Bagian 10

2 1 0
                                    

"Aku ingin kembali sekolah" murung.

Tuk...! (ketukan pensil dikepala)

Haaah, "Bukankah ini suatu kemajuan? Kamu boleh keluar kediaman dan belajar persiapan ujian" kata Ravi.

Mengerutkan kening, "Halaman rumah bukan termasuk bagian kediaman?...!" Lenna benamkan kepala, sesekali melihat kearah tumpukan buku yang Lenna dapat perkirakan berapa jumlah halaman untuk tiap materi.

"Lihat, kakak mu yang pintar akan ajarkan semua mata pelajaran yang tidak kamu kuasai" percaya diri, Ravi ditugaskan mengajarkan seluruh mata pelajaran jenjang menengah pertama pada Lenna.

Wajah tampan, Ravi tersenyum.

Kala itu Ravi tengah sibuk menyelesaikan tugas yang diembankan padanya dan seringkali Ravi selesaikan selepas pulang sekolah, tugas yang sangat menyenangkan menurut Ravi "Aku tidak bisa berhenti sampai akhir". Tongkat besi yang ditemukannya dijalan praktis juga berguna, jika diayunkan ke dinding mungkin akan timbul retakan.

Ravi terkenal sebagai murid yang selalu menduduki peringkat pertama tiap ujian maupun ulangan harian disekolah, ekstrakurikuler basket dan catur, juga paras tampan dimiliki Ravi menambah kepopuleran-nya sejak awal masuk sekolah.

Acuh tak acuh dengan sekitarnya, semaunya, jahil, suka becanda dan sulit untuk diajak serius. Namun semua nampak berbeda apabila sudah mengenai hal-hal tentang "belajar", Ravi dikatakan cukup serius hanya perihal itu saja. Lainnya, Ravi mengungkapkan "Hanya permainan yang menyenangkan" sambil tersenyum lebar.

"Ravi" panggil Andrian.

Menoleh, "Kakak?" tidak terkejut sekalipun, "Senangnya kakak tertua ku datang melihat" Ravi bergeser mundur, raut wajah senang Ravi, perlihatkan hasil dari permainan yang baru saja ia selesaikan. Pemandangan yang nampak biasa-biasa saja bagi Andrian.

"Seharian aku belajar tekun lho kak, eh mereka menuduh ku mencuri lembar jawaban" ungkap Ravi, "Kasian ya....mereka tidak sempat melihat aku dihukum Tsk! Penganggu" trang, trang-trang... dijatuhkannya tongkat besi berlumuran warna merah pekat ke tanah.

"Lalu, ada apa? Kakak ga mungkin hanya datang menonton sajakah, ekspresi kakak menyebalkan"
"Anehnya, seingat ku kakak juga dihukum ayah, apa karena penerus jadi dapat keringanan?" Pungkas Ravi, setelah kejadian yang tak terduga yang menyebabkan adik sakit, Ravi dan kakak-kakak yang terlibat harus bertanggung jawab serta mendapat hukuman dengan tidak diperbolehkan pulang selama beberapa hari yang telah ditentukan ayah dan menyelesaikan tugas-tugas yang "Mudah sekali".

"Aku ada tugas untuk mu" ucap Andrian.
"Tugas, lagii? Aku mau pulang, jangan bebani adikmu terus dong!" gerutu Ravi.

"Adik bungsu butuh guru privat, Rain masih diluar negeri..." kata Andrian yang hanya terdengar demikian saja oleh Ravi, namun bagi Ravi itu suatu hal yang luar biasa (menyenangkan) menbuat dirinya terkesima tak menghiraukan penjelasan yang Andrian sampaikan selanjutnya, di dalam kepala Ravi hanya berisikan gambaran wajah adik bungsu beraut wajah polos. Yang selalu ingin Ravi lihat dari dekat.

Sssttt, "Aku paham kakak" hentikan celotehan Andrian dengan satu jari didepan bibir.
"Kapan?" tanya Ravi.

"Besok" jawab Andrian, "Pastikan kondisi Lenna juga, kondisinya belum stabil"

"Wokey, kakak ku kaku" (Ravi) acungkan jempol.

Selesai menyampaikan apa yang perlu disampaikan, tanpa sepatah kata apapun lagi. Andrian pergi begitu saja. Tinggalkan Ravi yang riang beserta hasil dari permainan yang telah Ravi lakukan.

Hari ini, waktu yang Ravi tunggu-tunggu "Belajar bersama adik bungsu" mengingat waktu di perpustakaan hanyalah suatu kebetulan yang amat disayangkan oleh Ravi.

Chapter 1 : Killer Family ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang