Chapter 14

4 1 0
                                    

Kurasakan seluruh dunia ku hancur. Semalam setelah mendengar kabar bahwa kedua orang tua ku dinyatakan meninggal karena kecelakaan, aku merasa seluruh tubuhku sakit dan aku tidak bisa membendung tangisan ku. Aku tidak tahu harus bergantung pada siapa. Sakit ini kembali menyerang diriku.

Flashback

"Omma bertahanlah. Nee Hyerin mohon jangan tinggalkan Hyerin sendiri" ucap ku memohon kepada omma yang masih sadarkan diri padahal kondisinya sangat kritis.

"Jaga diri kamu baik-baik ya. Hyerin harus bahagia, ikuti kata hati mu. Maafkan omma, appa dan oppa mu yg meninggalkan mu. Jangan membenci kami" Perkataan omma dengan terbata-bata.

"Omma tidak boleh pergi! Hyerin gak bisa hidup tanpa kalian. Cukup Hyunro yang pergi. Omma dan appa jangan. Kumohon" ucap ku memelas sambil menangis.

"Maafkan omma sayang. Kami mencintaimu" ucap omma terakhir sebelum menutup matanya.

"Omma, omma? OMMAAA, jangan tinggalkan Hyerin!" Teriak ku frustasi.

Setelah omma menghembuskan nafas terakhir buru-buru seorang perawat membawa ku menjauh. Hidup ku sekali lagi hancur. Aku hanya bisa berharap pada appa yang sedang di dalam ruang operasi.

Kumohon tuhan, jika kau memang ada. Setidaknya selamatkanlah appa ku. Kumohon jangan buat aku sendirian didunia ini.

Tubuh ku lemas, sudah sejam berlalu aku terus menangis setelah kepergian omma dan aku masih menunggu appa selesai menjalan kan operasi. Tapi takdir terlalu jahat pada ku sampai dokter menghampiri ku.

"Mohon maaf. Kami sudah melakukan semua yang kami bisa tapi tuan Choi tetap tidak terselematkan karena pendarahan terus menerus" jelas seorang dokter kepada ku.

Seketika saja setelah mendengar hal itu semua pandangan ku menjadi buram dan aku tak sadarkan diri.

Flashback off

Upacara pemakaman orang tua ku dilaksanakan secara tertutup, tidak ada media yang diperbolehkan meliput padahal appa ku adalah pemilik perusahaan store yang lumayan besar di negeri ini. Sekretaris appa mengurus semua persiapan pemakaman dan kedua sahabatku yang mengetahui berita tersebut membantu ku untuk menerima tamu. Karena aku tidak bisa melakukan apapun selain menangis meratapi kepergian mereka.

"Hyerin kau harus berhenti menangis, sebentar lagi kita akan pergi ke pemakaman untuk mengubur kedua orang tua mu kan" ucap perhatian Jiah yang di dampingi Joora.

"-" aku hanya diam tak menanggapi ucapan mereka.

"Tenangkan dirimu ya, itu ada suami dan mertua mu. Kami menyambut tanu dulu" ucap Joora sebelum meninggalkan ku.

Suami ku? Ah iya dia pasti senang kan orang yang di bencinya sudah mati. Atau ini semua perbuatannya? Dia semalam bilang kalau akan membuatku menderita kan. Membunuh ku hanya membuatku menderita sebentar dia tak akan puas. Membunuh kedua orang tua ku membuat ku sangat menderita dan dia pasti akan sangat senang kan?

"Hyerin sayang. Kami turut berduka atas kepergian orang tua mu. Kamu yang tabah ya sayang" ucapan Bela sungkawa dari ommanim menghentikan pemikiran negatif ku.

"Ini pasti berat sekali bagi mu, maaf kan kami yang tidak ikut kerumah sakit semalam. Kamu pasti sangat kesulitan kan" tambah dari appanim sambil menepuk bahu ku.

"Omma, appa terimakasih sudah datang di tengah liburan kalian" sahut Hoseok oppa pada mertua ku sambil merangkul ku.

Entah kenapa aku tak merasakan apapun saat Hoseok oppa merangkul ku dan bersikap simpati pada ku sejak kematian orang tua ku. Aku hanya bis diam dan menangis menanggapi perkataan semuanya dengan anggukan. Aku tidak peduli pada apapun lagi.
-
-
-
-
-

Love Revenge Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang