14 | Early Life

159 27 1
                                    

Jaehyuk duduk di sudut ruangan dengan sebuah buku yang berada di tangannya, sesekali pandangannya beralih ke arah pintu masuk cafe, kedua kakinya dia gerakkan karena merasa bosan berada di sana.

Sebuah lonceng berbunyi menandakan bahwa ada orang yang baru saja masuk, Jaehyuk menatap ke arah orang itu, senyuman di wajahnya mengembang saat dia melihat seorang wanita berjalan terburu-buru ke arahnya. Wanita itu menarik kursi yang di depan Jaehyuk lalu bergegas duduk, "Kenapa kau mengajakku bertemu?"

"Seperti biasa, aku tidak akan tinggal diam saja soal ini."

Nara menghela napasnya panjang, "Apa lagi? Kau ini kenapa tidak membiarkanku tenang?"

"Kau tidak bisa pergi begitu saja, anak yang kau kandung itu anakku, kau lupa?" Jaehyuk menekan kalimatnya.

"Aku akan membayarmu nanti dan setelah itu berhenti mengikutiku ataupun mengaku-ngaku kalau ini anakmu, aku ingin anakku hanya mengakui Heeseung sebagai Ayahnya bukan kau."

"Heeseung mau membunuh anak itu, kau sudah gila?!" Jaehyuk berteriak membuat semua orang di sana menatap ke arah mereka.

"Kau yang gila!" teriak Nara.

Jaehyuk menghela napas gusar, "Kau hanya menginginkan harta Heeseung saja, kau tidak mencintai dia kan?"

Nara tertawa pelan, "Kenapa?"

"Wanita Iblis, kau sudah menghancurkan rumah tangga orang dan sekarang kau tertawa bahagia setelah mereka bercerai?" geram Jaehyuk.

"Aku tidak peduli, yang terpenting aku sudah bisa mengendalikan Heeseung dan itu sudah cukup."

"Oh iya, aku tidak segan segan untuk melaporkanmu ke polisi jika kau masih mengikutiku." ancam Nara lalu gadis itu berdiri dan berjalan meninggalkan Jaehyuk. Jaehyuk mengeluarkan smirknya lalu dia menghela napas lega, mengambil ponselnya lalu menghentikan rekaman suara yang sejak tadi menyala.

"Tinggal menunggu hari kejadian."

◆◇

Jihyun baru saja turun dari bus, wanita itu berjalan di trotoar dengan tangan yang menggandeng tangan Jiyoung. Mulai hari ini, mengantar Jiyoung akan menjadi rutinitasnya setiap pagi mengingat jika dirinya sudah tidak memiliki pekerjaan apapun atau kesibukan apapun.

Mereka terus berjalan hingga tiba di sekolah Jiyoung yang berada di pinggiran kota, wanita itu berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Jiyoung lalu membenarkan dasi bocah laki-laki itu.

"Jangan lupa dimakan bekalnya, dan jangan pulang kalau Ibu belum menjemput." Jihyun mengusap pelan rambut Jiyoung.

"Oh iya, Ibu akan datang sebelum kau pulang." sambungnya dan Jiyoung mengangguk.

Setelah bersalaman, Jiyoung bergegas berlari masuk ke dalam gerbang sekolah meninggalkan Jihyun yang masih setia berdiri di sana.

"Eonni!"

Jihyun terhenyak, dia menoleh ke samping dan mendapati Nara yang berjalan ke arahnya dengan dua paperbag yang berada di kedua tangannya.

"Apa kabar?" Nara menyunggingkan senyumnya.

"Jauh lebih baik."

Nara mengangguk-angguk lalu dia melipat tangannya di dada menatap Jihyun dari bawah hingga atas, "Benarkah?"

"Syukurlah..." sambungnya kemudian.

DECEMBER | Lee Heeseung [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang