Pesan singkat baru saja diterima oleh Ian, pemuda itu tetap berada di basecamp. Tanpa sepengetahuan siapapun Kaara menceritakan semua rencananya pada Ian. Pemuda itu juga ingat bagaimana Kaara tampak bimbang dengan langkahnya yang mungkin lebih berbahaya.
"Bang, semoga ini bukan pesan terakhir gue. Gue harap semua selesai dengan baik tanpa ada pertumpahan darah."
"Gue dan teman-teman cuma bisa bantu doa terbaik dengan tujuan yang baik juga."
"Gue mengandalkan Lo, Bang."
Sekelebat ingatan Ian tentang perbincangan mereka beberapa hari yang lalu. Pemuda itu juga yang diajak Kaara untuk mengumpulkan beberapa bukti untuk mengungkapkan segalanya.
"Yan, gimana?"
"Kaara sudah kasih kabar kalau, manusia kejam itu membawa salah satu teman Kaara sebagai sandera."
"Terus apa yang kita lakukan sekarang?"
"Kaara akan datang sendiri, dia akan menukarkan dirinya dengan temannya. Dan kita akan menunggu temannya di luar, setelah itu salah satu dari kita akan antar dia ke sekolah."
Intruksi Ian membuat semua orang mengerutkan alisnya, mereka memikirkan bagaimana nasib Kaara kalau mereka pergi meninggalkan gedung itu.
"Kaara?"
"Gue yang akan di sana, lagipula manusia itu nyari Kaara. Gue yakin di balik semua itu ada yang benar-benar menginginkan kematian Kaara."
"Jahat banget sih. Apa sih tujuan orang itu?"
Ian tampak berpikir, selama ini dia berada di lingkup tempat kerja ayah Kaara. Pemuda itu mencurigai seorang pria dengan luka gores di pipi bagian kanan, pria itu selalu berdiri tidak jauh dari kantor tempat ayah Kaara bekerja.
"Gak tahu, tapi apa pun tujuannya. Kita harus melindungi Kaara, kali ini tanpa Aksan."
"Kok Aksan gak diikutkan?"
"Peran Aksan kali ini untuk menahan Geng Razarač agar tidak ikut campur."
Semua orang mengangguk mengerti, dan mulai bersiap-siap untuk datang ke lokasi pertemuan antara Kaara dan seseorang.
****
Pagi yang begitu cerah, tetapi tidak secerah suasana hati Kaara. Gadis itu tidak merasa takut, dia ingin mengetahui siapa orang yang menginginkan nyawanya? Dan apa tujuannya. Sebelum sampai tujuan, gadis itu menghubungi seseorang.
"Om, sudah siap ketemu orang yang aku maksud?"
[Om percaya sama kamu, Om harap dia benar-benar putra Om yang hilang.]
Gadis itu tidak lupa menyumpalkan telinganya dengan headset.
"Still with you, Jungkook. Pas banget sih lagunya dengan suasana hati gue," gumam Kaara kembali berjalan menuju tujuannya.
Di sana sudah terlihat beberapa orang yang tidak lain adalah anak buah dari Geng Eagle Eye.
"Kenapa mereka juga ikutan berjaga di sini? Apa mungkin bocah itu membayar semua orang untuk menjadikan sekutu."
Gadis itu pun tetap berjalan dengan tenang, mengesampingkan semua perasaannya tentang seseorang. Gadis itu enggan menjalin hubungan, karena dia tidak mau orang yang dia sayangi ikut terlibat.
****
Di lain tempat, di sekolah, suara gaduh terdengar. Dua orang siswa adu hantam, dan yang lain berusaha melerai. Salah satu dari mereka kalap dan menghajar tanpa ampun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaskara ( Tamat )
Teen FictionDemi sebuah tujuan, Bagaskara harus menjadi sosok yang berbeda agar dirinya diterima menjadi kekasih si gadis lugu. Beribu penolakan telah diterima Bagas sampai urat malunya putus. Akan tetapi siapa sangka perjalanan Bagas terus terpantau oleh sese...