar-benar bisa melihat dia secara langsung. Biasanya aku hanya bisa lihat dia dari kejauhan saat upacara di hari senin.
Pertama kali melihatnya, ku akui bahwa aku sedikit terpukau karena dia emang secantik itu. Sepertinya apa yang disematkan oleh murid-murid disini itu bener deh, kalau dia itu cewek paling cantik di sekolah. Soalnya aku ga pernah melihat cewek secantik dia di sekolah ini.
Awalnya aku biasa saja sama dia, aku hanya menganggap dia sebagai teman sekelas yang pendiam. Namun saat melihat dia selalu deket sama Jamal aku jadinya kesal dan membenci gadis itu. Entah kenapa aku jadi suka mengganggunya setiap hari, mungkin karena aku iri dengan kecantikannya?
Ku pikir dia juga membenciku, karena perbuatanku yang keterlaluan itu. Namun aku salah, dia justru malah ingin berteman denganku. Cewek yang bener-bener aneh.
Rasanya aku memang orang yang brengsek, merundung anak sebaik dia hanya karena cemburu buta saat melihatnya dengan cowok yang ku kagumi. Padahal belum tentu cowok itu mau melirikku.
Tapi anehnya, kenapa dulu aku hanya membulinya saja ya? Padahal ada banyak cewek yang sering deketin Jamal, ga cuma dia. Entah lah, aku juga ga ngerti. Yang pasti saat itu aku benar-benar kesal dengannya.
Lucunya sekarang aku malah jadi kena karmanya, aku sekarang cinta dan sayang banget sama dia. Bahkan perasaanku ke dia jauh lebih besar dari waktu aku ke Jamal dulu.
Aku memandang ke arah gelang pemberiannya di pergelangan tanganku.
Duh... ni bibir ga bisa berhenti senyum.Tok tok tok
Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarku.
"Siapa?" Sahutku yang masih berbaring.
"Non, ini ada temennya Non Gebi yang dateng." Ternyata Mbak Siti toh. Kirain mama.
Temen? Siapa? Jangan-jangan Cebol?? Eh... kok aku jadi gugup gini sih.
Dengan cepat aku menyembunyikan foto itu ke dalam laci, lalu beranjak dari kasurku dan segera membukakan pintu kamar.
"Ka-kamu kok kenapa datang kesini ga bilang dulu si Ceb-"
"Hai Gebi~" Ekspresi gugupku seketika berubah menjadi datar.
"Tai, ternyata elo Siska."
Aku berjalan menuju ke arah kasurku dengan wajah masam. Hiih, ngagetin aja si kunyuk Siska!
Aku kembali berbaring di atas kasurku mengabaikan sosok menyebalkan yang tengah berdiri di depan pintu kamarku.
"Jadi gue boleh masuk ga nih?" Tanya Siska yang masih berdiri di depan pintu kamarku. Yaelah ni ogeb kek baru pertama kali ke rumahku aja sih!
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Bocil (GxG)
Romance"Heh Cebol! ngapain Lo deket-deket Jamal? Lo ga tau ya gue udah lama suka sama dia ??!" ujar gadis berusia 8 tahun yang biasa dipanggil Gebi. "Ma..Maaf.. t-tapi kami cuma ngobrol doang..." ujar gadis kecil yang polos nan lugu bernama Maria. Gimana...