12. Titik Terang
••••
Penjelasan Angka beberapa menit yang lalu masih terngiang jelas di memoriku. Sebelumnya, aku tak menyangka jika jantung yang berada di dada kiriku ini milik Tasya. Karena Tasya yang aku kenal selama ini bukanlah seseorang yang sangat baik. Ralat, maksudku Tasya memang baik, tetapi bukan berarti sampai rela mengorbankan hidupnya hanya demi seseorang saja.
"Kamu enggak salah dengar, semua yang kamu dengar itu memang benar, Nai." Angka menjelaskan semuanya dengan sangat jelas.
"Tapi, Ka ...."
Angka masih bergeming di tempatnya. Cowok itu terlihat sedang menunggu ucapanku selanjutnya.
"Aku benar-benar engg--"
"Kamu enggak percaya dengan semua yang sudah dilakukan Tasya hanya demi hidupmu, Nai?" Nada bicara Angka meninggi. Ada sebuah amarah di dalam ucapannya.
"Bukan berarti seperti itu, Ka ...."
"Terus?" Kuberanikan diri untuk menatap wajah Angka. Sebersit rasa marah bercampur kecewa terlihat kentara di raut mukanya.
"Tasya mendonorkan jantungnya hanya demi hidupmu, Nai. Dia rela melakukan ini semua demi kebahagiaan kamu dan Rai."
"Bodoh memang dia," umpat Angka di akhir ucapannya.
Diam. Aku tak tahu harus mengatakan apa. Jutaan kata yang aku simpan di kepala tiba-tiba raib begitu saja. Tubuhku menegang setelah mendengar semua penjelasan Angka.
"Apa ini semua ada hubungannya dengan ... kehadiran kamu?"
Angka menganggukkan kepala mantap. Sebulir air mata lolos begitu saja dari pertahanannya. Pemuda itu menangis di depanku.
Dadaku berdesir perih ketika melihat tangis Angka. Aku tak kuasa melihat air matanya yang menetes deras. Entah kenapa, aku menjadi merasa seperti seorang antagonis dalam cerita ini.
"Hari setelah insiden kamu pingsan, Tasya mengalami kecelakaan. Kakinya patah ...." Suara Angka bergetar dengan air mata yang terus menetes dari pelupuk. "Karena kecelakaan itu dia mengalami pendarahan di otak." Bahu Angka bergetar hebat setelah menyelesaikan ucapannya.
Apa ini semua bukan mimpi?
Aku tak mampu mendengar ini semua. Pengorbanan Tasya begitu besar dalam cerita ini. Mungkin jika bukan karena Tasya, aku sudah mati saat insiden waktu itu.
"Soal kedatanganku yang tiba-tiba ...."
"Ini bukan karena rencana Rai. Dia tak ambil peran dalam ini semua." Suara Angka terbata-bata dalam menyampaikan penjelasannya. Aku tahu bagaimana perasaannya saat ini. Cowok itu jelas saja terpukul ketika mengetahui ini semua.
"Aku hanya ingin menjaga jantung Tasya dari dekat, dan itu bagian dari tugasku sebagai seorang yang mencintainya selama ini."
"Aku mencintai Tasya lebih dari dia mencintai Rai, Nai. Aku hanya ingin selalu berada di sampingnya," ucapnya penuh ketulusan.
Setelah mengetahui kisah Tasya dan Angka, aku menjadi lebih percaya dengan namanya cinta sejati. Seseorang yang mencintai kita dengan tulus pasti tak akan pernah mengharapkan balasan. Dia akan terus memberikan cintanya, meski tanpa sebuah ikatan. Dan, kisah Tasya dan Angka mampu membuktikan sebuah cinta sejati padaku.
Mungkin jika ini semua bisa diulang, aku tetap ingin menjadi seorang Naila Revanka. Aku tak ingin berburuk sangka pada Tasya, atau menjadi seorang yang egois. Aku hanya ingin menjalankan peranku sebagai Naila. Seorang Naila yang mencintai Rai dengan tulus, sama seperti Angka mencintai Tasya-nya.
"Terkadang apa yang ada di dunia ini hanya ditakdirkan untuk bersama, tanpa bisa bersatu. Sama halnya seperti langit dan bumi, Nai."
Aku menganggukkan kepala sekali. Bersama dengan Angka membuatku lebih dewasa. Aku banyak belajar tentang hidup dan cinta darinya. Mungkin, Tuhan mengirim seorang Angkasa untuk membuatku lebih bisa menerima takdir.
"Terima kasih untuk setiap detik yang kamu beri, Ka. Aku tidak bisa berjanji untuk menjaga jantung Tasya, tapi aku bisa berusaha untuk menjaga jantung ini." Aku menyentuh dada kiri. Di dalam sana, ada sebuah jantung yang berdetak normal.
Teruntuk Tasya, terima kasih dan maaf. Mungkin seribu kata maaf tak cukup untuk membayar semua kesalahanku. Namun, aku sedang berusaha untuk tidak menjadi pribadi yang egois. Aku tak ingin ada Tasya-Tasya lain dalam ceritaku.
Beristirahatlah dengan tenang, Sya. Biarkan aku menjaga bagian dari tubuhmu dengan baik. Berbahagilah kamu di sana, dan aku akan selalu belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Bukankah dalam sebuah cerita, pasti akan ada salah satu tokoh yang berakhir sedih? Tidak semua tokoh harus berakhir bahagia, bukan? Dan aku bersyukur menjadi salah satu tokoh yang berakhir bahagia, meski harus mengorbankan salah satu tokoh lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Naila
Cerita Pendek"Langit senja kali ini terlihat cantik, sama sepertimu." ••• "Kak, apa kamu tahu hal terindah yang pernah aku lihat selama ini?" "Memangnya apa?" "Senyuman Kak Rai." ••• "Aku takut episode kita terlalu singkat, Kak." "Kalo gitu kita buat lebih panja...