"Nomor yang ada tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jaktif area—"
Lestari berdecak. Ini sudah panggilan ke tujuh sejak semalam, namun tidak ada satu pun panggilannya yang dapat terhubung dengan kekasihnya itu. Bahkan ketika ia bertemu dengan Arga di toko fotocopy Cak Ipin, anak itu berkata bahwa dia juga tidak bisa menghubungi Adin sejak semalam. Hal ini mengingatkan Lestari pada masa-masa awal putusnya Adin dengan Gayatri. Selama tiga hari berturut-turut, pemuda itu sama sekali tidak bisa dihubungi hingga membuat anggota organisasi kelimpungan mencari dirinya—meskipun pada akhirnya anak itu tetap muncul di dalam rapat dengan wajah lempeng.
Hari ini, kejadian tersebut seolah terulang kembali. Banyak pesan whatsapp dari Lestari yang hanya berakhir ceklis satu. Lestari hanya khawatir, apakah pertengkaran Adinata dengan si bungsu benar-benar terjadi cukup serius? Jika memang iya, Lestari merasa sangat bersalah sebab itu terjadi karena dirinya.
"Heh! Lu jadi ngeprint kagak? Dipanggil dari tadi juga! Bengong mulu lu pagi-pagi, entar kesambet baru tahu rasa!" Celetuk Cak Ipin ketika mendapati Lestari hanya bergeming ketika ia memanggilnya berulang-ulang kali.
Kali ini, Lestari menarik napas panjang. Gadis itu sama sekali tidak tertarik menimpali gurauan Cak Ipin, ia hanya menyurukkan flashdisk miliknya tanpa mengatakan sepatah kata pun. Hal tersebut jelas membuat Cak Ipin keheranan. Meskipun beberapa anak dari Fakultas Seni dan Bahasa mengatakan bahwa Lestari adalah gadis yang dingin, setidaknya Cak Ipin cukup tahu bahwa gadis itu adalah gadis yang baik. Dia murah senyum dan selalu menyapa kenalannya setiap kali mereka tanpa sengaja bertemu. Namun, pagi ini gadis itu terlihat murung. Harusnya dia terlihat ceria sebab hari ini adalah hari yang sangat cerah.
"Kenape lu? Ada masalah? Perasaan dari tadi gua perhatiin kayak orang kagak makan seminggu?" tanya Cak Ipin, dengan logat betawinya yang kental.
"Lihat Adin nggak, Cak?"
"Kagak tuh, kayaknya udah seminggu ini gua kagak lihat tuh anak." setelah merapikan beberapa lembar kertas hasil print out, Cak Ipin mendongak. "Lu berdua lagi berantem?"
Lestari meringis, lalu menggeleng. "Enggak, cuma kayaknya dia lagi ada masalah. Aku hubungi dari semalem nomernya nggak aktif mulu."
"Ya lu sabar aja lah menghadapi kulkas dua pintu kayak dia. Kali aja emang dia lagi pengen sendiri pan? Entar kalau udah baek juga pasti bakalan nyari lu lagi. Pan dia udah cinta mati sama elu!"
Mendengar penuturan itu, Lestari terkekeh. "Apaan sih, Cak!"
"Lah gua mah cuma menyampaikan apa yang gua lihat tiap dia di mari." kali ini Cak Ipin turut terkekeh. Juga sedikit berharap bahwa leluconnya sedikit membuat Lestari merasa lebih baik. "Saban hari juga cuma elu yang dia banggain ke temen-temennya."
Percakapan keduanya lalu berhenti di sana. Selain karena Lestari tidak tahu harus berkata apa lagi, tugas makalahnya juga sudah selesai dijilid. Usai membayar, gadis itu berlalu. Sembari menerka-nerka apakah hari ini Adinata akan masuk seperti biasanya atau dia akan mangkir tanpa alasan. Meskipun opsi kedua sangat tidak mungkin, tetapi tetap saja kemungkinan itu bisa terjadi. Dalam perjalanan menuju kelas, Lestari mencoba menghubungi kekasihnya itu lagi. Sama seperti percobaan sebelumnya, nomornya masih tidak aktif.
"Lestari!!"
Gadis itu baru saja akan mengetikkan beberapa pesan singkat untuk Adin saat seseorang tiba-tiba saja menyerukan namanya. Lestari berbalik, dan betapa terkejutnya ia saat menemukan Gayatri berjalan ke arahnya. Sama seperti pertemuan terakhir mereka, gadis itu mengenakan sepatu berwarna merah yang sama. Sebenarnya, Lestari tidak ingin memikirkan alasan kenapa Adinata memberikan mantan pacarnya itu sepatu hak tinggi yang bagus dan semahal itu. Kalau dibandingkan dengan sepatu yang ia terima bulan lalu, harganya jelas beda jauh. Tetapi, bukan itu alasan utama kenapa hatinya terasa seperti tercubit. Dia hanya tidak mengerti, kenapa Adin memberikan sepatu kepada Gayatri?
KAMU SEDANG MEMBACA
Meant 2 Be✔
Romance[SUDAH TERBIT] BAGIAN KEDUA NARASI, 2021 Dulu, Lestari pikir bahwa dia adalah kelopak bunga dandelion yang terbang terbawa badai. Sejak muda, ia terbiasa melalang--menangkis segala macam cambukan hidup yang bisa saja meremukkan dirinya. Menginjak re...