BAB 28

87 14 0
                                    

Menghentikan langkah kakiku karena Harry tidak kunjung berhenti mengikuti dari arah belakang dan terus saja memanggil namaku seraya melontarkan banyak pertanyaan, membuat kami pun akhirnya saling menatap satu sama lain dalam diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menghentikan langkah kakiku karena Harry tidak kunjung berhenti mengikuti dari arah belakang dan terus saja memanggil namaku seraya melontarkan banyak pertanyaan, membuat kami pun akhirnya saling menatap satu sama lain dalam diam.

"Jangan mengikuti aku" pintaku.

"Kalau begitu jelaskan dulu kamu sedang ada masalah apa?" katanya.

"Apa memangnya yang bisa kamu lakukan setelah mengetahui apa sebenarnya masalah yang sedang aku hadapi?" tanyaku seraya mengusap air mata di pipi.

"Kita bisa mencari jalan keluarnya bersama-sama Ken" katanya seraya memegang bahuku dan hal ini membuatku menggelengkan kepala dan menunjuk dadanya.

"Kamulah sumber masalahnya Har. Jadi lebih baik kamu pergi dari hadapan aku sekarang juga atau-" ungkapku.

"Atau apa Ken?" selanya.

"Atau kamu akan melarikan diri lagi dariku, begitu? Lalu mau sampai kapan kita akan bermain kejar-kejaran seperti ini Ken?" tanyanya seraya menangkup wajahku.

"Kita tidak sedang bermain kejar-kejaran Har, justru kamulah yang terus-terusan mengejar aku. Padahal aku sudah jelaskan bahwa hubungan kita telah selesai dan aku telah memiliki orang lain yang sangat aku sayangi. Jadi bisakah kamu menjauhi aku?" ungkapku.

"Tetapi dia masih terbaring di ruang ICU dan itu berarti aku masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan kamu kembali. Jadi, jangan pernah meminta aku untuk menjauhi kamu karena sampai kapanpun aku akan terus berada di sisi kamu" jelasnya.

"Tapi dia telah sadar dari masa kritisnya Har" dustaku seraya menatap wajahnya yang tiba-tiba beraut wajah terkejut.

"Apa kamu sangat mencintainya?" tanyanya.

"Aku sangat mencintainya" jawabku.

"Apa kamu akan bahagia kalau akhirnya aku memutuskan untuk berhenti mendekati kamu?" tanyanya seraya menatapku dengan dalam dan iris berwarna hijau miliknya menujukkan penuh kekecewaan.

Seperti di hantam palu besar dan tidak bisa menjawab pertanyaannya, aku pun memilih untuk diam dan tenggelam dalam tatapan matanya yang mulai terbakar emosi. Mengetahui benar jika aku sampai membuka suara untuk menjawab pertanyaannya, air mata bisa saja meluncur dari iris mata berwarna hijau miliknya.

"Jawab Ken" pintanya seraya menekan bahuku.

"Aku sudah memutuskan bahwa aku akan berhenti bekerja dan memulai hidupku dengannya di kota ini. Jadi, aku mohon kepada kamu agar berhenti mendekati aku mulai sekarang" dustaku seraya menyingkirkan tangannya dari bahuku.

"Omong kosong" katanya.

"Keluarga kami sudah sepakat untuk itu Har" dustaku sekali lagi agar lebih meyakinkan dan membuatnya segera menjauh dariku.

"Baiklah aku akan berhenti mendekati kamu mulai dari sekarang, tapi dengan satu syarat Ken" jawabnya membuatku menyinggung senyum pahit seraya menahan sesak yang tiba-tiba saja menghantam dadaku.

ONLY ANGEL (HENDALL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang