Pagi telah kembali, suara para murid berhamburan berebut untuk masuk kelas. Tidak seperti biasanya, mereka masuk secara tertib. Seseorang berjalan terburu-buru melihat gerbang sekolah hampir saja tertutup rapat. Badannya yang langsing dan lentur menyebabkan dia berhasil masuk--sudah mirip iklan teh pelangsing.
"Permisi, Pak."
"Kaara, kamu telat dua menit. Kamu tahu sekolah masuk jam berapa?"
Kaara menghela napas, cuma dua menit tetapi gadis itu sulit menolak hukuman yang diberikan oleh guru di depannya. Pak Imra, guru BK yang sedang bertugas, pria paruh baya yang masih menginjak usia kepala empat selalu memberi kejutan kepada anak didiknya. Bersembunyi di belakang pos adalah jalan ninjanya untuk memberikan kejutan pada murid yang terlambat.
Bukan hari sial untuk Kaara, tetapi gadis itu memang terlambat masuk karena sesuatu hal. Bahkan Kaara juga melarang Aksan untuk menjemputnya.
"Berdiri di depan tiang bendera dan jangan lupa beri hormat sang saka merah putih sampai jam pertama berakhir," perintah Pak Imra, pria itu kembali menambahkan, "Bapak senang kalau ada murid seperti kamu. Narima ing pandum."
Kaara tanpa protes langsung beranjak pergi dari hadapan Pak Imra menuju lapangan, di mana hukumannya telah menunggu. Gadis itu pun merasa bahwa hukumannya berbeda dengan para murid selain dirinya. Ada yang berlari keliling lapangan, menulis kalimat 'Aku tidak akan terlambat lagi' sebanyak seratus kalimat.
"Nikmati hukumanmu Kaara, anggap saja otakmu sedang refreshing untuk pelajaran kimia," monolog Kaara yang sudah berdiri di depan tiang bendera dengan posisi hormat.
****
Suara riuh kembali terdengar, pelajaran ilmu pengetahuan alam telah berlangsung sepuluh menit yang lalu. Kelas 12 IPA 1 yang diberi julukan kelasnya para dewa Yunani, selusin murid laki-laki yang memiliki paras di atas rata-rata.
"Siapa di sini yang menyukai buah?"
Saya, Pak
Suka banget dong
Apalagi buah yang besar dan berisi, Pak.
"Baiklah, sekarang kita akan membahas tentang tekstur buah," ucap Pak Arjun, guru dengan perawakan tinggi dengan paras bak idol K-Pop.
Pak Arjun mengambar buah mangga, lengkap dengan struktur lainnya. Gambaran yang lengkap dengan warna kuning bercampur merah.
Ini mangga Podang, Pak?"
Terlihat segar, apalagi kalau dibelah tengah bulan.
Dibuat jus, dicampur susu plus es batu. Lebih mantap banar.
Berbagai celotehan anak didiknya terdengar riuh, salah satunya Putra yang paling banyak bicara.
"Bagus, Putra, soal makanan kamu langsung gercep. Tetapi sebelum menikmati buah mangga, Bapak ingin bertanya apa saja struktur dari buah itu sendiri," puji Pak Arjun menghampiri Putra di bangku pojok.
Pria itu sempat melihat salah satu bangku yang masih kosong dan melihat jam di pergelangan tangannya.
"Sudah lima belas menit," batin Pak Arjun sambil menyerahkan spidol berwarna biru.
Putra pun langsung berdiri dan mengerjakan tugasnya di papan tulis. Detail tanpa kurang sedikit pun, sedangkan Pak Arjun sesekali memperhatikan pintu masuk berjaga kalau salah satu muridnya akan menyelinap di saat dirinya fokus menerangkan pelajaran.
"Silakan duduk, ini tadi struktur buah mangga. Sebelum kita makan buahnya, kita harus mengupas kulitnya terlebih dahulu, kemudian makan buahnya dan bagian akhir adalah inti buah," terang Pak Arjun kembali menuju ke papan tulis, dan kembali bertanya,"itu tadi buah mangga, terus bagaimana dengan buah kelapa muda?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaskara ( Tamat )
Teen FictionDemi sebuah tujuan, Bagaskara harus menjadi sosok yang berbeda agar dirinya diterima menjadi kekasih si gadis lugu. Beribu penolakan telah diterima Bagas sampai urat malunya putus. Akan tetapi siapa sangka perjalanan Bagas terus terpantau oleh sese...