45[ngidam]

17.2K 2.1K 179
                                    

Jika mengurus Ily dengan segala tingkah manja dan pertanyaan-pertanyaan ajaibnya sangat merepotkan, maka di tambah Davin si bocah tengil adalah perpaduan dahsyat dalam menguji kesabaran.

Itu pendapat Ali selama beberapa jam ia mengurus dua kakak beradik yang selalu bertengkar hanya karena masalah sepele. Hal yang mengherankan kenapa Davin tumben ingin selalu berteman dengan Ily walaupun sepuluh menit sekali selalu bertengkar, dan ternyata Ali baru tahu bahwa bocah itu betah di rumahnya karena banyak es krim.

Ali juga diam-diam heran kenapa dua anak ini selalu bertengkar, bahkan hanya karena tutup botol tidak sengaja di geser satu senti sudah membuat teriakan marah saling bersahutan. Dan Ali belum tahu jawabannya, kenapa mereka tidak pernah bisa akur.

Lalu rutinitas kembali seperti biasa, Davin sibuk menonton kartun Upin & Ipin dengan anteng sambil memakan es krim, dan Ily beberapa kali mencoba mengganggu dengan merebut remot tv yang akhirnya Davin sembunyikan di dalam celananya.

"Lihat kak Ros bikin manisan mangga, Ily jadi mau mangga deh."

"Ily ngidam mangga, bukan salah Ily tiba-tiba mau mangga. Salah kak Ros kenapa bikin manisan di depan mata Ily."

Laki-laki yang sedang membaca beberapa email yang masuk ke handphonenya kini memiringkan kepala dan menoleh, ia mengigit bibir bawahnya lalu menyipitkan mata. Baru pukul tujuh malam tapi perempuan itu sudah mulai ribet sendiri dengan keinginannya.

Pipinya menggembung, ia menunjuk kearah televisi yang masih memperlihatkan kartun dua anak botak bodoh yang tidak pernah naik kelas itu.

"Ily mau mangga om suami, mau banget. Ily nanti nangis nih kalau nggak bisa makan mangga, Ily nangis ya? Nangis nih," ujar perempuan itu dengan nada mengancam.

Ali menghela napas lelah, dia meletakkan handphonenya di meja lalu bergeser duduk di dekat Ily. "Iya nanti suruh bi Laila beli, nggak usah nangis."

Mata Ily berubah sinis, dia meletakkan kedua tangannya di dada.

"Ily nggak mau mangga yang di beli bi Laila!" Ketusnya.

"Terus mau apa?"

"Ily mau mangga punya pak Rudy yang pelit itu, om suami harus curi mangganya. Ily mau makan mangga hasil curian, biar ada sensasi kejahatannya. Supaya dedek ultraman kita bisa melihat kejahatan dan jiwa ultramennya kebentuk sejak dini."

Menghela napas berat, Ali tersenyum lalu kembali datar dan menyentil hidung Ily hingga sedikit memerah. "Nggak boleh nyuri," ujarnya memberitahu.

Ily berdecak dan menghembuskan napas marah seperti banteng. "Curinya malam ini, besok pagi langsung bilang ke pak Rudy terus baru deh Ily makan mangganya!" Katanya dengan nyolot.

"Tetap aja nggak boleh bu ultramen," ujar Ali berusaha sabar.

"Ily mau mangga curian om suami!"

"Nggak."

Ily menurunkan tangannya, ia siap mengeluarkan jurus andalannya dalam membujuk Ali. Perempuan itu mendongak, menatap Ali dengan matanya yang mulai memerah dan berair, bibirnya bergetar dan siap untuk menangis. "Ternyata om suami udah nggak sayang Ily, om suami pasti lebih milih kak Laras karena Ily nggak sexy kayak dia. Om suami pasti habis ini mau buang Ily ya? Om suami udah nggak sayang Ily lagi, Ily sedih banget," ujarnya dengan dramatis.

"Kalau gitu jangan sentuh-sentuh Ily lagi, jangan ajak Ily jenguk dedek bayi, jenguk aja dedeknya kak Laras. Ily jijik ih sama orang yang nggak mau cari mangga untuk-"

"Iya!" Ali langsung menyela dengan mata melotot. Kalah sudah kalau Ali di suruh melawan perempuan banyak akal ini. "Iya om suami curikan mangga malam ini, nggak usah nangis. Om suami rela jadi maling buat kamu, puas?"

OM Tetangga [PART LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang