4. It Looks Pretty on Your Hair

21.2K 4.4K 677
                                    

"Dia bilang suka sama lo? Serius?"

Mendengar suara melengking Moza dari seberang telepon, Lestari menarik napas panjang. Sesampainya di rumah, gadis itu memutuskan untuk menghubungi Moza dan menceritakan seluruh kejadian hari ini pada sahabat baiknya itu. Runtut, mulai dari Adin yang akhirnya menjadi pelanggan tetap di Javaniella, dialog singkat di balik jepit rambut indah yang ia dapatkan hari ini, surat pengantar pendekatan, sampai dialog saat pemuda itu mengantarkannya pulang ke rumah.

Selama mendengarkan cerita itu, Moza jelas tidak bisa melakukan apapun selain melongo. Dia yang semula mengantuk berat seketika terjaga dan turut berpikir keras mengenai nasib percintaan kawan baiknya itu.

"Dia nggak bilang kalau dia suka sama gue." sambil memutar-mutar jam pasir di hadapannya, Lestari menipiskan bibirnya. "Dia cuma bilang kalau dia nyaman sama gue dan pengen lebih deket sama gue."

"Terus lo jawab gimana?" pertanyaan Moza membuat Lestari membisu. Ada keterdiaman yang cukup panjang di antara keduanya sampai-sampai Moza harus memanggil nama gadis itu untuk kesekian kalinya. "Tari?"

"Gue cuma bilang buat jalanin aja dulu." di akhir kalimat itu, Lestari menarik napas panjang sekali lagi. "Sejujurnya gue masih nggak tahu, Mo. Gue masih sayang sama dia, tapi di satu sisi gue ngerasa takut."

"Takut kenapa?" tanya Moza.

"Gue takut semua tindakan yang dia lakuin ke gue cuma semata-mata dia mau ngelupain mantan pacarnya. Semua orang tahu gimana Adin selalu banggain Gayatri waktu mereka masih sama-sama. Ini baru 7 bulan dari putusnya mereka, jadi menurut lo apakah mungkin seseorang bisa ngelupain orang yang pernah dia sayang secepat itu?"

Di seberang telepon, Moza tidak mengatakan apa-apa. Sejujurnya, gadis itu juga tidak tahu saran seperti apa yang harus dia berikan pada Lestari. Dia hanya berpikir, Adinata dan Lestari adalah dua orang dengan kepribadian paling baik di antara banyaknya orang yang pernah ia temui sepanjang hidupnya. Jadi bagi Moza, tidak apa-apa jika keduanya memutuskan untuk bersama. Tapi sama seperti Lestari, ia akhirnya mengkhawatirkan hal yang sama. Bagaimana jika Adinata tidak sebaik yang ia pikir selama ini?

"Setelah nganterin lo balik, dia ada chat lo nggak?" Setelah keheningan yang panjang, Akhirnya Moza kembali bersuara.

"Nggak ada."

Karena kenyataannya memang begitu. Setelah turun dari mobil laki-laki itu, Lestari mulai menerka-nerka apakah Adin akan menghubunginya atau tidak. Ia sempat berkali-kali menyalakan ponselnya yang padam demi memastikan notifikasi dari pemuda itu, tapi ternyata tidak ada kabar. Laki-laki itu seolah menghilang seperti hari-hari sebelumnya.

"Itu juga yang bikin gue jadi bingung, Mo." Sambung Lestari. "Kalau dia beneran mau deket sama gue, kenapa dia nggak chat gue? basa-basi apa kek biar gue seneng dikit."

Untuk beberapa lama, Lestari mendengar Moza tergelak. Ia tidak tahu bagaian apa yang terdengar lucu sampai-sampai gadis di seberang telepon itu tertawa terbahak-bahak.

"Kok ketawa sih, Mo? temen lagi galau juga. emangnya ada yang lucu?"

"Ada! Gue cuma nggak nyangka aja kalau moment lo jadi bego gara-gara cinta datang secepat ini." gelak Moza. Sementara ditempatnya berbaring saat ini, Lestari hanya mampu berdecak. Moza benar, perasaan jatuh cinta ini membuatnya tiba-tiba menjadi bodoh. "Saran gue ya, Tar. Lo nggak seharusnya nunggu Adin buat ngabarin lo. Kalau kalian emang sama-sama sepakat buat jalanin proses pendekatan ini, ya nggak ada salahnya juga kan kalau lo yang chat dia duluan?"

"Gue harus chat gimana?"

"Ya apa kek. Lo bisa tanya apa dia udah sampai rumah atau belum? atau kalau lo mau kelihatan lebih effort dikit, tanya jadwal dia besok apa aja. Karena bisa aja Adin juga pengen tahu apakah lo masih membuka peluang buat jadian atau enggak." Kata Moza.

Meant 2 Be✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang