"Lo dan gue adalah satu, bagai roda yang berputar dengan arah yang sama. Saat mencoba mundur, maka gue akan mengikuti apa yang lo lakukan, dan itu berlaku sebaliknya."
****
Tidak akan ada yang menyangka, bahwa semua yang di pikirkan setiap orang berbeda-beda. Bahkan saat menyangkut toleransi, saat toleransi itu sudah mencapai masa kadaluarsa. Maka semua rasa akan berubah menjadi amarah dan tidak akan ada segan lagi.
Seperti yang terjadi pada gadis berambut panjang yang masih lengkap dengan baju seragamnya. Apa yang salah dengan hidupnya selama ini? Dia hanya mencoba mencari penghiburan diri dengan cara menolong beberapa remaja sebayanya untuk hidup lebih baik. Hilangnya kasih sayang bukan berarti membuat dirinya lupa akan kehidupan sebenarnya.
Kaara mencoba menarik diri untuk tidak berada di lingkup teman-teman sebayanya. Kalau bukan ancaman dari sang ayah, dia tidak akan berbuat lebih. Tidak hanya penghiburan diri melainkan juga melindungi dirinya apabila tidak ada orang yang melindunginya nanti.
Tanpa terasa sekelebat masa lalunya terus tergiang sampai dia hampir lupa kalau angkutan umum yang dia tunggu baru saja lewat. Kaara, masih mencoba untuk tetap tenang dan berharap akan ada lagi, kali ini dia akan menghadapinya sendiri. Bagaimana dengan sekolahnya? Gadis itu sengaja minta izin pulang lebih awal karena sesuatu hal. Bahkan dengan cepat dia mendapatkan izin dari guru piket.
****
Sejak melihat video call yang dilakukan oleh Kaara dan musuh bebuyutannya, Bagas sudah tidak bisa tinggal diam. Pemuda itu harus melawan ketakutannya sendiri saat di luar kandang, dia tidak bisa terus berlari menghindar. Apalagi menyangkut tentang gadis yang dia kenali sebagai ketua Geng Devil--gadis yang telah menyelamatkannya.
Di dalam perjalanan Bagas tidak sendiri, dia bersama dengan keempat temannya yaitu Bara, Putra, Noval dan Aksan. Sesuai petunjuk yang diberikan oleh Aksan, mereka segera menuju lokasi di mana Kaara berada. Aksan sebagai navigator, berada di depan dan melewati jalan tikus yang membuat jarak semakin dekat.
"Kita turun di sini," ucap Aksan memarkir motornya di salah satu gang buntu. Bahkan dia juga sengaja menggeser salah satu jemuran penduduk sekitar untuk menutupinya.
"Apa rencana lo, balas budi atau ada rencana lain?" tanya Putra heran dengan sikap Bagas kali ini.
Bagas menghela napas, ada apa dengan temannya? Apakah segitu bencinya dengan Kaara.
"Put, kalau lo gak ikhlas bantu pulang saja sono. Kemarin-kemarin kalau gak di tolong mereka, mungkin kita sudah di penjara terus sidang," cerocos Bara, kali ini dia sangat gemas dengan sikap Putra yang terkesan menjaga jarak.
Aksan yang mendengar langsung berbalik arah, dia tidak mau mengorbankan teman barunya karena masalah Kaara.
"Kalian boleh pulang, mungkin Kaara memang sengaja tidak kabari gue karena dia sudah siap dengan konsekuensinya," usir Aksan tenang, pesan singkat yang baru saja dia terima membuat hatinya tersayat.
"San, kalau teman-teman gue gak mau nolong Kaara, setidaknya beri kesempatan gue buat nolongin dia. Lagipula gue tahu persis siapa lawannya. Tomi, dia gak pernah punya ampun sekalipun dia cewek," bujuk Bagas menepuk kedua pundak Aksan, menyakinkan akan keputusannya.
Keputusan Bagas sudah bulat, dia akan melindunginya. Menyakinkan ketiga temannya untuk memperbaiki diri, terlebih introspeksi diri. Bagas tidak peduli lagi, baginya Kaara adalah seseorang yang sangat penting dalam hidupnya. Dunianya sedikit terobati sejak gadis itu selalu berada di sekitarnya.
Bagas enggan menunggu keputusan teman-temannya, dia pun berlalu pergi menyusul Aksan. Tidak beberapa lama Putra, Bara dan Noval berjalan mengikuti ketua gengnya. Sampai persimpangan jalan Bagas mulai membagi tugas berpencar mencari Kaara di setiap sudut gang kecil.
Mereka akhirnya menyusuri jalan kecil yang tidak lain mengarah ke gedung terbengkalai. Bagas pun mulai mendengar teriakan kesakitan seseorang, tidak hanya itu suara dua orang yang saling tawar menawar mulai terdengar jelas. Membuat Bagas dan teman-temannya mengikuti arah di mana suara itu berasal.
