Chapter 18

5 1 0
                                    

Time skip 4 tahun kemudian

Disisi Hyerin

HYERIN POV

"Heewook sayang lihat Strawberry nya sudah masak" tunjuk ku pada putra ku.

"Woah besar banget! Ewook mau omma" sahut putra ku sangat exited.

Setelah pergi dari Hoseok oppa, aku memutuskan untuk tinggal di sebuah desa kecil di Jeju. Kami hanya tinggal berdua di sebuah rumah sederhana, aku bekerja sebagai pelayanan kesahatan masyarakat sekitar dan berkebun buah kecil-kecilan sebagai hobi.

Heewook sangat mirip dengan Hoseok oppa, orang yang sangat ingin kulupakan di dunia ini. Bahkan makanan kesukaan dan yang tidak disukanya juga sama. Hal ini membuat ku takut jika dia berada di lingkungan luar karena sering dibilang mirip dengan Hoseok oppa. Idol yang sangat terkenal bahkan sudah membuka sekolah tarinya sendiri.

"Omma! Omma itu ada ulat!" Panggil Heewook menyadarkan ku dari lamunan.

"Duh, jangan dimainkan begitu sayang. Dia kan juga makhluk hidup, sini omma singkir kan ya" ucap ku lembut pada putra ku. Ah iya yang membedakan mereka hanyalah rasa takut terhadap hewan ataupun ketinggian. Hoseok oppa cukup penakut sedangkan Heewook sama sekali tidak punya rasa takut seperti ku.

"Omma apa ulat tadi juga akan menjadi kupu-kupu sepelti yang di buku?" Tanya Heewook penasaran.

"Tentu sayang. Makanya jangan di ganggu atau di bunuh ya, nanti dia tidak bisa bermetamorfosis menjadi kupu-kupu" ucap ku sambil mengelus rambutnya.

"Belmetalposis itu apa omma" Tanya Heewook penasaran dan itu membuat ku tertawa karena pengucapannya yang masih cadel dan salah-salah.

"Bermetamorfosis sayang. Metamorfosis itu  perubahan bentuk suatu hewan contohnya seperti ulat menjadi kepompong lalu menjadi kupu-kupu. Seperti gambar uang di buku" ucap ku menjelaskan dengan pelan padanya.

"Apa Ewook juga akan Belmetalposis juga omma?" Tanya nya lagi.

"Astga putra omma. Tidak sayang. Manusia tidak bermetamorfosis" ucap ku sambil tertawa.

"Sudah ayok kita masuk, ini Strawberry nya udah selesai semua di petik" ucap ku sambil menuntun Heewook.

"Nee omma" sahutnya riang.
-
-
-

Malam ini kami makan malam dengan sederhana, aku sangat bersyukur Heewook bukan anak yang rewel atau sulit di urus. Heewok jarang menangis dan sakit, makannya pun gak ada alergi kecuali gak suka sama makanan berjahe. Selama aku bekerja dia sering ku titiplan dengan seorang bibi Han, janda tua yang tinggal di samping rumah ku. Sudah kuanggap seperti ibu sendiri, dia yang menolong ku dulu saat aku baru pertama kali datang ke sini.

Aku masih ingag dulu saat hamil besar banyak di desa sini yang mencemooh ku dan bilang untuk aku di usir saja karna hamil tanpa suami. Dan bibi Han adalah satu-satunya orang yang membela ku dengan berkata.
'anak itu titipan, bisa hamil dan mempunyai anak adalah anugrah, kita harus menjaganya bukan malah mau mengusirnya. Dia orang dari Seoul, tidak mungkin dia ingin tinggal kesini jika dia tidak punya masalah. Seharusnya kita senang dia mau menjadikan desa kita yang kecil ini sebagai rumahnya dari pada kota Seoul yang besar itu'

Perkataannya membuatku sangat tersentuh, dan dia menolongku dengan memberikan tempat tinggal untuk ku sampai rumah ku selesai di bangun. Iya, aku membeli tanah di samping rumahnya dan membuat rumah sederhana milik ku sendiri. Banyak hal baru yang ku alami disini, baik itu hal susah dan bahagia. Hidup bersama Heewook adalah suatu kebahagiaan untuk ku.

Aku tak menyesal lebih memilih putra ku dari pada suami ku.

