Suara adzan maghrib berkumandang cukup keras. Mendengar itu, Lestari membuka kedua matanya perlahan-lahan. Selain suara adzan, udara dingin yang masuk dari jendela juga menjadi alasannya terbangun. Untuk waktu yang cukup lama, gadis itu mengerjap. Pandangan matanya yang sayu menatap langit di luar rumahnya yang masih meninggalkan semburat merah dan oranye. Seingatnya, ia pulang dari kampus setengah 3 sore. Karena kepalanya tiba-tiba terasa berat dan sakit bukan main, ia memutuskan untuk tidur. Dan ini lah, ia terbangun dengan perasaan yang begitu ia benci. Terbangun ketika suara adzan mulai terdengar dan langit sudah berganti warna adalah sesuatu yang sejak dulu selalu ia hindari. Karena jika dia melakukannya, perasaannya akan terasa begitu aneh. Entahlah, Lestari tidak begitu bisa mendeskripsikannya.
Gadis itu pikir, beberapa jam tidur dan mengistirahatkan tubuhnya akan membuat keadaannya terasa jauh lebih baik, tetapi perkiraannya salah. Kepalanya masih terasa nyut-nyutan, juga perutnya yang terasa seperti akan meledak. Ini adalah hari pertama menstruasi, tak heran jika tubuhnya terasa seperti tidak normal. Dadanya terasa kencang dan sesak, kepala dan perutnya sakit, bagian pinggang ke bawah juga nyeri bukan main.
Setelah suara adzan tidak terdengar lagi, gadis itu menegakkan punggungnya. Membuka aplikasi burung biru dan menemukan mention tabnya kembali penuh dengan umpatan dan komentar-komentar kebencian lainnya. Tak jarang dari mereka bahkan mengiriminya video-video creepy yang menjijikkan. Seperti hari-hari sebelumnya, Lestari memutuskan untuk tidak membacanya sama sekali. Ia hanya menggulir beberapa sebelum akhirnya menutup kembali aplikasi tersebut. Dulu sebelum diserang seperti ini, Lestari bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan freelance di sana. Tetapi sepertinya, ia harus kehilangan keuntungan tersebut sebab keadaan mulai tidak aman baginya.
Sudah terhitung dua bulan dia berkencan dengan Adinata, tapi komentar-komentar tidak mengenakkan itu bahkan tidak pernah surut sedikit pun. Pertengahan bulan lalu, dia sudah menghapus akun instagramnya secara permanen. Dia masih mempertahankan twitter sebab hanya aplikasi itulah yang bisa memberikannya pekerjaan secara mudah dan cepat. Sejujurnya, kalimat kebencian itu cukup menganggu. Bohong kalau Lestari tidak sedih dengan segala makian-makian yang ia terima, tetapi bukankah dia sudah pernah mengalami hal yang jauh lebih berat dari ini? Jadi, seharusnya ini bukan lah apa-apa.
Setelah menarik napas yang cukup panjang, perempuan itu beranjak dari tempat tidur. Orang-orang itu bahkan tidak memberikannya makan sama sekali, jadi kenapa mereka senang sekali mengusik hidupnya? Dengan gontai, ia berjalan ke arah kamar mandi. Dengan harapan, air kamar mandinya yang dingin mampu membuat tubuh dan perasaannya menjadi lebih baik.
"Minimal bayarin listrik gue kek." gumamnya, sesaat setelah komentar dari salah satu penggemar Gayatri melintas di dalam kepalanya. "Ngasih makan juga enggak, bacot mulu kerjaannya." sambungnya. Lalu setelah ia mengguyur sekujur tubuhnya dengan air, Lestari menjerit. "ATAU MINIMAL BELIIN GUE WATER HEATER KEK! INI DINGIN BANGET BANGSAT!!"
Lestari termasuk gadis yang jarang menangis. Namun, malam itu ia menangis dengan sekujur tubuh yang menggigil. Dia bukan hanya menangisi sekujur tubuhnya yang sakit bukan main, atau air di kamar mandinya yang dingin seperti air es, tetapi juga listrik rumahnya yang tiba-tiba saja padam.
Benar, dia lupa mengisi token listrik yang sudah berbunyi nyaring sejak 3 hari yang lalu.
***
Setelah mandi dan berganti pakaian, Lestari berdiri di depan KWH meter dengan pikiran kosong. Hampir lima belas menit ia memperhatikan lampu merah yang ada di sana berkedip-kedip, tanda bahwa satuan daya yang ada di sana telah mencapai titik limit.
"Perasaan baru minggu lalu gue isi. Masa udah habis aja sih?" gumamnya, kemudian menoleh ke dalam rumah. Pada kulkas peninggalan ibunya yang berdiri persis di sebelah rak piring. "Apa gue jual aja ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Meant 2 Be✔
Romansa[SUDAH TERBIT] BAGIAN KEDUA NARASI, 2021 Dulu, Lestari pikir bahwa dia adalah kelopak bunga dandelion yang terbang terbawa badai. Sejak muda, ia terbiasa melalang--menangkis segala macam cambukan hidup yang bisa saja meremukkan dirinya. Menginjak re...