Tangan Zahra terus saja di tarik oleh Ustadzah Fera ke lapangan sampai sampai tangan Zahra memerah sedikit berdarah.
Zahra terus saja meringis kesakitan di bagian pergelangan tangannya, Namun Ustadzah Fera tak menghiraukan perkataan Zahra dengan segan segan Zahra di dorong lalu terjatuh di lapangan Asrama.
"Aaa." pekik Zahra kesakitan, Semua santri menatap kearah mereka berdua.
"KAMU SUDAH BERAPA KALI DI HUKUM HAH?" tegas Ustadzah Fera.
"Lebih dari 15 kali, puas?" tertawa hambar Zahra.
"Saya belum puas jika kamu belum MATI." teriak Ustadzah Fera membuat semua santri menutup mulutnya dengan tangan sampai sampai tidak ada yang bicara sepatah kata pun.
"Boleh kah saya membunuh mu Ustadzah terbaik dan terkejam di sini?" tanya Lulu menghampiri mereka berdua.
"Saya tidak ada urusannya dengan kamu." ujar Ustadzah Fera menunjuk ke arah Lulu.
"Memangnya saya juga ada urusan dengan anda?" tanya wanita itu adalah Zahra, Zahra bangkit dari tergeletaknya.
"KAMU SUDAH BERDUAAN DENGAN YANG BUKAN MAHRAM MU DI GERBANG ZAHRA." tegas Ustadzah Fera dengan mengeluarkan suara asli.
"Siapa? Memangnya anda kenal?" ucap Zahra mengeluarkan senyum sinisnya.
"YA SAYA KENAL DIA ZAHRA ZEAVANA UTAMI SEORANG JALANG!" pekik Ustadzah Fera kembali lalu menampar pipi Zahra.
Plakkk...
"Auu" ucap salah satu santriwati di sana lalu dengan cepat menutup mulutnya.
Zahra mengelilingi tubuh Ustadzah Fera dengan tatapan tajam dari atas sampai bawah, sampai sampia Lulu tak mengerti sikap Zahra.
Prokk....prokk
Zahra bertepuk tangan "Berikan tepuk tangan yang meriah semuanya." lalu semua santriwati pun bertepuk tangan."MAKSUD KAMU APA SI JALANG?" deris Ustadzah Fera menahan malunya.
"Siapa yang kamu sebut jalang?" tanya Zahra dengan suara berbedanya membuat Lulu takut.
"ZAHRA ZEAVANA UTAMI PUAS?" teriak Ustadzah Fera.
"DASAR JALANG ANGKUH." lanjutnya.
"Kau sebut diriku Zahra?"
"Iya karna memang namamu Zahra." ujarnya.
"Ustadzah mening mundur deh." teraik Nayla dari atas.
Ia pun melihat ke arah Nayla. "Kenapa saya harus berhenti? Saya punya dendam sama Zahra Zeavana Utami." teriaknya memenuhi pasantren, sampai sampai Asrama lelaki pun kedengeran.
"Ustadzah coba lihat saya." ucap Zahra
"Suara kamu kenapa Zahra?" tanya Ustadzah Fera takut dengan suara dan tatapan matanya, semua santriwati pun takut.
"Kau menyebutku Zahra Zeavana Utami kan?" tanya Zahra dengan suara berbedanya.
"Zah udah." ucap Lulu, namun Lulu segera di singkirkan oleh Chelsi dan di bawa ke tepi lapangan.
"Iya terus kenapaa ada apa dengan mu jalang?" tanya Ustadzah tersenyum smirk kearah Zahra.
"Gua bukan Zahra Zeavana Utami." ucapnya dengan suara yang berbeda seperti tadi.
"Terus apa? LONTE HAH?yang udah ngerebut Gus Fatih dari saya." ujarnya membuat santriwati banyak yang berbicara.
"Hah Gus Fatih?"
"Serius"
"Astaghfirullah tu Ustadzah ngadi ngadi"
"Ngaca Mbak"
"ZAHRA UDAH GA USAH DI LADENIN." ucap Zeyra datang.