-
-
-
-
-

Disisi J-hope

"Hah aku lelah" gumam ku saat baru mendudukan diri di sofa ruang tengah.

Apartment ini sangat sepi, sudah 4 tahun berlalu tanpa Hyerin. Wanita yang sangat ku benci itu tanpa sadar sudah membuat ku jatuh cinta dengannya. Dengan sifat lembut dan pendiamnya. Kenapa aku sangat menyia-nyiakannya dulu dan hanya fokus untuk balas dendam yang tak ada?

Penyesalan terus menghantui ku selama 4 tahun ini. Dan setelah dia pergi baru aku tahu semua tentang dia, dia yang tak pernah sedikit pun mengeluh tentang ku dan dia yang tidak pernah menuntut apapun. Iya, dia tak pernah meminta apapun saat kami masih bersama. Bahkan untuk uang saja dia masih kalah jauh dibandingkan wanita-wanita yang pernah ku kenal. Dia tak terlalu suka menghamburkan uang nya. Dia sederhana dan sangat menawan. Kenapa aku tak menyadarinya saat masih bersama.

'Drtttttt drtttt drttttt' dering ponsel menyadarkan ku dari lamunan.

"Halo?" Sahut ku.

"Yakkk Hoseok! Kau tidak ke pesta ulang tahun keponakan mu?!" Marah nuna sangat kentara.

"Maaf nuna, aku lupa. Aku akan siap-siap sebentar" jawab ku.

"Cepat kemari kau tahu kan Junso sangat suka dengan mu, dia sudah nyariin kamu" ucap nuna lagi.

"Nee nuna, aku segera kesana" jawab ku.

Yah ini ulang tahun keponakan ku Junso yang ke 4 tahun. Ah iya andai saja Hyerin dan anak ku ada disini mungkin kami akan segera mengadakan ulang tahunnya juga yang ke 4. Karena saat nuna hamil 5 bulan tak lama kemudian Hyerin hamil anak kami.

Kira-kira anak kami seorang putra atau putri? Astaga apakah aku pantas mengharapkan anak kami yang dulu sangat ingin aku bunuh? Jika anak itu tahu yang sebenarnya mungkin dia pasti akan membenci ku.
-
-
-

"Samchon!" Panggilan dari keponakan ku tersayang.

"Hai jagoan samchon. Selamat ulang tahun, ini bawakan hadiah untuk mu" ucap ku sambil memeluk Junso keponakan ku dan menyerahkan kunci mainan mobil-mobilan.

"Wah, terimakasih banyak samchon!" Ucap Junso senang sambil berlari melihat hadiahnya.

Seketika bayangan jika saja aku memiliki seprang putra langsung terbesit sampai omma menepuk pundak ku.

"Hoseok" panggil omma.

"Nee omma" sahut ku sambil berbalik.

"Bisa omma bicara sebentar?" Ucap omma sambil menuntun ku ke dalam ruang keluarga.

"Bagaimana, apa masih belum ada kabar tentang Hyerin?" Tanya omma sambil menatap sendu.

"Belum" sahut ku pelan sambil menunduk.

"Sayang, ini sudah 4 tahun kau yakin masih mau mencarinya? Mungkin saja ini semua adalah pilihannya dan tidak bersama mu adalah yang terbaik untuknya. Omma bukannya tidak mendukung mu tapi jika omma berada di posisi Hyerin, omma juga akan pergi dan tak ingin kembali lagi. Omma juga ingin kamu bahagia, mengikhlaskan dan mencari pengganti untuk kebahagiaan mu sendiri juga penting" cerita omma sambil mengelus pundak ku.

"Aku nda bisa mengikhlaskannya omma, aku bersalah padanya aku harus memohon maaf dan menebus segalanya. Bagi ku sekarang menemukannya dan bersamanya adalah kebahagiaan ku" jawab ku sambil menatap omma.

"Kita sudah coba cari kemana pun, bahkan daftar nama penumpang pesawat dan kapal yang keluar negri saja tidak ada namanya sayang" ucap omma lagi.

"Aku yakin aku akan bertemu dengannya omma" ucap ku yakin.

"Omma akan selalu mendoakan yang terbaik. Omma juga sangat menyanyangi Hyerin." Kata omma sebelum akhirnya beranjak dari ryang keluarga.



Tbc

Love Revenge Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang