"Kenapa om Ali sekarang kalau jemput kak Laras selalu buru-buru? Biasanya kan lelet, Ily bahkan boleh beli es krim dulu."
Ali hanya mengangguk-anggukan kepalanya, tatapannya lurus ke arah detik angka di lampu merah. Lalu setelah lampu itu berubah hijau barulah dia menjalankan lagi mobilnya dan menoleh kearah Ily.
"Perasaan sama aja, lagian om buru-buruin kan biar kamu gak telat."
Bibir gadis itu tertekuk, dia mengunyah permen karet di mulutnya lambat-lambat. "Tapi Ily rasa sekarang beda, om.."
"Beda apanya?" Tanya Ali, mengacak gemas kepala gadis itu. "Kak Laras sama aja kok, sama kayak pacar-pacar om Ali yang dulu sering kamu rusuhin."
Ily memajukan badannya, mengecup dengan cepat pinggir bibir milik Ali. "Om Ali punya Ily, gak boleh ada yang ambil ya?" Katanya dengan tatapan cemas.
Ali menoleh sebentar lalu kembali menatap lurus ke arah jalanan. "Barang kali ah, om Ali punya kamu. Hahaha-"
"Om!" Ily menatap tajam, membuat tawa Ali langsung senyap seketika. "Om Ali cuma punya Ily, gak boleh ada yang ambil kecuali Ily. Om Ali gak boleh nikah sama kak Laras, Om cuma boleh nikah sama Ily!"
"Dari dulu kan pacarnya om cuma Ily, jadi om Ali cuma boleh nikah kalau sama Ily."
Tepat dengan berhentinya mobil mereka di depan rumah Laras, Ali langsung membalikkan badannya dan menatap penuh pada gadis itu. "Om Ali sekarang udah umur 32, kalau nunggu kamu lulus kuliah kapan om nikahnya? Terus emang kamu mau nanti nikah sama kakek-kakek?"
"Mau!"
"Ly-"
"Ily mau! Ily mau nikah sama kakek-kakek asal itu om Ali."
"Kamu belum paham, Ly."
"Ily paham om, Ily bukan anak kecil lagi. Ily tahu perbedaan umur kita jauh banget, Ily tahu resikonya apa kalau Ily tetap maksain mau om Ali gak nikah sama siapapun, Ily tahu resikonya suka sama om-om kayak om Ali ini. Ily tahu om.." mata gadis itu mulai berair, lalu dalam hitungan detik genangan di matanya itu mulai jatuh. "Ily beneran mau nikah sama om Ali, Ily gak mau om Ali nikah sama siapapun apalagi kak Laras-hiks.."
"Om Ali cuma punya Ily.."
"Om Ali cuma boleh nikah sama Ily om, gak boleh sama yang lain. Nanti yang jagain Ily siapa, om? Kalau Ily berantem sama Bunda dan Ayah yang belain Ily siapa? Pasti kalau om Ali nikah sama cewek lain nanti kita di batasi, Ily pasti gak boleh peluk om Ali lagi, nanti Ily nangisnya sama siapa om.."
"Gak ada yang sayang sama Ily kayak om Ali sayang Ily."
Ali tidak tahu harus menjawab bagaimana, delapan belas tahun mengenal gadis ini belum pernah dia melihat Ily setakut ini kehilangan dirinya.
Laki-laki itu juga tidak pernah membayangkan kalau nanti dia tidak bisa bertemu Ily, bahkan sehari saja tanpa kabar darinya hampir membuat Ali gila karena mengkhawatirkannya.
Ali kemudian menarik tubuh Ily yang bergetar ke dalam pelukannya, ia mengelus punggung dan mencium pelipis gadis itu dengan lembut.
"Om Ali- om gak boleh nikah sama cewek lain, cuma boleh sama Ily om.."
"Iya," Ali mengangguk, makin erat memeluk gadis itu. "Nanti om nikahnya sama kamu."
"Janji ya, om?"
"Iya, Ly."
Hampir lima menit pelukan hangat itu berlangsung, sebelum akhirnya Laras datang membuka pagar dan mendekat ke arah mobil mereka.
Ily melepaskan diri dari pelukan Ali, ia menghapus air matanya dan menyengir sebentar pada Ali, hingga mau tidak mau laki-laki itu merasa geli dan ikut menyengir juga. "Ily duduk di belakang dulu ya, Om," katanya dengan suara tarikan ingus yang makin membuat Ali terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
OM Tetangga [PART LENGKAP]
Ficção AdolescenteAli adalah definisi jagain jodoh sendiri, di jaga sejak bayi lagi. "Lopyu om Ayiiii!" "Heh! giginya belum tumbuh juga, jangan bilang love you love you an lagi ya?" "Lopyu banyak banyak om Ayiiiiii!" "Ily, sana dek di panggil Bunda tuh suruh mandi." ...