10. There's Nothing I Want to Miss About You

20K 4.3K 710
                                    

Note: hai, kayaknya chapter ini lebih panjang dari biasanya. Gue ketik tanpa revisi ulang, jadi kayaknya bakalan ada beberapa typo--karena gue lemah banget kalau urusan salah ketik. Ignore that, because I'm too lazy to correct it now hahaha. Happy reading!

***

Menjelang pukul sepuluh, Lestari terbangun dengan sekujur tubuh yang penuh dengan keringat. Gadis itu tersentak, terjaga dari mimpi buruknya yang selalu itu-itu saja. Ketika ia mendongak, Lestari menemukan bias cahaya matahari menerobos dari celah jendela. Ia tidak ingat jam berapa ia jatuh tertidur. Yang pasti, sekarang ini sekujur tubuhnya sakit bukan main. Dia bahkan nyaris tumbang saat beranjak dari sudut kamarnya. Setidaknya dia bersyukur karena hari ini ia tidak memiliki kelas sama sekali. Dia juga tidak memiliki pekerjaan part time sehingga dia tidak perlu keluar rumah. Dan satu lagi yang seharusnya dia syukuri, Adin tidak akan datang ke rumahnya mengingat kejadian semalam yang membuat mereka kembali canggung.

Akhirnya, Lestari berjalan ke kamar mandi dengan langkah gontai. Perutnya lapar, tapi setidaknya dia harus mandi dulu supaya pening di kepalanya sedikit membaik. Saat kepalanya mulai dibasahi oleh air, tiba-tiba ide gila itu mulai datang. Berbondong-bondong seperti akan menghancurkan semua rencananya dalam waktu singkat. Bagaimana jika dia mengambil cuti saja? Pertama, dia bisa menghindari Adin karena sepertinya dia akan memilih untuk melupakan laki-laki itu saja. Kedua, dia bisa fokus bekerja dan segera melunasi hutang-hutangnya.

"Jangan bikin keadaan makin kacau, Lestari!" gadis itu memperingati dirinya sendiri. Ia lantas menyiram sekujur tubuhnya dengan membabi-buta, berharap air dingin dari bak kamar mandinya bisa menetralisir isi kepalanya yang hampir mendekati gila. "Kuliah aja yang bener. Nggak usah mikirin cinta-cintaan. Bukannya makin pinter, makin bego yang ada!"

Karena perutnya sudah mulai perih, ia memutuskan untuk segera menyudahi acara mandinya dan bergegas berganti pakaian. Perih yang ia rasakan saat ini tidak boleh berubah menjadi kadar asam lambung yang naik. Karena kalau sampai hal tersebut terjadi, dia hanya akan membuang-buang uang untuk membayar IGD seperti satu tahun yang lalu.

"Sabar ya lambung, habis ini gue beliin nasi padang." Meskipun sudah cukup muak, setidaknya Lestari harus berterima kasih karena menu itulah yang sering menyelamatkan kehidupannya. Dia bisa menghabiskan satu porsi untuk 2 kali makan. Jadi karena sarapannya sudah sangat terlambat, setidaknya dia bisa menghabiskan sisanya untuk makan sore. Sementara malam harinya dia bisa membuat mie instan.

Ketika gadis berkaus putih itu mulai mengeringkan rambut basahnya, tiba-tiba dia mendengar suara ketukan dari arah depan. "PERMISI! PAKET!!"

Lestari jelas mengernyit kebingungan. Uangnya tidak sebanyak itu untuk membeli sesuatu dari ruang belanja online. Tapi tak jarang juga dia didatangi kurir ekspedisi. Paket itu bisa jadi milik tetangga di sebelah rumahnya.

"PAKEEETTTT!!!!

"Ya ampuuun, berisik banget!" ia menggumam. Baru kali ini ada kurir yang kelakuannya bikin kepala makin pusing. Dia sampai menggedor-gedor pintu saking tidak sabarnya. "IYAAA!!! SEBENTAR!"

"MBAK? PERMISI, PAKET!!"

"Iya, Mas! Sebentar. Sabar dong, ini lagi jal--" itu bukan kurir paket, tapi orang yang dia pikir tidak akan datang ke rumahnya lagi. Laki-laki itu berdiri menjulang di hadapannya. Dengan setelannya yang rapi seperti biasa, coma hair yang selalu digandrungi adik-adik tingkatnya, juga senyuman tipis--tanda bahwa ia menyampaikan rasa bersalahnya lewat senyuman itu.

"Hai, gue pikir lo nggak bakalan bukain pintu buat gue lagi." Ucap laki-laki itu, dan entah kenapa menemukannya berada di sini setelah kekacauan yang terjadi semalam membuat Lestari sedikit merasa lebih baik. Oke, mungkin dia kedengaran seperti wanita gila yang tidak tahu diri. Tapi percayalah, Lestari juga tidak ingin membebani siapa pun dengan sikapnya yang tidak terkendali.

Meant 2 Be✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang