11.35 pm

247 19 2
                                    

Happy reading !!

"Taeyong, ayo bercerai.."

Taeyong terpaku. Dunia seolah berhenti. Jika bisa maka ia berharap dunia memang benar-benar berhenti. Bukan hanya dunianya. Ia lalu menatap Jaehyun, mencoba mencari keraguan dalam mata indah yang selalu menatapnya penuh puja. Gagal. Nyatanya Taeyong tak mendapati sedikit pun keraguan dalam diri Jaehyun.

"Kurasa aku sudah mengatakannya, aku tidak lagi mencintaimu."

Diam. Taeyong tetap diam. Ia yakin banyak hal yang ingin Jaehyun ungkapkan, dan ia memilih diam. Menunggu pengakuan dari Jaehyun.

"Ada orang lain, dan dia tengah mengandung anakku. Maaf karena aku menjadi brengsek. Aku tidak bisa membiarkan wanita itu berjuang sendirian.." Jaehyun menjeda, mencoba membaca ekspresi sang istri sejenak.

"Dan aku tidak akan membiarkan anak itu lahir tanpa seorang ayah___"

"Lalu bagaimana dengan Jisung ?" Ucap Taeyong penuh penekanan.

"Jaehyun, jika wanita itu berusaha membujukmu agar calon anak kalian memiliki ayahnya, maka aku juga berhak berjuang agar putraku tidak kehilangan ayahnya." Taeyong sekuat tenaga mengontrol emosinya. Jari-jarinya meremati piyama yang ia pakai. Berusaha menahan tangis. Sekaligus berusaha untuk tidak membuat keributan yang akan berujung mengganggu tidur lelap putra mereka.

Jaehyun dibuat bungkam atas kalimat Taeyong. Tidak ada yang salah dalam perkataan Taeyong. Tapi sepertinya Jaehyun benar-benar tengah dibutakan oleh cintanya pada Chaeyoung. Ia tetap pada keputusannya.

"Setelah bercerai, Jisung akan ikut aku. Dengan begitu ia tidak akan kehilangan ayahnya___"

"Dan membiarkan ia kehilangan ibunya ? Tidak Jaehyun. Kau tidak pernah merasakan bagaimana terpuruknya ditinggalkan orang tua. Aku tidak akan pernah membiarkan Jisung hidup tanpa ayah atau ibunya. Tidak akan pernah." Setelah mengatakan itu, Taeyong beranjak dari kamar mereka. Segera menuju kamar sang putra.

"Akh..sialan !" Jaehyun mengumpat setelah kepergian Taeyong, sepertinya akan sulit bercerai dengan wanita yang hampir tujuh tahun ini menyandang marganya. Hal itu tentu saja akan mempersulitnya untuk menikahi Chaeyoung.

~~~

Jisung menggeliat dalam tidurnya, "uhh, mama ?" Lantas Jisung merapatkan diri pada mamanya, mencari kehangatan. "Ayah tidur sendiri ?"

"Di luar sedang hujan, mama takut tidur Jisung terganggu.." Katanya sembari mengeratkan pelukan pada sang putra.

Tak lama, Jisung kembali terlelap dengan tenang. Taeyong memandang lekat wajah sang putra. Bagaimanapun ia tidak akan sanggup hidup berpisah dengan Jisung. Jika kelak Jaehyun benar membuangnya, maka satu-satunya yang tersisa dan ia punya hanya Jisung. Dan Taeyong telah bertekad, ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Dengan caranya, ia akan menjaga agar Jisung dan Jaehyun tetap berada dalam genggaman.

~~~

Jaemin sudah meminta izin pada Taeyong bahwa ia dan Mark akan membawa Jisung jalan-jalan setelah jam sekolah selesai. Suara Jisung di telepon tadi tampak bersemangat. Membuat Ibu satu anak itu harus merelakan putranya untuk dibawa sang bibi bermain. Taeyong pikir itu cukup membantu karena ia juga masih berada dalam jam kerja.

"Bagaimana tadi sidangnya ?" Tanya Jaemin pada Mark disela ia menyuapi Jisung semangkuk es krim rasa semangka. Tentu saja dengan bujukan uncle Mark kesayangannya, akhirnya ia memilih rasa semangka.

"Seperti biasa, aku berhasil Na. Klienku terbukti tidak bersalah dan putrinya berkali-kali mengucapkan terima kasih padaku. Aku senang akhirnya mereka bisa berkumpul kembali." Mark mengingat bagaimana Han Yieun, putra kliennya yang dituduh dalam kasus pembunuhan memohon agar Mark membantu ayahnya yang merupakan seorang tuna wicara.

EVEN NOW [JAEYONG] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang