Selamat datang teman-teman DPD😍😍, aku harap kalian semua sehat-sehat, dan semoga bab ini bisa bikin kamu happy ya.
Jangan lupa vote dan kasih komentar dulu nih, kamu jam berapa baca bab ini.
Happy reading guys🤗
🫀
Menjelang jam makan siang, Sean segera berangkat ke rumah orang tuanya. Tidak ada pertemuan spesial, hanya kebiasaan rutinnya saja untuk selalu pulang ke rumah, pada keluarga yang selalu ada untuk mendukungnya.
Setelah kemarin malam ia kabur dan tidak menjelaskan apa-apa, pastilah mereka bertanya-tanya, bahkan mungkin Oma dan para sepupunya. Sean juga tahu, kalau Papanya akan marah. Tapi, Sean lebih tahu, bahwa Mamanya sudah pasang badan bahkan pada suaminya sendiri.
Begitu mobilnya memasuki gerbang rumah, Sean menarik kaca matanya. Siap mendengar celotehan atau mungkin makian dari Papanya. Ia parkir mobilnya dengan benar lalu berjalan santai ke pintu samping, melewati para asisten rumah orang tuanya, dan tuan mereka sudah duduk di ruang tengah sambil melempar tatapan sinis pada putra sulungnya."Kamu nggak salah masuk rumah?" satu sindiran dari Ares saat Sean menyalim tangannya.
"Maaf, Pa."
"Yang kamu lakukan semalam, bukan sikap pria dewasa, apalagi direktur baru."
Sean menunduk, masih berdiri di sebelah kursi Papanya. Beliau sedang memperbaiki sampul-sampul album foto lama di ruang tengah.
"Saya tahu kamu menerima keputusan ini dengan berat hati. Merasa nggak adil dan merasa tidak dimengerti. Kamu juga pasti bingung dengan penyerahan jabatan ini. Tapi saya mau kamu setidaknya menghargai orang tua saya." Ares masih serius dengan kegiatannya. Begitu pun dengan Sean yang berdiri bak orang dihukum.
"Kalau kamu tidak bisa lagi menghargai saya, nggak papa, saya terima. Tapi, jangan sekali-kali kamu lakukan itu dengan orang tua dan Oma saya."
Tenggoran Sean tercekat. Kata-kata beliau benar-benar menusuk tapi itulah adanya. Ia sadar bahwa sikapnya sangat bodoh dan sama sekali tidak patut dicontoh.
"Kamu itu saya besarkan untuk jadi laki-laki bertanggung jawab, bukan pengecut."
Sean serasa dibawa kembali ke masa lalu. Mereka bertiga, Sean dan kedua adiknya akan dievaluasi khusus oleh Ares setiap bulannya. Kadang mereka bercerita, mengeluh, atau disidang seperti apa yang Sean terima saat ini. Semanja-manjanya mereka diperlakukan oleh Ares, mereka bertiga lebih memilih dimarahi oleh Nara. Ares adalah Papa yang tegas dan disiplin, tidak memukul, tidak juga mencaci, tapi tetap saja, marahnya beliau sangat membuat hati dan pikiran terpukul sampai sadar.
Pernah sekali mereka disidang bertiga di ruang kerja Papanya. Sean berbohong mengenai jadwal les dan jam pulang sekolahnya dan parahnya ia mengajak Gerald untuk cabut. Lalu, puncak kemarahannya ada pada Gina yang ketahuan menyontek saat ujian, terlebih lagi, adiknya itu mendapat surat panggilan orang tua. Mungkin pada saat itu keadaan beliau sedang tidak baik juga, sehingga beliau hanya menatap mereka bertiga dengan mata berkaca-kaca, lalu meminta Sean untuk membawa kedua adiknya keluar. Itu lebih menyakitkan dibanding kecerewetan dan peraturan beliau.
Sean dan kedua adiknya tidak membantah. Mereka bertiga keluar dan kedua adiknya itu mengekori Sean sampai ke kamar. Mereka merasa bahwa hanya Abangnya lah yang bisa mendamaikan suasana itu. Dan tahu apa yang mereka lakukan di kamar anak laki-laki berusia 15 tahun itu? Mereka menangis sambil berpelukan, tertawa bersamaan dan saling mengejek tangis satu sama lain. Bagaimana tanggapan Nara? Oh jelas, beliau lebih dulu memarahi mereka bertiga sebelum disidang oleh suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DPD (On Going)
RomanceDPD (Sequel Dosen Bucin & DSM) Deaby Emma Ellona Putri Brahmana (Dea), seorang desainer muda berbakat yang karyanya pernah digunakan oleh model ternama dunia. Kepulangannya ke Jakarta ialah untuk meneruskan usaha butik milik Oma nya, Butik O'Deil. I...