Menjadi Orangtua

316 33 9
                                    

Sedari tadi Mark tidak berhenti memuntahkan isi perutnya kendati yang keluar hanyalah cairan bening. Bahkan lelaki tersebut tidak bisa pergi bekerja hari ini karena kondisi tubuhnya yang sangat lemas, bolak-balik toilet ternyata berhasil menyita tenaga dan waktunya. Beberapa minggu ini Mark memang mengalami hal tersebut namun tidak separah hari ini. Jaemin jadi tidak tega melihat kondisi suaminya.

"Astaga sepertinya aku harus pergi ke dokter.." keluh Mark pada istrinya, Jaemin lalu duduk di samping suaminya. Memberikan teh jahe yang baru saja dibuatnya.

"Kakak minum ini ya, dokter bilang ini bisa meredakan mual Kakak." Mark memang dari awal menolak ajakan Jaemin pergi ke dokter. Tapi Jaemin bukan wanita biasa yang akan membiarkan suaminya berlarut-larut dalam keadaan seperti itu. Beberapa hari lalu ia menelepon Taeyong. Bertanya perihal apa yang dialami oleh suaminya. Dari situ ia mendapat jawaban atas apa yang dialami suaminya.

"Kakak, maaf ya..harusnya aku yang mengalami ini semua.."

"Hei..apa yang kamu katakan ? Ini bukan salahmu sayang.." Mark dibuat bingung. Sang istri lalu menyodorkan sebuah map coklat padanya. "Itu hadiah dariku, Kak."

Mark segera membuka map coklat tersebut, kekhawatiran mulai timbul saat ia mendapati logo rumah sakit di map tersebut. Mark lalu menarik keluar sebuah kertas tebal berukuran 3R dari dalamnya, alisnya menyatu saat melihat foto buram didominasi warna hitam dan abu-abu

"Nana, foto USG siapa ini?" Jaemin berdecak, kedal dengan Mark yang tidak juga mengerti arti 'hadiah' yang diberinya.

"Biji semangka!" Jawab Jaemin kesal.

Tidak puas dengan jawaban Jaemin, akhirnya Mark mengeluarkan seluruh isi map tersebut. Ia membaca sebuah lembar hasil pemeriksaan dari amplop putih yang juga terdapat logo rumah sakit yang sama. Mata tajamnya begitu fokus membaca tiap kata yang tertulis di lembar tersebut.

"Nana, k-kamu hamil?" Jaemin mengangguk pelan diiringi sebuah senyum lembut.

"Bayi kita." Mark membawa Jaemin dalam pelukan mengecup berkali-kali kening istrinya.

"Dia, dia Mark junior?" Mark mengelus perut Jaemin dengan mata berkaca-kaca, hatinya menghangat dan dipenuhi perasaan berbunga yang belum pernah ia rasakan selama hidupnya.

"Terima kasih, sayang.."

Sekarang Mark jadi tahu alasan mengapa ia jadi sering mual-mual. Ia kemudian memposisikan wajahnya tepat di depan perut istrinya. Seolah mengajak bicara calon buah hatinya. "Pintarnya anak Ayah tidak merepotkan Mama..Good job junior !!" Ia lalu mengecup kembali perut istrinya. Jaemin mengelus pelan surai Mark yang masih betah menciumi perutnya.

"Maaf ya Ayah, adeknya merepotkan Ayah.." Mark menggeleng. Ia senang bisa merasakan semua ini. "Terima kasih, sayang.."

~~~

Kabar kehamilan Jaemin tentu saja sudah sampai pada Taeyong. Jaemin tidak mungkin tidak membagi kabar bahagianya ini pada seseorang yang masih ia anggap sebagai kakaknya. Bahkan di akhir pekan ini, ia dan suami mengundang Taeyong untuk perayaan kecil-kecilan atas kabar bahagianya. Haruto yang juga mengetahui kabar tersebut sontak saja mengangguk antusias kala menerima kabar tersebut dari Jaehyun yang tempo hari berkunjung.

Sampai sekarang Jaehyun memang menjadi peran ayah yang baik untuk Haruto. Dalam seminggu setidaknya dua kali ia akan berkunjung ke Jeju untuk menemui Haruto dan Taeyong. Haruto memang tidak pernah protes perihal mengapa Jaehyun tidak bisa setiap hari ada untuk dirinya. Asal sampai sekarang masih ada sosok yang dipanggilnya ayah, ia selalu merasa aman dan terlindungi.

Ketika akhir pekan tiba, Jaehyun yang menjemput Haruto dan Taeyong untuk dibawa ke Seoul. Memenuhi janji mereka pada Mark dan Jaemin.

"Ayah, Ruto boleh duduk depan ?" Tanya Haruto ketika ia sudah siap di bangku belakang. Kemudian Taeyong yang duduk di samping kemudi segera menanggapi. "Sini, Ruto duduk sama Ibu ya.."

EVEN NOW [JAEYONG] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang