Finally, DPD update lagi😍😍😍
Semoga ke depannya bisa sering update yahh🤗Tetap dukung cerita DPD sampai tamat ya gaiss🤭
Jangan lupa untuk vote, comment and share yaaSelamat membaca
🫀
Agenda Dokter Sean seharian ini cukup sibuk dan padat. Bukan karena jadwal operasi, melainkan beberapa rapat dewan rumah sakit yang harus ia ikuti. Sean tidak bisa lagi menolak karena sudah diultimatum oleh Ibunya kalau ia harus ikut untuk mengurus rumah sakit.
Memang sangat sulit untuk menolaknya. Bisnis keluarga yang dibangun oleh pendahulu mereka seolah-olah sudah menjadi kewajiban keturunannya untuk memimpin dan mengembangkan sayap kerajaan pundi-pundi uang tersebut.
Lahir dari keluarga berkecukupan merupakan anugerah. Tapi untuk beberapa hal, seperti keinginan dan cita-cita, agak sulit dicapai karena ada tanggung jawab tersirat untuk meneruskan usaha keluarga. Lalu, orang-orang yang lahir dari keluarga kurang mampu, harus mati-matian mengejar cita-cita dan kehidupan yang lebih baik. Hidup itu pilihan, tapi hidup itu juga soal takdir.
"Jo."
"Iya, Dok," sahut Joweila yang berjalan satu langkah di belakang Sean.
"Proposal untuk acara donatur nanti dikasih ke saya dulu ya sebelum sama Bapak." Joweila langsung mengangguk. "Siap, Pak," sahutnya dengan antusias.
"Senang banget, Jo?"
"Hehehehe. Biar saya bisa laporan sama Bapak, Dok." Joweila ditugaskan Ares secara khusus untuk mengajak Dokter Sean terlibat dalam urusan manajemen rumah sakit. Baik itu dari rapat-rapat, pertemuan-pertemuan, atau pun acara-acara rumah sakit. Dan Joweila tak menyerah sehingga ia menerima buah kesabarannya saat ini.
"Terima kasih ya Dok sudah ikut rapat hari ini."
"Hm."
Mereka terpisah di depan lift. Dokter Sean turun ke ruangan praktiknya. Sementara Joweila melanjutkan pekerjaannya yang menggunung karena baru selesai rapat dewan.
Saat Sean berjalan ke koridor dokter spesialis bedah, ia melihat para perawat di resepsionis duduk mengumpul pada satu meja. Tadinya, Sean mengira ada masalah serius, tapi saat ia lewat, tak ada satu pun yang memanggilnya untuk bertanya. Jadi, Sean pastikan, itu bukan tentang kasus pasien. Dan karena penasaran, ia memanggil Nila yang bertugas di shift siang ke ruangannya.
"Sibuk banget di depan ya?" tanya Dokter Sean seraya bersandar di sofa. Mereka berada di ruang praktiknya.
Nila yang duduk di sebrang mengernyitkan dahi. "Nggak juga sih, Dok."
"Ada berita apa?"
Nila bahkan sulit mengedipkan matanya. Tidak percaya bahwa Dokter Sean bertanya hal seperti ini. Langka sekali.
"Nggak ada berita apa-apa, Dok," sahut Nila. Ia lumayan tersudut karena tatapan Dokter Sean yang sangat mengintimidasi
Dokter Sean menajamkan matanya. Ia melipat kedua tangan di dada. "Itu di depan rame-rame."
"Ohhh itu, mau check out belanjaan itu, Dok. Lagi ada diskon. Kan baru gajian." Nila menjawab senatural mungkin, yang diselingi dengan tawa kecil.
"Masa sih? Bukan masalah pasien?"
"Enggak kok, Dok." Jawab Nila jujur. Karena tidak ingin banyak ditanya, Nila segera permisi dan keluar dari ruangan atasannya dengan alasan masih banyak pekerjaan yang harus ia input ke komputer. Ia perlu menasihati tim perawat yang ada di depan, supaya kalau bergosip, tidak perlu berkumpul-kumpul seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DPD (On Going)
RomanceDPD (Sequel Dosen Bucin & DSM) Deaby Emma Ellona Putri Brahmana (Dea), seorang desainer muda berbakat yang karyanya pernah digunakan oleh model ternama dunia. Kepulangannya ke Jakarta ialah untuk meneruskan usaha butik milik Oma nya, Butik O'Deil. I...