"GUA BILANG GUA BUKAN ZAHRA,KALIAN BUDEK HAH?" bentaknya kepada Zeyra dan Ustadzah Fera.
"Lalu?"
"Sebelumnya perkenalkan nama saya Zahrea Zevana Utami." ucap Zahrea tersenyum licik.
"Zahra? Suara berbeda?" lirih Lulu
"Ngga, kamu Zahra, bukan Zahrea." lontar Zeyra.
"Ada apa ini?" tanya lelaki berjubah coklat dengan mata yang menatap ke arah Zahra.
"Bang ini Zahra kan?" tanya Zeyra menahan tangisnya.
"Zahra?" tanya kembali Gus Fatih.
"Oh iya sebelumnya gua bukan Zahra, tapi Zahrea Zevana Utami." ucap Zahrea sedikit mengangkat 1 alis kanannya.
"Zahrea? Berbeda suara kah?" batin Gus Fatih.
"Dah ah Dramanya ga seru,gua balik ke kobong dulu." ujarnya hendak menghentakan kaki untuk berjalan lalu di hentikan oleh Gus Fatih.
"Zahrea?" panggil lembutnya membuat semua orang membeku.
Zahrea pun menoleh. "Ya kenapa?" tanya nya
"Pergi dari Tubuh Zahra, saya mohon." ucapnya memohon.
"Maaf sebelum nya Zahra yang dulu akan luluh jika mendengar perkataan seseorang." jawabnya.
"Saya mencintaimu." ucapnya jujur membuat Ustadzah Fera mengeraskan pergerakan kakinya agar tidak terjatuh.
"Alfaa tolongin gua huaa." batin Zahrea menahan sesak didadanya.
"Apakah anda mencintai saya?" pertanyaan Gus Fatih membuat Zahrea tersedak Sakit di hatinya.
"Reaa" panggil seseorang.
Semua orang pun melihat ke arah lelaki yang memanggil Zahrea, lelaki itu memakai baju koko berwarna hitam dan juga sarungnya hitam, peci putih, senyum manis.
"Alfaa." lirih Zahrea menahan air matanya.
"Ternyata kamu masih suka marah marah ya." ujar Alfa tersenyum.
"Ini nih Gus--" belum juga Ustadzah Fera melanjutkan, Gus Fatih sudah melemparkan ke mulut si mak lampir pake sorban.
"Alfa?" tanya Zahrea.
"Iya Rea, kamu ternyata mondok disini ya, udah berapa lama hm?"
"3 tahun." ucapnya seraya menunduk.
"Dan kepada tuhanmulah,
hendaknya kamu berharap.
Surat apa Rea?" tanya Alfa dengan sedikit tersenyum.Tanpa aba aba Zahrea pun langsung menjawabnya. "Al insyirah ayat 8." ujarnya yang terus saja menahan air matanya.
"Pinter banget ya sekarang." usil Alfa
"Gus Fatih." panggil Alfa
"Ya?"
"Tolong jaga Zahrea seperti saya menjaganya, ingat jangan panggil dia Zahrea atau Rea, panggil saja dia dengan sebutan Zahra dan lain lain sesuka hatimu." bisiknya pada Fatih, Fatih hanya bisa menahan untuk tidak pingsan selagi masih ada orang lain.
"Kenapa berbicara seperti itu?" tanya Fatih kembali.
"Saya sudah dijodohkan dengan Nayla." ucapnya membuat hati Zahrea sesak ingin segera meninggalkan tempat ini.
"Moga bahagia." ujar Fatih membuat Alfa mengangguk dan tersenyum.
Zahrea langsung pergi entah kemana membuat Fatih panik
BTW SATU PART LAGI TAMAT YA, MAKASIH UDAH NGEDUKUNG KISAH INI DARI AWAL SAMPE AKHIR, YANG GREGET SAMA USTADZAH FERA, KOMEN YAAA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dikala aku mencintaimu
Humor"Doa tahajud, bagaikan anak panah yang tepat mengenai sasaran. " -imam syafi'i