Jihyun duduk termenung memandang keluar jendela, sudah 1 minggu dia kembali dari rumah sakit. Kondisi wanita itu sudah membaik, tapi kondisi perasaannya masih sama. Tak jarang dia sering melamun dan menangis dalam diam ketika mengetahui kenyataan pahit yang dia terima beberapa hari yang lalu.
Jihyun masih berharap jika ini hanya mimpi buruknya. Ini semua tidak nyata dan tidak akan pernah terjadi padanya. Tapi sayang, ini bukan mimpi, ini kenyataan, kenyataan pahit yang harus dia terima. Tidak terasa air matanya sudah mengalir di pipi mulusnya. Wanita itu kembali menangis.
Kriettt....
Jihyun spontan mengusap pipinya lalu dia menoleh ke belakang, menatap Heeseung yang berdiri di ambang pintu, menatapnya bingung. "Kau datang?" seru Jihyun bangkit dari duduknya.
"Bukankah sekarang waktunya kita menyebar undangan pernikahan kita?"
"Undangan?"
Heeseung mengangguk, "Gaun, dekorasi, konsumsi, semuanya sudah siap kan? tinggal menyebar undangan saja. Aku juga sudah meminta tolong Ryujin untuk membantuku menyebar undangan di teman-teman yang lain."
"Ah begitu? Oh iya, kau mau mengantarku bertemu Jeno?"
Heeseung tercengang, jujur saja dia sangat sensitif dengan nama itu apalagi Jihyun yang menyebutnya. "Kenapa?"
"Ini sudah hampir tiga minggu aku tidak mendengar kabarnya, aku hanya ingin mengatakan sesuatu dan ini sangat penting."
"Tolonglah, sekali saja..." mohon Jihyun.
"Ah baiklah, aku akan mengantarmu."
Seperti janji Heeseung, pria itu benar-benar mengantar Jihyun sampai di rumah Jeno. Heeseung bergegas turun dari mobil lalu dia membukakan pintu mobil Jihyun, menggandeng tangan wanita itu dan berjalan masuk ke dalam pekarangan rumah mewah tersebut, rumah yang bahkan tidak pantas disebut rumah, melainkan istana.
Heeseung melepaskan ikatan tangannya pada Jihyun dan dia memilih berhenti saat pandangannya menangkap Jeno yang terlihat baru saja keluar dari rumahnya dengan langkah terburu-buru, namun langkah Jeno berhenti seketika saat dia juga melihat Jihyun dan Heeseung berdiri tak jauh darinya.
"Jeno?!" panggil Jihyun lalu berjalan mendekati Jeno.
Jihyun berhenti tepat di hadapan Jeno, sementara lelaki itu terlihat sangat gugup, matanya juga sesekali melirik ke arah Heeseung. "Jihyun, apa yang kau lakukan di sini?"
"Kenapa kau tidak menjengukku? Kenapa kau menghilang? Kau menjauhiku?" Jihyun meninggikan nada suaranya.
"Eh aku..."
"Bahkan kau tidak mengirimiku pesan sama sekali, kenapa?"
Jeno menarik napas lalu membuangnya, dia memberanikan dirinya untuk menatap kedua manik Jihyun dalam. "Untuk apa lagi? Bukankah kau sudah bahagia dengan Heeseung? Lalu kenapa aku harus datang ke kehidupanmu lagi?"
"Kau bicara apa?"
"Aku menyerah, aku sudah kalah, memang benar kalau masa lalu tetaplah menjadi pemenang, karna sampai mati pun kau tidak akan pernah menerimaku karena sampai kapanpun hatimu itu hanya untuk lelaki itu." ucap Jeno melirik Heeseung di akhir kalimatnya.
"Sama sepertimu, sampai kapanpun hatiku ini hanya untukmu." sambungnya kemudian.
Jihyun terdiam, tangannya bergerak untuk menarik tangan Jeno lalu mengenggamnya. "Kau tidak bisa memaksa hatimu, aku tidak ingin kau terjebak dalam lingkaran ini, aku hanya ingin kau melupakanku dan memulai hidupmu yang baru."
"Aku hanya ingin kau melihatku dengan rasa seorang teman tidak lebih." sambungnya lalu melepas genggaman tangan itu.
"Aku sudah mencoba, berpura-pura tidak mempedulikanmu tapi aku tidak bisa." Timpal Jeno dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
DECEMBER | Lee Heeseung [✔]
Fanfiction"I have failed..." END : 10 November 2022 ⚠️NO PLAGIARISM, KARENA CERITA MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR⚠️