BAB 29

83 16 4
                                    

Terdiam dan menatapku dengan tatapan tajam seolah sedang mencari kebohongan di kedua mataku atas kejujuranku mengenai kehamilanku ini, tanpa aba-aba dia pun lantas menghadap sepenuhnya kearahku dan mengelus perutku dengan tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terdiam dan menatapku dengan tatapan tajam seolah sedang mencari kebohongan di kedua mataku atas kejujuranku mengenai kehamilanku ini, tanpa aba-aba dia pun lantas menghadap sepenuhnya kearahku dan mengelus perutku dengan tangannya.

"Kamu hamil?" tanyanya.

"Iya dan hanya kita yang mengatahui hal ini" jawabku.

"Kenapa kamu memberitahu aku? Bukannya kamu akan membenci aku dan berniat untuk menggugurkannya jika ternyata hasil nya positif" tanyanya seraya masih mengelus perutku yang masih rata.

"Iya, nanti aku memang akan menggugurkannya dan akan segera membenci kamu karena sudah merencanakan ini semua" jawabku.

"Silakan saja kamu membenci aku, tapi aku tidak akan pernah membiarkan kamu untuk menggugurkan kandungan ini Ken" ucapnya seraya mengelus perutku.

"Tapi keputusanku sudah bulat Har" protesku.

"Biar aku ingatkan kepada kamu bahwa dia juga darah dagingku dan itu berarti aku juga berhak memutuskan apapun yang menyangkut tentang keberadaannya" jelasnya.

"Tapi dia tumbuh di rahimku" peringatku.

"9 bulan tidak akan lama Ken" ucapnya.

"Kalau begitu kamu saja yang mengandung" jawabku.

"Dia anak kita, darah daging kita Ken. Apa kamu tega?" peringatnya.

"Sudahlah Har, aku hanya ingin memberitahu kamu saja bahwa dua wanita itu adalah alasan kenapa aku selalu menjauhi kamu dan soal keberadaan bayi ini aku hanya ingin memberitahu saja bahwa aku pernah mengandung anak kamu" jelasku seraya menyingkirkan tangannya dari perutku.

"Ibu macam apa kamu menggunakan keberadaannya hanya agar aku percaya bahwa kamu tidak sedang berbohong" sindirnya.

"Aku memang bukan ibu yang baik. Oleh karena itu aku tidak menginginkan keberadaannya dalam diriku" jelasku.

"Egois" ucapnya.

"Memang" jawabku seraya menekan tombol untuk membuka penyekat diantara tempat duduk aku dan dia yang saling bersebelahan.

Beberapa jam berada di dalam pesawat akhirnya kami pun tiba di bandara Charles De Geulle, Paris. Tepat pada pukul 9 setelah selesai mengurus bagasi dan koper-koper milik aku dan Hailey, Harry lantas menggandeng tanganku begitu keluar dari bandara dan hal itu membuat flash kamera wartawan memotret kebersamaan kami.

Karena ulahnya ini, aku dan Hailey tidak memiliki ruang untuk menghindar dan menjadi menggunakan mobilnya untuk menumpang pulang. Namun, bukannya kembali ke apartment dia justru kembali memaksa agar aku dan Hailey bermalam di penthousenya.

"Aku akan pulang dengan taxi" kataku seraya melangkah mundur.

"Jangan gegabah Ken. Ini sudah larut, tidak baik wanita berkeliaran mencari taxi di jam malam" cegah Harry seraya menahan lenganku untuk tidak melanjutkan langkah keluar dari penthousenya.

ONLY ANGEL (HENDALL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang