Bagian 12

4 1 0
                                    

Set..! dikenakannya setelan jas hitam elegan, menambah kesan tampan, rupawan pada seorang pria yang nampak begitu sempurna.

Pantulan diri dari cermin panjang menampilkan sosok pria muda yang tengah bercermin, melihat dirinya sendiri dari atas sampai bawah, penampilan khas CEO berkarisma. Sorot mata pancarkan kilauan cerah, sehingga orang-orang yang melihat ataupun tanpa sengaja bertemu tatap dengannya akan terpukau melihatnya.

Tumpukan dokumen menjadi pemandangan biasa baginya, di periksanya satu per-satu lembar kertas demi lembar seksama. Tidak boleh ada satu kesalahan.

Bagi pria yang tertarik akan kesempurnaan, yang memiliki pemikiran ketat akan suatu target dan keberhasilan, satu kesalahan kecil yang muncul dipermukaan menjadi perhatian serius baginya karena kesalahan kecil maupun besar akan berakibat buruk di kemudian hari. Haruslah ada antisipasi sebelum terjadi, pria yang memicingkan matanya berulang kali.

Banyak orang yang berjalan keluar dengan muka masam juga suram selepas masuk dari ruang kerja pria tersebut.

Mobil melaju cepat diantara padatnya jalan pagi di jam berangkat kerja, bisa dibayangkan betapa lihainya ia mengendarai mobilnya itu. Tanpa satu klason dari kendaraan lainnya yang dilaluinya.

Sesampai di kantor besar terkenal, semua staff, karyawan, dan orang-orang yang bekerja disana langsung menyapa hormat penuh hangat padanya. Dia juga membalas sapaan-sapaan tersebut, ramah tamah.

Sosok yang begitu dikagumi, banyak pula wanita yang tergila-gila padanya. Sampul yang luar biasa bukan? Semua orang itu berkata mengenal baik pria itu, pria yang berjalan dengan dipenuhi tatapan orang-orang yang memuji, padahal tidak ada seorangpun yang tau.

Betapa begisnya pria penuh kesempurnaan itu.

"Anda datang terlambat tuan" ucap Abel. Memberi salam hormat.
Andrian yang baru tiba, tersenyum "Ini baru pukul 6, penasehat" kata Andrian.

"Kemarin, terlalu merepotkan. Belakangan ini polisi perketat patroli tapi anda malah berulah" pungkas Abel.

"Ha" Andrian tertawa lepas, "Bwahahahaha hahaha"
"Kerja mu selalu tidak mengecewakan Abel, hadiah apa yang kamu inginkan?"

"Terima kasih, Tuan" (Abel)
"Posisi sebagai penasehat sudah cukup berlebihan bagi saya" menunduk, hormat.

"Begitu ya, baiklah" angguk-anggukan kepala, "Aku rasa penyamaran ini tidak terlalu cocok untukmu" fikir Andrian, Andrian memeriksa kembali dokumen yang telah dibacanya beberapa menit yang lalu di apartement. Abel berdiri disamping Andrian, diam bagai patung juga sebagai pekerja yang patuh jika diberi perintah.

Abel adalah seseorang pria biasa yang dulu tinggal dijalanan, Abel hidup penuh pelarian. Karena Abel tipe orang yang sering membuat masalah kesana-kemari dan akhirnya di tahan polisi atas masalah yang besar yaitu kejahatan tindak pembunuhan yang sampai sekarang tidak Abel akui sebagai perbuatannya sebab "Saat melakukannya, aku tidak merasakan apapun" kata Abel ketika dalam suatu persidangan. 20tahun kemudian, Abel keluar dan diangkat menjadi orang yang berada dipihak Andrian dan mendapat jabatan sebagai penasehat oleh Andrian yang kala itu masih calon CEO.

Meskipun Abel tidak mengenal Andrian, tapi Abel menerima ajakan tersebut. Dan bekerja untuk Andrian kapanpun dan dimanapun, sebagai penasehat yang berada diposisi privat, Abel memberitahukan segala hal yang ia ketahui pada Andrian. walaupun beberapa kali Abel dibuat kesal karena Andrian lebih mendengarkan perkataan tuan Carlo, Abel tetap setia dan tak berputus asa.

"Kemarin juga ada surat dari tuan Ravi yang berisikan makian untuk anda yang memperbolehkan Nona Lenna masuk sekolah yang sama dengannya" beber Abel.

"Ya?...anak itu emang begitu, jadi wajar saja" Andrian memaklumi.

Chapter 1 : Killer Family ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang