Mencintai Lestari sama sekali tidak mudah. Ia memiliki kehidupan yang jauh lebih rumit dibanding orang lain. Terkadang dia ingin sadar diri untuk tidak membiarkan dirinya menjadi beban bagi siapa pun yang mencintainya kelak, tapi di beberapa kesempatan, ia mendongak ke langit seakan tengah menantang Tuhan. Dia ingin serakah dan memiliki kehidupan normal seperti teman-temannya yang lain.
Setiap kali ia membuka pintu rumahnya, segalanya terasa berbeda. Kebiasaan mengucap salamnya sudah tidak memiliki balasan sejak bertahun-tahun yang lalu. Karena ia jarang di rumah, keadaan sekita terasa begitu dingin. Begitu ia melewati pintu, ia menatap sekelilingnya dengan hela napas rendah. Dia benci pulang. Pulang hanya akan membuatnya semakin kesepian dan merindukan kenangan yang seharusnya tidak ia ingat-ingat lagi.
Gadis itu berjalan ke kamar. Ia melepaskan tote bag bergambar beruangnya dan merebahkan diri sembari menutupnya mata rapat-rapat. Dia lelah, tapi dia tidak bisa mengatakan pada siapa pun bahwa sekujur tubuhnya--atau mungkin isi kepalanya juga--lelah bukan main. Moza memang teman super baik, tapi ada beberapa hal yang tidak bisa Lestari beberkan pada gadis itu. Ia membiarkan dirinya tertutup rapat dari siapa pun.
Hal ini juga yang membuatnya terganggu beberapa hari belakangan ini. Ia pikir cinta pertamanya hanya akan berakhir sebagai cinta bertepuk sebelah tangan, makanya dia baik-baik saja ketika melepaskan bayang-bayang Adin dari kepalanya. Tapi saat pemuda itu mengatakan bahwa ia mulai tertarik padanya, Lestari mulai ketakutan. Apa yang akan laki-laki itu pikirkan tentang hidupnya. Dia sudah berada di ambang kehancuran. Remuk, sampai Lestari sendiri tidak sanggup lagi mengais keping-keping kehidupannya.
Sekarang dia menangis kencang, karena rasa lelah itu sudah di ambang batas kemampuannya dan dia sudah tidak bisa lagi menahan rasa sakitnya. Ia menangis sambil memeluk dirinya sendiri. Sesekali ia bergumam bahwa dia ingin dunia ini berhenti--atau hancur sekalian pun dia sudah tidak akan peduli. Lebih baik begitu. Tapi karena hal-hal seperti ini kerap terjadi, tangisnya pun tak akan bertahan lama. Ia akan selalu berakhir terdiam dan mengusap air matanya sendiri seolah tidak ada yang pernah terjadi.
Rotasinya akan selalu begitu. Ia kelelahan, menangis, ingin dunia segera hancur, tapi beberapa saat setelahnya ia berusaha menenangkan dirinya sendiri dengan berkata bahwa, "Tidak apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja." Memangnya dia harus bagaimana lagi? Dunia ini akan terus berjalan tidak peduli meskipun dia hampir gila dan langkah kakinya terseok-seok. Dia harus tetap hidup untuk membayar hutang, menyelesaikan pendidikan--karena hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang. Setidaknya dia harus menjadi sarjana agar orang-orang di sekelilingnya tidak memandangnya sebelah mata. Ia harus menyembunyikan betapa remuknya ia sekarang agar orang lain pikir, dia tegar dan kejamnya dunia sekali pun tidak akan pernah bisa menghancurkannya.
Menginjak dewasa, Lestari hidup dengan banyak topeng. Ia mengelabuhi orang-orang supaya dia tidak bisa direndahkan. Karena dulu ketika ia masih terlalu muda, ia di buang. Ia dianggap sampah yang tak berguna. Bahkan banyaknya orang-orang yang meninggalkannya jauh lebih besar ketimbang orang-orang yang datang di kehidupannya. Lestari sudah menyimpan itu serapat yang ia bisa, lalu Adinata muncul. Jadi apa yang harus ia katakan pada pemuda itu terkait hidupnya yang kacau-balau?
Kekacauan dalam kepalanya belum sepenuhnya selesai, tapi Lestari harus mandi dan beristirahat karena malam ini dia akan kembali sibuk. Jadi dengan langkah gontai, ia bangkit.
***
Lestari baru saja berganti pakaian dan bersiap pergi ke Javaniella karena hari ini jadwalnya mengisi Night Hours atau dengan kata lain, dia akan bernyanyi di sana. Meskipun dia lelah dan masih ada banyak sekali tugas yang belum ia selesaikan, ia harus tetap pergi. Karena dia butuh uang. Orang-orang kaya yang memiliki banyak uang akan selalu berkata bahwa, "uang bukan segalanya." Mungkin orang kaya yang mengatakan itu adalah orang-orang kaya yang kesepian. Mereka tidak bisa membeli kebahagian yang mereka dambakan dengan uang yang mereka miliki. Tapi bagi Lestari, uang adalah segalanya. Uang bisa membeli apapun yang ia butuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meant 2 Be✔
Romance[SUDAH TERBIT] BAGIAN KEDUA NARASI, 2021 Dulu, Lestari pikir bahwa dia adalah kelopak bunga dandelion yang terbang terbawa badai. Sejak muda, ia terbiasa melalang--menangkis segala macam cambukan hidup yang bisa saja meremukkan dirinya. Menginjak re...