Bagian 14

2 1 0
                                    

"Dengarkan baik-baik, ini peringatan pertama dan terakhir"

"Aku peringatkan, jangan ganggu Lenna atau kau akan menyesal!" kata Ravi, tanpa mengatakan sepatah katapun setelahnya. Ia berlalu pergi meninggalkan kelas dan seorang perempuan yang merasa dikhianati hatinya oleh seorang laki-laki yang amat dicintainya. Terseliputi amarah dan haus akan balas dendam.

Cinta, dapat butakan siapapun yang terbelenggu didalamnya.

"Lenna....awas kamu!!" penuh dendam dan amarah.

Keesoknya, pagi pukul 05. 27 Lenna yang tengah merapihkan buku pelajarannya. Kemarin malam Lenna terbangun ditengah malam, merinding dan tak bisa tidur kembali serta terus merasa risau. Tidak bisa tenang meskipun berusaha menyibukan diri. Firasat Lenna berulang-kali mengatakan akan terjadi hal buruk hari ini "Semoga tidak ada apa-apa" harap cemas Lenna.

Pukul 06.00 pagi.

Tap, Taptaptap...TAP tap tap tap langkah yang begitu cepat mengarah kearah kamar Lenna, Lenna menghela nafas "Haaah ampun deh" sulit untuk tenang hari ini.

Brak...! pintu dibuka dengan keras.

"A..DIK....Bungsu...." ucap Evan, menyapa.

Hari ini menjadi jadwal perdana Evan kawal Lenna. Sesuai dugaan Lenna, alasan sederhannya terletak di note tempel yang tertempel didepan pintu kamar Lenna, yang berisikan sapaan untuk hari ini yang tertanda nama "Kakak pemberani, Evan".

"Mau aku temani di kelas, siapa tau ada yang ngajak ribut? Kakak bisa join" pungkas Evan, bersemangat. nampak hari ini juga akan sangat melelahkan! fikir Lenna. prihatin pada dirinya sendiri.

Walaupun Lenna tidak terlalu peduli dengan keberadaan kakak-kakak lelakinya yang sering kali hadir dan berulah, entah untuk alasan apa. Bersikap acuh tak acuh terasa sulit, "Mungkin ini yang dimaksud ikatan sedarah" fikir Lenna.

Untuk berangkat sekolah, dikarenakan Evan belum punya SIM dan tidak diizinkan mengendarai mobil oleh semua orang yang ada dikediaman, "Kamu kalau mati suka ngajak-ngajak, jadi tidak boleh!" tegas Jayden. Alhasil untuk berangkat maupun pulang sekolah nanti, Ethan yang akan mengendarai mobil dan Evan duduk di bangku samping pengemudi.

Dalam perjalanan, Ethan terus memberi nasehat pada Evan agar tidak membuat onar. Evan yang tebal telinga, menyimak namun juga tidak terlalu mengidahkan apa yang dikatakan Ethan (saudara kembarnya).

"Aku harus ke kampus hari ini, aku sanggup meninggalkan mu ditengah hutan sendirian tapi kali ini berbenda. Hari ini ku percayakan adik bungsu padamu" kata Ethan.

"Ya, percayalah padaku" (Evan).

"Jaga adik bungsu baik-baik, jika ada yang macam-macam kamu tidak perlu segan lawan aja!" ujar Ethan.

"Untung mereka kembar, wajar sama saja" ungkap Lenna dalam hati.

Sesampai depan gerbang sekolah, Ethan benar-benar meninggalkan Evan berdua saja dengan Lenna. Lenna sama sekali tidak nyaman. Bayangkan saja apabila dua orang pembuat onar (Evan dan Ravi) bertemu dalam satu waktu ARGH! (bad mood). walaupun belum terjadi apapun Lenna sudah terlanjur cemas.

"Oke, kakak tunggu dipost satpam ya" kata Evan.

"Dia mau apa....?!" bertanya dalam hati, Eh? Lenna sadar, ia kira akan diantar sampai kelas dan di awasi dari jarak dekat "seperti yang satunya" 😒 (maksudnya Ravi, kakak keenam).

"Pak, ini Cctv sekitar sekolah kan?" tanya Evan.
"Iya, tapi diruang keamanan utama lebih lengkap" jawab satpam.

Lenna berlalu menjauh pergi, "Anggap aja tadi ga dengar apa-apa" menuju kelas. Kelas Lenna berada di gedung utama sekolah lantai 3, berderetan dengan kelas satu unggulan lainnya.

Chapter 1 : Killer Family ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang