5 - Berkuda

8K 766 164
                                    

Guys, sampai saat ini, aku belum ada buat jadwal update tertentu untuk cerita ini. Tapi, akan selalu diusahakan untuk update tiap minggunya ya🤗

Bakar dulu yuk sebelum baca bab ini 🔥🔥🔥

Udah pada siap mengbaper belum nih? 😜

🫀

Dea menarik selimut saat matanya menangkap cahaya silau dari jendela kamar. Mamanya terlalu rajin membuka gorden setiap pagi, padahal Dea tidak menginginkannya. Bunyi pintu tertutup menjadi pertanda bahwa Mamanya sudah keluar dari kamar, dan Dea bisa kembali tidur dengan nyenyak.

Kemarin malam ia rapat dengan semua staf butik O'Deil di hotel Mahastama beserta tim lawyer baru. Dea tiba di rumah sudah pukul satu pagi dan untung adiknya yang membuka pintu. Dea juga sempat berpapasan dengan Gerald, adik Sean di hotel Mahastama.

Mengingat Sean, mata Dea jadi terbuka. Ia duduk dan merenung sebentar sembari melihat ke luar jendela. Teringat akan uang yang ia pinjam dari Sean, Dea tersenyum tipis dan mulai bersemangat untuk bangkit dari tempat tidur.

Tapi, tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka dan memperlihatkan adiknya yang memegang knop pintu serta laki-laki yang tak pernah Dea bayangkan berada di depan kamarnya.

Kenapa dia ada di sini?

Shock? Tentu saja Dea shock.

Ia berdeham kecil saat menyadari penampilannya pagi ini. Bahkan Dea ingin sekali memaki dirinya karena bangun terlalu siang. Masa Sean harus melihat muka bantalnya?

"Bang Sean mau ketemu Papa ya?" tanya Dea sambil merapikan selimut.

Sok rapi di depan crush? Harus, dong! Arga langsung tertawa kecil melihat Kakaknya itu.

"Mau ketemu kamu," jawab Sean singkat lalu masuk ke dalam kamar mengikuti Arga.

Sial! Gue baper! Batin Dea.

Dea mengangguk dan mulai menilai penampilan Sean yang memakai pakaian biasa. "Bang Sean nggak ke rumah sakit? Nggak ke kampus?" Dea duduk di kursi di depan meja riasnya, sementara Sean dan Arga duduk di sofa dekat pintu. Kamarnya memang tidak terlalu luas, tapi cukup untuk menampung barang-barang yang perlu.

"Enggak. Hari ini kamu sibuk ya?"

"Oh, itu, enggak, enggak sibuk kok."

"Mau jalan nggak samaku?"

"Ehem! Ehem!" Arga berdeham dan menggaruk lehernya yang tidak gatal.

Dea meneguk ludahnya sendiri. Mimpi apa Dea saat tidur dini hari? Kenapa Sean mendadak gentleman begini?

Tak bisa dipungkiri kalau wajah Dea memanas dan memerah sekarang. Apalagi Sean dengan berani mengajaknya di depan Arga. Bagaimana nggak makin besar cintanya Dea kepada dokter tampan itu.

"Boleh," jawab Dea singkat dan menampilkan senyumnya.

Tanpa banyak berbicara, kedua laki-laki itu keluar dari kamar Dea untuk memberikannya waktu bersiap-siap.

"Demi apa Sean datang ke sini ngajak gue jalan?" Dea masih shock dan senang di saat yang bersamaan. Ia mengunci pintu kamarnya dan segera berbenah diri.

"Hari ini harus tampil rapi dan cantik ya, De. Biar Bang Sean pangling lihat lo," gumamnya sambil berjalan ke kamar mandi.

🫀

"Aku kurang tidur kemarin malam," ujar Sean ketika mengemudikan mobilnya keluar dari kawasan komplek rumah orang tua Dea.

Entah apa yang merasuki Sean menceritakan hal tidak penting itu pada Dea. Padahal ia bukan tipe orang yang terbuka, apalagi hal-hal seperti itu.

DPD (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang