Prolog

15.9K 1K 115
                                    

Hai semuanya🤗
Selamat datang ya di lapak baru VZ, semoga cerita ini membangkitkan mood kalian ke depannya🤭

Untuk memulai cerita baru ini, yuk gais kasih emotikon kesukaan kalian di sini👉👈

Sebanyak-banyaknya ya! Kita panaskan cerita ini 🔥

Happy reading😉

‼️Disclaimer: Nama tokoh yang kalian sarankan di bab sebelumnya akan dipakai untuk tokoh figuran. So, nama-nama tokoh utama dan pemeran penting sudah disiapkan sejak lama.

🫀

Jakarta, 6 tahun lalu

"Aku suka sama kamu," ucap seorang gadis yang jauh-jauh hari telah mempersiapkan diri untuk mengakui perasaannya pada si crush, laki-laki yang sejak tadi diam dan fokus menggambar di buku sketsanya sebelum mendengar pernyataan impulsif itu.

"Tadi kamu bilang apa?" tanyanya.

"Aku suka sama kamu. Aku cinta sama kamu," ulang gadis itu dengan berani. Sebuah keberanian yang belum tentu menerima respon yang bagus...

"Dea, kamu masih kecil. Belum mengerti soal cinta."

...seperti respon laki-laki itu misalnya.

Yang dengan santainya kembali menggambar, tidak lagi menatap ke sebrang, seolah-olah pernyataan tadi hanya informasi biasa yang tidak mengejutkan siapa-siapa.

"Umur 17 tahun itu masih kecil ya?"

"Hm."

Bahkan Dea yakin anak SD sudah tahu pacaran. Entah alasan apa yang membuat laki-laki itu menganggap Dea yang berusia 17 tahun, masih kecil dan belum mengerti soal cinta.

"Oke," balas Dea lalu menutup buku sketsa yang dipakainya. Ia tidak perlu berlama-lama di ruangan ini, karena jawabannya juga tetap sama. Dea ditolak.

Tapi... tunggu!

Bagaimana kalau Dea tunjukkan sebentar pada si brengsek tampan yang menolaknya, sebuta apa Dea soal cinta orang dewasa.

Buku sketsa yang ia pinjam disimpannya di rak dengan sedikit lemparan dari kursinya, sehingga menimbulkan suara, membuat laki-laki di depannya tersentak.

Lantas Dea langsung berjalan mengitari meja hingga tiba di samping kursi targetnya.

"How about this? Apa aku masih kecil menurutmu?" bisiknya dengan pelan lalu mencium daun telinga laki-laki itu.

"Dea! Stop!" serunya, tapi perempuan itu langsung mengambil kesempatan untuk duduk di pangkuannya.

Dan sebelum lelaki itu memberikan protes, perempuan yang memakai gaun motif bunga mawar itu langsung menempelkan bibir mereka. Membungkam targetnya. Si tampan yang berusia 23 tahun yang tidak sengaja membuat gadis remaja berusia 17 tahun bertindak di luar batas.

"Gimana? Apa Bang Sean sudah berubah pikiran?"

Sean. Itu namanya. Keren. Sama seperti orangnya.

"Kamu..." Sean menempelkan jari telujuknya di dahi Dea.

"...sudah gila." Dan kemudian mengusir Dea dari pangkuannya.

Tak ada yang Dea lakukan selain bengong dan diam. Seakan tidak percaya dengan tanggapan Sean bahkan hal konyol yang baru saja ia lakukan.

Ia masih berdiri di samping kursi Sean, dengan jarak sekitar satu meter, karena lelaki itu menggeser kursinya.

Kedua tangannya mengepal, bukan untuk menonjok, hanya sebagai bentuk kontrol diri dan emosi. Ia keluar dari ruangan pribadi Sean tanpa mengatakan apa-apa, tapi membanting pintu cukup keras, hingga Dea melewatkan bagian intinya.

"Huh! Dasar bocil," bisik Sean dengan seulas senyum di sudut bibirnya.

🫀

Coba sini kita ngobrol dulu deh, aku pengen tahu pendapat kalian tentang Dea dan Sean. Kira-kira, siapa yang akan menjadi tokoh bucin di antara keduanya? Dea atau Sean?🤭

Oh ya, udah ketebak belum nih yang mana dokter dan desainer?

Kalau kamu punya gambaran atau teori setelah baca prolog tadi, drop di sini ya.

SPAM NEXT
🔥🔥🔥

Sampai jumpa di bab 1 nanti^^

Salam bahagia,
DPD
VZ
💙💙💙

Dipublish: 01 Agustus 2022

DPD (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang