"Kita akhiri latihan pada hari ini" Lirik, "Lenna?!" tegur pelatih.
Lenna yang sempat termenung, tersadar "Iy,a..Bai-baik, pak. Terima kasih" (memberi hormat).
Lenna beranjak dari tempatnya, bersiap-siap keluar dari ruang latihan. Mengemas barang bawaannya masuk kedalam tas.
"Kamu bisa istirahat dulu, Lenna" kata pak Jawar, pelatih esktrarikuler bela diri.
"Saya akan istirahat kelas saja, pak" (Lenna).Suasana latihan yang serius, kini berubah santai akrab. Lenna dan pelatih pun dapat berbicara banyak hal selepas latihan berakhir.
"Apa yang kamu fikirkan Lenna? Hari ini kamu terlihat sangat lelah" tanya pak Jawar.
"Ah haha, Ngga apa-apa pak" jawab Lenna.(senyum) "Jika ada kesulitan diluar maupun didalam kegiatan latihan, kamu bisa ceritakan pada bapak. Begini-begini, bapak sudah mengalami banyak hal ketika diusia mu saat ini"
"Baik, pak" (Lenna).Lenna berpisah jalan dengan pelatih, Lenna kembali ke kelas setelah memakai pengangguhan waktu yang di khususkan untuk para atlet maupun para murid yang hendak mengikuti olimpiade ataupun mengikuti acara yang bersangkut-paut dengan sekolah.
Meskipun masih ada cukup waktu yang dapat Lenna gunakan untuk sekedar istirahat sejenak, akan tetapi Lenna memilih kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran yang masih dapat dikejar. Setidaknya, dapat mengalihkan pemikiran akan kejadian beberapa jam yang lalu ketika hendak berangkat sekolah.
Beberapa jam yang lalu.....
Lenna memaksakan dirinya, berlari menghampiri Evan yang tanpa ampun memberikan pelajaran berupa pukulan-pukulan pada preman yang bersikap lancang pada Lenna. Lenna menghadang Evan, Evan terkejut membeku.
"Evan belum selesai, Lenna" (Ethan).
Lenna cuek, lebih memperdulikan preman yang babak belur "Paman preman, masih sadar?" tanya Lenna, menanyakan keadaan preman yang dibuat babak belur oleh Evan yang nampak belum puas sedikitpun.
Preman itu menganggukan kepala pelan.
Lenna menghela nafas lega, "Saya akan minta seseorang untuk panggil ambulans kemari dan membawa paman preman ke rumah sakit, sekarang paman preman butuh pertolongan sesegera mungkin".
Dalam hati Lenna, "Soalnya kalau dilanjutkan, nyawa anda bisa melayang...."
Bergegas Lenna meminta bantuan orang-orang sekitar untuk memanggil ambulans dan membawa preman itu ke rumah sakit terdekat. Lenna berasumsi jika preman tersebut meminta pertanggung jawaban atas masalah ini, masalah ini bisa berlanjut di meja hijau.
"Evan, tadi kamu lemah banget" ejek (Ethan).
"Apa?!!" kesal (Evan).Geram, "Apa yang kalian lakukan sih? Aku tidak terluka sama sekali, tapi preman itu bisa saja mati di tangan mu" Lenna menunjuk Evan.
"Yah...itu tujuan ku adik" ucap Evan.
"Apa?serius?! Lalu mau ke tangkep gitu sama polisi? dan mau ini berlanjut lebih jauh. Apa yang kalian fikirkan sih!!?" (Lenna).
Ethan menepuk pundak Evan, "Walau ini terjadi tanpa rencana, semua akan baik-baik saja"
"Evan berpengalaman" (Ethan).Evan menganggukan kepala, "BenAR sih, EH?!" teringat, "Astaga, aku lupa...!"
"????" (Ethan)."Kak Jayden sedang tidak ada dirumah!? Orang ku sedang cuti hari ini....!" cemas (Evan). Tidak ada yang dapat membantunya, jika preman tadi melaporkan masalah ini ke polisi.
"Yah, kalau begitu...tanggung sendiri" (Ethan) menenangkan saudara kembarnya.
"Hibur aku yang benar dong!!! Ish!" (Evan).Wajah Ethan yang datar, meski tanpa ekspresi yang pasti. Alis dan garis bibir Ethan dapat memberitahu sedikit informasi mengenai ekspresi apa yang Ethan tampilkan. "Baiklah" (Ethan).
KAMU SEDANG MEMBACA
Chapter 1 : Killer Family Obsession
Mystery / Thriller⚠⚠ Pemberitahuan ⚠⚠ Cerita ini mengandung unsur adegan 18+ tidak diperuntukan untuk anak dibawah umur!! (bacalah cerita sesuai umur kalian, okey) Sinopsis: Apakah kalian pernah membayangkan hidup diantara para pembunuh? Pernahkah berfikir, apa alasa...