Bagian 4

7 1 0
                                    

Mobil elegan berwarna hitam masuk ke perkarangan rumah, Lenna memandang sekitar hanya bersikap seolah-olah penasaran (padahal tidak). Lenna keluar dari dalam mobil, melihat rumah layaknya sebuah apartement besar di depannya. Kalau dihitung dari lantai pertama, "Ada delapan lantai".

"Ini kediaman keluarga Beardsley" kata Jayden, "Rumah keluarga kita".
"ayo...." Ajak Jayden, mengenggam tangan Lenna dengan lembut. Lenna menatap, mengikuti tiap langkah Jayden masuk kedalam rumah yang Jayden sebut juga sebagai "Kediaman keluarga Beardsley".

Tapi semakin dekat hendak masuk kedalam rumah, Lenna seketika merasa sesak dan pusing. Lenna binggung pada kondisi fisiknya yang tiba-tiba menurun.

Klek! Pintu besar terbuka, seorang wanita lanjut usia menyambut kedatangan Jayden dan Lenna.

"Selamat datang tuan muda Jayden, nona Lenna, apa perjalanan anda menyenangkan?" ucapnya, melihat kearah Lenna. Wanita paru bayah tersenyum pada Lenna, Lenna yang melihatnya langsung kembali menundukan kepala.

"Nona Lenna, saya Fati pembantu rumah tangga dikediaman ini. Sungguh, senang hati ini dapat kembali berjumpa dengan Nona Lenna" perkataan yang tulus.
"Ya Em, senang bertemu dengan mu Bibi" ucap Lenna. Lenna terkejut pada apa yang ia ucapkan, seakan-akan ucapan itu sering Lenna ucapkan.

Fati tersenyum senang.

"Dimana kakak dan adik-adik? Bukankah ayah pulang hari ini" sembari melihat sekitar, sepi seperti tidak berpenghuni.

Fati hendak menjawab, "Tuan-tuan muda---" namun serombongan manusia yang dengan rusuhnya datang mengejutkan Fati dari belakang.
"Astaga tuan muda...." (terkejut Fati).

"Hehehe, Fati kalau kaget lucu sih" canda Evan. Menepuk-tepuk pundak Fati selayaknya berbicara dengan teman sebaya.

Evan yang suka jahil dan bercanda, menoleh kearah Lenna yang masih tetap pada posisi tertunduk kepala. Evan yang sejenak diam mengamati siapa itu? Kemudian bersemangat menghampiri Lenna.

"Aduh, akhirnya kami menemukan mu adik bungsu" mengusap kepala Lenna.

"Coba aja kak Rain ada disini, pasti dia langsung menyiapkan kamera" terus usap kepala Lenna hingga nampak rambut Lenna yang mulai berantakan.

"EVAN!" ucap Andrian, menatap tajam pada Evan.
"Ehm, Adik terlihat tidak menyukainya".

Evan melihat, mengangkat tangannya menjauh dari kepala Lenna dengan raut wajah yang mengatakan "Aku tidak sengaja".

"Ayah mana kakak?" tanya Evan, "Woy Ethan jangan diem kek patung!" menarik tangan saudara kembarnya mendekat pada Lenna. Ethan berwajah datar, memandang Lenna, teringat sosok gadis yang memberikan setangkai bunga padanya ditaman. "Adik bungsu mungil banget kan, Ethan" kata Evan, Ethan mengangguk setuju. Evan yang pada dasarnya tidak bisa diam dan selalu bertingkah, terus bertingkah usil pada Lenna.

Andrian yang tertua, menghela nafas kesal "ayah sebentar lagi kemari, EVAN?! Diam JAngan BERgerak!" menaikan nada bicaranya.

Hahahaha, "Anak-anak ku sekalian..." seseorang tertawa, berjalan tenang dari arah lorong lukisan yang terpajang disetiap dinding, mendekat.

Merasa kekesalannya tertahan, Andrian memijat-pijat keningnya yang juga terasa pusing mengatur tingkah adik-adik yang usianya berjarak jauh dari dirinya "Setidaknya aku berusaha, ayah".

"Selamat malam, tuan Beardsley" memberi hormat pada kepala keluarga Beardsley, Carlo Putra Beardsley (generasi ke-7 Beardsley). Carlo hanya menatap Fati menanggapi dan berlalu, langkahnya mendekat kearah anak-anaknya yang berkumpul mengerumungi tamu kecil nan berharga.

Atmosfer tiba-tiba berubah mencekam Lenna rasa, derap langkah kaki yang Lenna dengar adalah langkah kaki seorang pria berumur sekitar 44tahun berjalan tenang. Jalannya seperti tokoh antagonis yang menguasai seluruh isi cerita, aura yang berbeda lagi kuat. Jujur saja, Lenna merasakan suatu tekanan yang menekan dirinya.
Lenna gemetar ketakutan, mundur perlahan, rasa sesak, pusing yang membuyarkan pandangannya. Seseorang yang disebut-sebut sebagai "tuan Beardsley" dan "Ayah" yang beberapa kali Lenna dengar ketika sampai di rumah ini menimbulkan ketakutan pada diri Lenna.

"Lenna, kamu mau kemana?" tanya Evan.

Deg dag-dig-dug degdeg...deg.. jantung Lenna berdebar sangat kencang, Ukh!sesak! Lenna merasa suara detak jantung Lenna bisa saja terdengar keluar. Sesak! Udara terasa menghilang?! Panas! Aura orang yang mendekati Lenna begitu kuat, Lenna tidak berani mengangkat kepalanya Brrbrbrbrr! (gemetar)

"Putri ku yang manis" mengelus pipi Lenna, mengangkat dagu Lenna hingga nampak mata Lenna yang terpejam menahan gelora yang mengetarkan tubuh dan ingatan Lenna.

Putri ku yang manis
Putri yang manis
Wahai putriku yang manis....., aku menemukan mu...

!!!!

Ukh! Hosh-hoshh!...(sesak)

wajah, suara itu tidak asing. Ternyata aku mengenalnya, dia...dia adalah....
AYAH ku!??

Terhuyung, Brugh! Hosshh....."aku tidak bisa bernafas!"

"LENNA....!"

Chapter 1 : Killer Family ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang