Bagian 6

6 1 0
                                    

Selama seminggu Lenna terbaring tak sadarkan diri dan selama seminggu pula, Lenna mengalami mimpi buruk yang tak berkesudahan. Mimpi yang membuat jiwa Lenna terperangkap dalam sangkar burung hitam, meskipun ada jalan untuk keluar. Jiwa Lenna menolak untuk keluar dari dalam sana, sehingga sulit bagi Lenna menyakinkan diriya sendiri walau akhirnya Lenna bisa keluar, yah hanya setengah jiwa yang ingin melakukannya. Sementara setengah lainnya memutuskan tinggal. Dan ketika sadar, Lenna terbangun di pagi-pagi buta, didalam kamarnya dulu (waktu tinggal di kediaman).
"Ku berharap, aku sudah mati setelah hari itu...."

"Tapi.." Lenna mengepal tangannya, "Tapi, jika aku mati. Aku akan sendirian, aku lebih takut sendirian" (murung).

Menengok jam weker, yang sejak dulu selalu menjadi teman andalan Lenna untuk bangun di jam dimana orang-orang masih lelap dalam mimpi "biasanya orang itu, menyuruh ku latihan 😐 ". Lenna bangkit dari tempat tidurnya, fisik Lenna belum sepenuhnya pulih "Sebenarnya, apa aku selemah ini?" fikir Lenna, masih merasakan lelah mengerumungi tubuhnya.

"Fyuh-haa, aku mau sekolah" tekad Lenna, dirinya juga bertekad untuk pergi ke rumah kedua Lenna. Rumah yang dulu ditinggali Lenna bersama Bunda setelah keluar dari kediaman.

Tanpa berfikir panjang, Lenna bersiap-siap berangkat menuju sekolah. Namun sejenak Lenna teringat, bahwa selepas pergi meninggalkan rumah ibu asuh. Lenna sama sekali tidak berkemas ataupun membawa barang apapun.

Tapi, Lenna membuka lemari bajunya. Dan menemukan seluruh pakaian beserta seragam sekolahnya sudah tertata rapih didalam lemari bajunya.
(mengerutkan kening) memberanikan diri, "Lagipula umurku sudah cukup" gumam Lenna.

Beberapa menit kemudian, Lenna siap dengan mengenakan seragam sekolah dan perlengkapan sekolah miliknya yang lainnya. Meski didalam benak Lenna bertanya-tanya, siapa yang memindahkan seluruh perabotan miliknya yang ada dirumah ibu asuh, kemari? Lenna memilih untuk tidak fikir panjang.

Tap taptap... menuruni tangga dari lantai tujuh hingga lantai dasar (lantai 1).

Orang-orang pada umumnya akan bertanya dan penasaran, mengapa tidak disediakan lift atau eskalator untuk mempermudah berpergian ke setiap lantai? Jelas jawabannya ada pada pendiri rumah kediaman Beardsley ini. Anggap saja, alasan sederhananya "untuk berolahraga,sehat".

"Nona..." ucap Fati, pembantu rumah tangga kediaman Beardsley yang sering Lenna sebut sebagai "Bibi Fati". Sudah bertahun-tahun lamanya Fati bekerja pada keluarga Beardsley dan menjadi bawahan yang sangat diandalkan keluarga Beardsley dalam mengurus rumah kediaman Beardsley.

"Pasti Bi Fatih cemas, karena aku yang baru saja bangun pergi tanpa sepengetahuan kakak maupun haah begitulah" rasa Lenna dalam benaknya.

"Aku tau, tapi aku harus mengikuti pelajaran untuk persiapan ujian. Jadi pamit dulu, Bi Fati" kata Lenna, berpamitan dan berlalu pergi tanpa mengatakan sepatah kata apapun lagi. Fati pun tidak memiliki keberanian untuk menahan Lenna yang telah dianggapnya sebagai majikannya sendiri.

Lenna berjalan keluar dari gerbang rumah kediaman, tanpa menoleh ke belakang sekalipun. Sebenarnya Lenna tidak berniat kembali selepas pulang sekolah dan milih tinggal dirumah Bunda. Namun Lenna dilema, terus menerus berfikir. Hingga ia memutuskan, sampai dirinya bisa mengendalikan phobia nya, setelah itu "aku bisa menjauh dari masa lalu kelam ku ini" ungkap Lenna.

Kediaman keluarga Beardsley berada dikomplek perumahan elite, yah walaupun kelihatan tidak ada tetangga yang tinggal berdekatan dan berjarak jauh 1 km antar rumah satu dengan rumah lainya, komplek ini masih bisa disebut "perumahan".

Perlu melewati beberapa blok untuk sampai ke gerbang utama perumahan, namun tidak terasa melelahkan sebab suasana lingkungan perumahan sangat mendukung bahkan bagi mereka yang sedang menjalani masa pemulihan maupun ingin menyendiri.

Chapter 1 : Killer Family ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang