BAB 7

127 18 0
                                    

Sepulangnya dari kantor aku pun memilih untuk pergi bersih-bersih dan mengenakan lingerie yang biasa aku kenakan untuk tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepulangnya dari kantor aku pun memilih untuk pergi bersih-bersih dan mengenakan lingerie yang biasa aku kenakan untuk tidur. Bingung ingin melakukan aktivitas apa lagi, tanpa menunggu lama aku pun segera menghubungi ibuku melalui sambungan video call dan begitu terhubung aku lihat dia sedang sibuk memasak didapur.

"...Selamat malam sayang..." sapanya.

"...Sedang apa Mam?..." tanyaku.

"...Memasak makan malam untukku yang kini hanya tinggal seorang diri..." jawabnya.

"...Aku merindukamu Mam..." tuturku membuatnya menatapku sepenuhnya melalui sambungan video call dan meninggalkan sejenak kesibukkannya untuk mengaduk sesuatu di pan.

"...Aku juga sangat merindukan kamu Ken. Terlebih hanya kamu seorang yang bisa aku harapkan saat ini..." tuturnya beraut wajah sendu.

"...Lalu, bagaimana dengan kondisi Papa?..." tanyaku.

"...Masih sama seperti sebelum kamu pergi. Belum ada perubahan apapun Ken..." jelasnya.

"...Apakah dokter tidak mengatakan sesuatu hal lain atas kondisinya yang seperti ini?..." tanyaku.

"...Dokter sudah lepas tangan Ken..." ujarnya.

"...Tetap saja kita tidak boleh berhenti berharap Mam..." tukasku.

"...Iya, mulai saat ini kita juga harus saling berbagi Ken. Kamu jangan sungkan untuk menceritakan hal sekecil apapun kepadaku ya Ken..." peringatnya.

"...Itu pasti Mam. Please jangan menangis..." pintaku membuatnya kemudian mengangguk di sebrang sana seraya tersenyum tipis.

Akan tetapi, tiba-tiba pintu apartment-ku di ketuk dengan sangat kencang bahkan hal itu membuat ibuku yang sedang menelpon dapat mendengarnya dan merasa panik. Namun, aku segera menenangkannya dengan alasan bahwa itu adalah suara ketukkan dari kamar sebelah yang mana sepasang suami istri sedang bertengkar.

"...Demi Tuhan, apa mereka tidak punya rasa toleransi Ken?..." tanya ibuku.

"...Itu sudah biasa terjadi Mam..." dustaku.

"...Kamu panggil keamanan saja kalau kamu merasa terganggu Ken, jangan dibiarkan orang seperti itu..." jelasnya.

"...Ya Mam. Ah ya, sepertinya aku harus istirahat sekarang..." ungkapku membuatnya kemudian mengangguk setuju.

"...Baiklah kalau begitu, selamat istirahat ya Ken, good night..." ujarnya.

"...Good night Mam, bye..." putusku mengakhiri sambungan telepon.

Dengan tergesa-gesa aku pun dengan cepat melangkah ke arah pintu karena keadaan sudah mulai gaduh di depan sana, segera membuka pintu kamar tanpa melihat melalui celah pintu aku pun mendapati Harry dengan penampilan kacau dan beraroma sangat pekat dengan alkohol. Belum sempat bertanya, dia justru limbung ke arah pundakku dan dengan sigap aku membawanya masuk kea rah ruang tamu.

ONLY ANGEL (HENDALL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang