When everything around you feels heavy, drive as far as you can. Dulu saat situasi sedang sulit-sulitnya untuk ia hadapi, Adin akan menjelajahi sudut-sudut kota Jakarta sampai tengah malam. Sampai terkadang ia tidak sadar bahwa ia telah berkendara terlalu jauh. Itu semua karena ia tidak tahu bagaimana caranya beristirahat dari betapa keruhnya isi kepala. Saat-saat terberat itu adalah ketika ia merindukan kakaknya setengah mati, tapi di saat yang bersamaan ia juga harus menghadapi hubungannya dengan Gayatri yang kian hari kian bertambah rumit.
Sepanjang perjalanan menuju rumah, Lestari tak banyak bicara. Gadis itu lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menyanyikan lagu-lagu yang ia dengan sepanjang perjalanan dengan suara lirih. Tatapannya masih berlarian pada pedestrian yang nampak bergerak cepat. Apa yang dilakukan oleh Lestari tiba-tiba saja mengingatkan Adin kepada dirinya sendiri berbulan-bulan yang lalu. Tatapan kosong itu, hela napas panjang itu. Gadis itu persis seperti dirinya setiap kali ia menghabiskan malam untuk drive night di ruas-ruas jalan yang lengang.
"Lestari nggak pernah cerita banyak ke gue soal keluarganya, tapi setahu gue dari dulu dia cuma tinggal berdua sama ibunya. Gue nggak tahu apakah dia anak tunggal atau punya saudara yang lain. Kayaknya sih tunggal ya." dalam perjalanan itu, Adin tiba-tiba saja mendengar suara Moza di dalam kepalanya. Jika dengan Moza saja Lestari tak banyak bercerita mengenai kehidupannya, maka mustahil juga untuk gadis itu lebih terbuka dengannya.
Sebenarnya sejak pertama kali mengenal Lestari, Adin tahu bahwa gadis itu bukan tipikal yang mudah bicara dengan orang lain. Dia seperti seorang gadis keras kepala yang tidak membutuhkan orang lain di kehidupannya. Lebih parahnya, Lestari terlihat seperti gadis dingin yang kesepian. Tapi seiring berjalannya waktu, Adin merasa bahwa Lestari tidak seburuk itu. Gadis itu memang tak banyak bicara seperti teman-temannya yang lain, tapi sebenarnya dia gadis yang hangat. Ia selalu peduli pada teman-temannya meskipun ia tidak pernah menunjukkan itu.
Adin jadi ingat dengan pertengkaran yang pernah terjadi antara Lestari dan Arga beberapa bulan yang lalu. Untuk pertama kalinya, Adin menemukan Lestari bisa semarah itu dengan orang lain. Hanya karena Arga menyeletuk bahwa ia tak jauh beda dari gadis-gadis gemar make up lainnya, Lestari sampai menghampiri Arga dengan tatapan yang nyalang. Di sorot mata gadis itu, Adin menemukan harga dirinya sedang terluka. Namun seminggu setelah kejadian di sekretariat itu, Lestari tidak meninggalkan Arga ketika anak itu butuh bantuan.
Tidak ada yang istimewa dari Lestari. Di mata Adin, penampilan gadis itu sama saja dengan yang lainnya. Tapi entah kenapa ada yang berbeda dari bagaimana caranya bicara. Atau caranya menempatkan diri di situasi-situasi yang sulit. Sampai-sampai suatu hari Adin berpikir, bagaimana mungkin dia bisa sekeren ini?
"Kalau lo terus-terusan jemput gue kayak gini, lo nggak ada bedanya sama ojek online." Lestari terkekeh, lalu melepaskan seat belt saat mobil yang ia tumpangi berhenti di pelataran rumahnya. Perjalanan yang mereka lalui terbilang lama, tapi pikiran yang mengganggu di dalam kepalanya membuat semuanya menjadi singkat.
"Apa perlu besok gue pakai jaket ijo? Biar lebih totalitas." Gurau Adin. Laki-laki itu lalu bergegas membuka pintu dan mengeluarkan gitar Lestari dari jok belakang.
Untuk beberapa saat, ia memperhatikan betapa gelapnya rumah Lestari saat ini. Sepertinya gadis itu lupa tidak menyalakan lampu depan sebelum ia berangkat tadi.
"Loh, kok lampunya mati? Perasaan tadi udah gue nyalain." Tapi laki-laki itu langsung mengernyit saat Lestari terlihat kebingungan karena lampu di depan rumahnya tidak menyala. "Apa putus ya?"
Adin tidak mengatakan apa-apa. Anak itu hanya mengekori Lestari dan menunggu sambil mengamati sekitarnya saat gadis itu membuka pintu rumahnya. Sama seperti keadaan di luar, bagian dalam rumah gadis itu juga diselimuti kegelapan. Hanya lampu dari kamar yang terlihat memberi tampias tak kentara ke bagian depan rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meant 2 Be✔
Romance[SUDAH TERBIT] BAGIAN KEDUA NARASI, 2021 Dulu, Lestari pikir bahwa dia adalah kelopak bunga dandelion yang terbang terbawa badai. Sejak muda, ia terbiasa melalang--menangkis segala macam cambukan hidup yang bisa saja meremukkan dirinya. Menginjak re...