"Kaara."
Bagas bergumam lirih, melihat bagaimana seorang Kaara yang terkepung oleh beberapa orang. Bahkan gadis itu sudah bersiap untuk melawan.
"Val, Bara ... lo nyusul setelah gue serang mereka. Gue duluan." Instruksi Bagas ke Noval dan Bara yang langsung diangguki keduanya.
Putra mengikuti Bagas, mereka mengendap-endap dan menumbangkan satu persatu orang yang berjaga di sekitaran gedung. Setelah merasa aman dan menemukan celah Bagas segera berlari, dengan cepat dia meraih tubuh Kaara dan melindunginya dari serangan. Memeluknya erat agar tidak tergores sedikit pun, sedangkan ketiga temannya langsung menyerang balik mereka.
Selang beberapa saat Aksan dan bala bantuan datang, mengepung tempat itu. Tawuran itu pun akhirnya terjadi, Bagas dan Kaara berada di tengah-tengah mereka.
"Lepasin gue." Kaara berusaha melepas pelukan Bagas yang semakin erat.
Berbeda dengan Bagas, pemuda itu menikmati apa yang sedang dia lakukan. Memanfaatkan kesempitan dalam kesempatan, yang mungkin tidak akan terjadi lagi.
"Sialan. Lo!" Tomi berteriak geram, tanpa belas kasih dia berlari kearah Bagas--menyerangnya.
Bagas terus menghindar serangan Tomi, agar gadis yang dipeluknya tidak terkena pukulan yang terus dilayangkannya.
Aksan pun secepat kilat langsung meraih Kaara untuk menjauh, "Diam dan tetaplah bersembunyi."
Peringatan Aksan bagai sebuah perintah, walau Kaara cemberut--kesal. Kenapa banyak bantuan yang menolongnya? Bukan itu yang diharapkannya. Ada hal lain yang ingin dia lakukan.
"Sudahlah, lain kali masih ada waktu untuk menyelesaikan semuanya," gumam Kaara yang sesekali mengintip keluar melihat keadaan.
Gadis itu mulai tidak tega saat Bagas membabi buta menghajar Tomi tanpa ampun. Pemuda itu kalap, sedangkan Tomi sudah terkulai lemas bersimbah darah.
****
"Jangan ganggu Kaara, atau gue gak akan segan menghabisi lo," bisik Bagas meraih kerah seragam Tomi yang telah berubah warna.
Berbalik dengan Tomi, pemuda itu tersenyum dengan seringanya walau sesekali terbatuk, "Gue gak nyangka secepat itu lo berubah."
Tomi balik menyerang bersamaan dengan suara sirine mobil polisi yang mendekat. Dengan cepat mereka membubarkan diri, dan berlari tunggang langgang, sesekali mengumpat dan mengancam.
"Tunggu pembalasan gue, Gas. Gue bakal buat lo kehilangan untuk yang kedua kalinya," ancam Tomi sebelum berlari menjauh.
Bagas terdiam sejenak sampai sebuah tepukan di pundak membuatnya dia tersadar.
"Lo gak apa-apa?" tanya Bagas menangkup wajah Kaara, disusul dengan pelukan erat.
"Gu-Gue, gak apa-apa," balas Kaara tergagap.
Gadis itu enggan membalas pelukan Bagas, hanya diam mematung menunggu pemuda itu melepasnya sendiri.
Berbeda dengan teman-temannya, mereka bernapas lega melihat apa yang terjadi barusan. Bagas kembali seperti dulu, bukan seorang yang takut bertindak.
"Thanks, Ra. Sorry, kemarin-kemarin gue sensian terus sama lo," ucap Putra menepuk pundak Kaara--pertama kalinya dia lakukan.
Pelukan itu tidak bertahan lama, Bagas segera melepas pelukannya karena kode dari Bara.
"Peluknya jangan lama-lama, anak orang sampai gak bisa napas," ledek Bara lirih.
Kaara masih diam dengan tindakan Bagas maupun Putra, dia juga masih bingung apa yang membuat mereka berubah pikiran. Akan tetapi gadis itu tetap tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bagas.
"Thanks, telah menjadi sang penyelamat di saat genting."
Bagas pun tersenyum dan mengusap pucuk kepala gadis itu.
"Boleh gak kalau gue peluk Lo lagi? Kok rasanya bikin nagih," goda Bagas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Permintaan Bagas membuat Kaara langsung naik pitam, dan langsung menjitak kepalanya. Tindakan keduanya membuat semua orang tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaskara ( Tamat )
Teen FictionDemi sebuah tujuan, Bagaskara harus menjadi sosok yang berbeda agar dirinya diterima menjadi kekasih si gadis lugu. Beribu penolakan telah diterima Bagas sampai urat malunya putus. Akan tetapi siapa sangka perjalanan Bagas terus terpantau oleh sese...