Halo semuanya, gimana kabar teman-teman? Semoga sehat dan baik baik saja ya. Meskipun cuaca yang akhir-akhir ini bikin demam batuk pilek, semoga akhir November ini berjalan dengan lancar🫶🏻
Vote dulu yuk untuk bab ini sekalian tes semangat lagi nih untuk cerita DPD 🔥🔥🔥
Jangan lupa senyum dulu sebelum baca momen Sean dan Dea yang 🤏🏻😍
Happy reading guys🤗
🫀
Tidak banyak yang direvisi dari fitting terakhir gaun dan busana yang akan Andrani kenakan esok hari, Dea bersama timnya hanya memerlukan waktu sekitar setengah jam di sana. Setelahnya, mereka berpisah untuk pergi ke tujuan masing-masing. Sean mengajak Dea menyusul teman-temannya yang sedang berada di GWK dan selanjutnya mereka akan berangkat ke Pura Uluwatu untuk melihat pertunjukan Tarik Kecak.
"Kamu cuti berapa hari?"
"Aku nggak ngajuin cuti," sahut Sean.
Dea mengerutkan alisnya. "Salah satu benefit yang aku terima setelah menjabat sebagai Direktur adalah tidak ada batasan jumlah cuti. Selama pekerjaanku aman dan terkendali, bisa dihubungi, that's enough. Tapi, sebagai seorang dokter, tentu saja aku punya batas jumlah cuti berturut-turut, apa lagi kalau ada pasien yang masih aku konsultasikan."
"Enak juga. Lalu, apa ada benefit sebagai istri Direktur?"
Sean tertawa, melirik Dea sebentar sebelum kembali melihat ke arah jalan raya dan tangannya memutar kemudi mobil. "Kalau aku jabarin semuanya, apa kamu akan memberikan tanggal pernikahan kita segera?"
"Akan aku pertimbangkan. Seberapa menguntungkan gelar tersebut dibanding jabatanku saat ini. Aku orang yang realistis, terutama saat ini."
"Hm sebenarnya tanpa aku jadi direktur pun, kamu akan mendapat benefit yang serupa."
"I see. Kamu adalah laki-laki impian semua wanita. Paket lengkap dari segala aspek." Dea mengangkat tangannya. "Pekerjaan, keluarga, aset, penampilan."
"Hahahaha, dan wanita beruntung itu adalah kamu."
"Iya, dong. Rugi banget aku kalau nggak dapat kamu. Udah capek ngejar-ngejar dari zaman orok, malah gak jadi. Apa nggak gila aku nanti?"
Sean tertawa lagi. Menikmati sekali ocehan perempuan itu. "Kayaknya nggak mungkin deh kamu yang gila. Kalau aku sih, iya," balas Sean.
"Gila kerja, iya." Dea masih membalas semua perkataan Sean sampai mereka tiba di parkiran GWK.
Mereka mendatangai teman-teman Sean yang sudah berada di dalam area GWK, mengambil swafoto baik sendiri maupun bersama pasangan mereka.
"Bang."
"Iya?"
"Jangan bilang kita juga akan mengikuti mereka?" Dea menunjuk teman-teman Sean yang sedang berfoto dengan baju adat Bali, mereka mengantri difoto oleh fotografer mungkin disewa oleh mereka.
"Oh, harus dong. Kita bisa mencicil foto pre-wedding dari sekarang. Mumpung kita di Bali. Ayo siap-siap." Sean menggenggam jemari Dea, buru-buru mengajaknya sebelum dia berubah pikiran. "Percaya sama aku, kamu bakalan senang setelah melihat hasilnya," gumam Sean.
"Kamu tuh ya, selalu bisa bikin aku terdiam." Dea hanya bisa geleng-geleng, apa lagi saat tiba di ruang ganti yang ternyata ada MUA & Hairdo khusus di sana. Sean mengangkat kedua tangannya. "Mereka yang atur semuanya. Kecuali biaya." Sean membicarakan teman-temannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DPD (Tamat)
RomanceDPD (Sequel Dosen Bucin & DSM) ♥️Yuk Follow Dulu Sebelum Baca♥️ --- Deaby Emma Ellona Putri Brahmana (Dea), seorang desainer muda berbakat yang karyanya pernah digunakan oleh model ternama dunia. Kepulangannya ke Jakarta ialah untuk meneruskan usaha...